Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Menyiasati Verboden Apple

Para pembuat aplikasi kelabakan setelah Apple melarang program berbasis Flash dimainkan di iPad atau iPhone. Sedang dicari solusinya.

10 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Andi Rianto, komposer dan pemimpin Magenta Orchestra, tidak mau disebut fanatik produk Apple. Tapi dia menggunakan iPhone dan iMac, dan dua hari setelah iPad diluncurkan pada 3 April lalu, Andi sudah memiliki gadget terbaru Apple di Jakarta.

Ia betul-betul menikmatinya. Bahkan, sebelum gadget itu dipasarkan, Andi sudah mempelajarinya, apalagi sistemnya sama dengan iPhone yang ia pakai. ”Saya sudah tahu kelebihan dan kekurangannya,” katanya. Salah satu kekurangannya, iPad kesayangannya itu tidak bisa membuka link video langsung di Facebook. Tapi Andi tidak kecewa. ”Tidak apa-apa, kan bisa pakai desktop,” katanya.

Di laptop atau komputer yang Anda miliki, baik dengan sistem operasi Windows maupun Linux, persoalan seperti Andi ini bisa dipecahkan dengan sederhana. Video di halaman Facebook itu dibuka dengan program Flash Player yang bisa diunduh beberapa menit dan diinstal gratis. Tapi urusan dengan iPad dan pabrik pembuatnya, Apple, tidak sesederhana kita menginstal Flash Player. Hanya sepekan setelah iPad dirilis, Apple mengumumkan pelarangan semua program berbasis Flash dimasukkan dalam produk mereka.

Padahal 75 persen video di Internet, seperti YouTube, dan sekitar 70 persen game di Internet mesti dimainkan dengan Flash. ”Flash lebih ringan dan bisa diterima di semua browser,” kata Bayu Tjahjono, pemimpin bagian teknologi informasi di Okezone.com, menjelaskan mengapa situsnya memajang video dari RCTI dengan format Flash, yakni flv.

Ada banyak alasan yang dikemukakan bos Apple, Steve Jobs, mengapa Flash dilarang. Dalam surat terbuka nya, Jobs menyebut dari alasan teknis, karena Flash dianggap membuat ba terai cepat habis, sampai alasan bahwa Flash menjadikan pembuat program bergantung pada pihak ketiga.

Bagi pengelola situs video, pemecahannya mungkin relatif sederhana. Format flv yang berbasis Flash bisa diganti dengan format lain yang juga diterima Apple. Tapi tidak demikian bagi para pembuat aplikasi berbasis Flash seperti pengembang game.

Selama berbulan-bulan ini, para pembuat game berbasis Flash diiming-imingi produk baru dari pembuat Adobe, pemilik aplikasi Flash, yang bakal merilis seri terbaru Flash Professional CS5. Versi terbaru ini memungkin kan program dengan Flash diubah menjadi program untuk iPad hanya dengan sekali klik.

Larangan itu memang membuat rencana para pembuat aplikasi Flash, se per ti Wandah Wibawanto, berantakan. Pem buat yang biasa mendapat US$ 1.500-3.000 atau sekitar Rp 13,6-27,24 juta untuk setiap game itu semula sudah membayangkan rekeningnya bertambah mantap. Dia berangan-angan dapat menjajakan produknya di Apple Store dengan memanfaatkan fasilitas baru di CS5. Tapi pengumuman Apple itu membu yarkan angan-angannya, dan dia tetap hanya menekuni game Flash. ”Saya tetap dengan pekerjaan semula,” katanya.

Reaksi serupa diberikan Lucidrine, studio game Jakarta yang produknya, Cube Collosus, memenangi kategori People Choice Award dalam Pertemuan Game Flash Mochi’s 2010 di San Francisco, Amerika Serikat. ”Kami memikirkan cara lain,” kata Wimin dra Lee, pendiri Lucidrine. ”Sekarang kami sedang berkonsentrasi untuk game di Facebook.”

Yang sedikit berbeda dilakukan Toge Productions, studio game yang berkantor di kawasan Bumi Serpong Damai. Perusahaan yang sudah mengumpulkan lebih dari US$ 20 ribu atau sekitar Rp 181,6 juta lewat produk Infectonator: World Dominator, yang dimainkan 14 juta orang, tetap akan masuk ke pasar Apple. ”Targetnya tahun ini sudah jadi aplikasi untuk Apple,” kata Sudarmin Then, salah satu pendiri Toge Productions.

Larangan Apple membuat mereka kecewa. Tapi pembuat game tetap meneruskan niatnya. Sudah sebulan ini mereka menambah satu pembuat program lagi yang ditugasi khusus ”me nerjemahkan” game Flash mereka agar bisa dibaca mesin buatan Apple, seperti iPad. Dunia sedang menunggu apakah para pembuat game di seluruh dunia benar-benar berpindah ke format menjadi ”ramah Apple”, dengan membuat aplikasi agar game mereka bisa dimainkan di mesin buatan Apple.

Nur Khoiri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus