Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Mendulang Uang dari Aplikasi Android

Android membuka peluang bagi para pengembang aplikasi. Program gratis ciptaan mereka jadi etalase untuk mendatangkan proyek lebih besar.

9 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EUIS Siti Aisyah bukan jagoan komputer. Tapi, di Lembang, Bandung, selama tiga hari ia asyik membuat aplikasi Android berupa kamus bahasa Jepang-Indonesia. Meski masih sederhana, aplikasi yang diberi nama Nihongo Benkyoushimashou! (mari belajar bahasa Jepang) ini sudah lengkap dengan huruf kanji dan pengucapannya.

Aplikasi yang dibuat siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kota Cimahi ini, yang merupakan bagian dari latihan membuat peranti lunak berbasis Android, belum sempurna. Usaha Euis menambah kosakata gagal karena salah memasukkan data. Begitu pula desainnya yang tidak diotak-atik. Toh, ia tetap bersemangat. ”Sekarang peminat Android belum banyak di Indonesia,” ujarnya, ”tapi ke depan menjanjikan banget karena perkembangan telepon seluler di sini selalu booming.”

Semangat mendulang uang dari aplikasi Android mungkin ditularkan tutor pada pelatihan itu, Ibnu Sina Wardy. Ibnu Sina, yang bergabung dalam perusahaan aplikasi Gits Indonesia, juga beberapa orang lain di Indonesia, memang sudah bisa hidup dengan membuat aplikasi Android.

Pengembang aplikasi lain, seperti Abangkis Pribadi, bahkan berani keluar dari ”kerja kantoran” dan bekerja penuh di perusahaan spesialis aplikasi Android yang ia dirikan bersama rekan-rekannya, MReunion Labs.

MReunion Labs ia dirikan setahun silam dan langsung membuat sederet aplikasi yang cukup terkenal. Salah satunya Komutta, aplikasi Android berisi jadwal dan rute kendaraan umum di Jakarta.

Komutta lumayan top, tapi tak bisa mendatangkan uang yang cukup. Para awak MReunion, lima orang yang masih bekerja kantoran semua, tak berani mengambil risiko melepaskan pekerjaan tetap. Baru setelah MReunion Labs mendapat proyek membuat aplikasi Android dari salah satu raksasa otomotif, Abangkis berani melepaskan pekerjaannya sebulan lalu. ”(Pemasukan) sekarang lebih dari cukup,” katanya.

Butuh hampir setahun dari saat MReunion mulai membuat aplikasi Android hingga mendapatkan proyek yang menjanjikan cukup banyak pemasukan. Agaknya belum muncul cerita tentang pengembang Android yang, seperti pembuat aplikasi Flash atau iPhone, berhasil mendapatkan ratusan juta, bahkan miliaran, rupiah dalam beberapa bulan hanya lewat beberapa aplikasi yang sukses.

Jalan yang ditempuh pengembang Android itu tak banyak berbeda dengan pengembang Flash atau iPhone. Mereka menawarkan aplikasinya di Android Market, situs milik Google. Tapi ada sedikit masalah bagi pembuat aplikasi Android. ”Android Market belum bisa untuk developer Indonesia,” kata Ibnu Sina.

Google belum membuka akses layanan dari Market. Ada negara yang pengguna Android-nya tidak bisa membeli di sini, ada pula yang tidak bisa menjualnya di sini. Indonesia salah satu dari negara-negara ini. Orang Indonesia hanya bisa mengunduh atau memasang aplikasi gratis di Market.

Bisa juga mereka memasang di iStore, toko aplikasi milik anak perusahaan Indosat, IM2. Saat ini sudah ada 343 aplikasi dan game di i-Store. Tapi, ”Saat ini semua aplikasi dan game yang ada di i-Store free,” kata Adrian Prasanto, juru bicara IM2.

Pilihan lain, memasang aplikasi gratis dan pemasukan datang dari iklan. Pola ini dipakai Ibnu Sina dan pembuat aplikasi lain di Indonesia. Dengan memasang kode dari AdMob, akan ada iklan yang terpampang saat program dijalankan. Tiap kali ada yang mengklik iklan, pemasukan datang. Memang jumlah dari iklan tidak cukup banyak. ”Sebulan paling US$ 100,” kata Imaduddin, Kepala Operasi Gits Indonesia.

Untuk menggenjot angka klik pada iklan, Rully Hasibuan memakai trik sederhana. ”Supaya naik, harus banyak aplikasinya,” katanya. Rully sudah membuat 20 aplikasi yang dipasang di Market dalam tiga bulan terakhir, seperti M-Horoscope atau Chef Recipes.

Saat ini pemasukannya baru US$ 50-100 per bulan. Tapi, karena ia masih punya kontrak kerja lain—yang juga berkaitan dengan Android—Rully cukup senang. ”Dulu gratis, tiba-tiba sekarang dapat,” katanya.

Sumber pemasukan lain lagi adalah donasi. Pengguna aplikasi yang senang dan kebetulan orang baik hati serta pemurah, ada yang mengirim uang via PayPal—semacam jasa pengiriman uang via Internet—kepada para pembuat aplikasi. ”Tapi jumlahnya masih lebih sedikit dari iklan,” kata Ibnu Sina.

Meski pemasukan-langsung sedikit, Ibnu Sina atau Abangkis tetap bersemangat membuat aplikasi gratis karena pertimbangan ekonomi lain. ”Ini bisa menjadi portofolio,” kata Abangkis. ”Ini investasi.”

Aplikasi menjadi etalase bagi pembuatnya. Perusahaan yang ingin membuat aplikasi Android untuk kepentingan sendiri akan menghubungi mereka. Nilai proyek-proyek ini tidak mengecewakan. ”Sampai ratusan juta rupiah (totalnya),” kata Imaduddin menyebut angka yang diperoleh Gits, yang aplikasi Toresto-nya cukup terkenal.

Meski baru mendapat satu proyek, tawaran membuat aplikasi Android terus berdatangan sejak ciptaan mereka dikenal. MReunion terpaksa pilih-pilih klien. ”Jumlah kami sedikit,” kata Abangkis.

Dengan lima orang yang sudah memiliki pekerjaan tetap, mereka tak bisa menyabet semua tawaran. Mereka ingin tawaran yang nilainya besar. ”Bukan yang hanya cukup untuk satu bulan,” katanya. Tawaran yang besar itu akhirnya datang, dan Abangkis pun bisa bekerja sepenuhnya untuk MReunion.

Nur Khoiri, Anwar Siswadi (Lembang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus