Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JUMAT pagi yang hangat di perte-ngahan Juli. Edward J. Zander sedang meluncur ke kantor dengan gairah nikmatnya akhir pekan. Di kantor, sekonyong-konyong, Chief Executive Officer Motorola itu tiba-tiba saja berbelok ke ruang desain produk di lantai 26 sebuah gedung di tengah Chicago, Amerika Serikat.
Di ruang itu, sekelompok desainer- tampak serius sedang memandangi aneka jenis prototipe ponsel baru Motorola dan beberapa ponsel pesaing. Mereka menimbang-nimbang apakah- desain ponsel buatan mereka bakal menjadi roket pendorong bisnis Moto-rola pada 2006.
Keheningan pecah ketika Zander menyembulkan kepala dari balik pintu ruang rapat itu. ”Boleh saya masuk?” kata lelaki yang belum genap dua tahun menjadi bos Motorola itu. Dengan busana kasual menyongsong akhir pekan—jins dan kaus polo, dia segera terlibat dalam pembicaraan bisnis.
Di meja terpajang prototipe ponsel Moto Q, ponsel dengan tombol ”QWERTY” seperti papan ketik komputer, yang dirancang untuk bersaing dengan produk populer BlackBerry dari Research in Motion. Dia meng-ambil salah satu model. ”Tampaknya yang ini amat bagus,” ujarnya.
Lelaki ini dalam hitungan belasan bulan berhasil mengangkat bisnis Motorola kembali menjadi raja ponsel nomor 2 di dunia setelah Nokia. Pangsa pasar Motorola di seluruh dunia, menurut Fortune, naik 18 persen. Dari ra-por merah tahun lalu dengan kerugi-an US$ 203 juta (sekitar Rp 2 miliar) men-jadi rapor biru dengan pendapatan- US$ 933 juta (sekitar Rp 9,3 miliar).
Ponsel baru yang dipegang Zander, Moto Q, diperkirakan akan membuat bendera Motorola makin gairah berkibar. Bentuknya tipis serta punya tombol mirip komputer genggam Ipaq HW6515 atau Treo 650 yang populer di Indonesia. Tombol ini juga mirip BalckBerry-. Yang lebih penting lagi, didukung Windows Mobile 5.0 yang diya-kini bisa seperti BlackBerry—mampu menerima ratusan surat elektronik (surel) semudah menerima sandek alias SMS.
Moto Q adalah salah satu ambisi desain Motorola setelah mengeluarkan ponsel tertipis RAZR. ”Inilah ponsel bertombol QWERTY paling keren dan paling tipis yang bisa membuat Anda bisa be-ker-ja di ma-na saja,” kata Ron Garriques, President Mobile Devices Business Mo-torola, dalam siaran pers. ”Kami sekarang siap men-jadi nomor satu dunia,” Zan-der mencoba meyakinkan.
Pendapat Zander senada de-ngan komentar Ed Lewis, konsultan bisnis di Relevant Business Group. ”Dengan ponsel ini, Motorola bisa melampaui penjualan BlackBerry dalam 24 bulan,” katanya yakin.
Sehebat itukah? Yang pasti, tahun depan bakal banyak bermunculan ponsel atau komputer genggam atau personal digital assistant (PDA) yang punya kemampuan seperti BlackBerry. Ini pasti akan mengusik bisnis BlackBerry. Dengan produk ini, Research In Motion, perusahaan asal Kanada, selama ini sudah menikmati legitnya bisnis pengiriman surel. Inilah perusahaan nomor satu penyedia jasa tersebut de-ngan dua juta pelanggan. Di Indonesia, sejak peluncuran BlackBerry pada Mei 2005, Research In Motion via StarHub (operator seluler di Singapura) bekerja sama dengan Indosat dan telah meraih 800 pelanggan.
Ketika ponsel dan sandek belum sepopuler sekarang ini, BlackBerry telah datang dengan menawarkan kemudah-an menerima ratusan surel sekaligus. Teknologinya juga memudahkan orang melakukan sinkronisasi surel yang ada di ponselnya dengan yang di komputer-nya. Saat surel di ponsel dihapus, secara otomatis surel di komputer juga bisa terhapus. Saat jadwal rapat diatur di ponsel, di komputer pun jadwalnya langsung berubah sehingga sesuai.
Kini Blackberry tak melenggang sendirian. Di Indonesia-, mi-salnya, hadir Ventus- yang bekerja sama -de-ngan- Telkom, serta -i-Memova yang meng-gandeng Indosat. Dua nama itu adalah dua peranti lunak push mail (teknologi yang bisa mengirim/menerima surel semudah SMS) persis seperti BlackBerry.
Selain Ventus dan i-Memova, Microsoft pun sudah lama mengincar kue manis teknologi push mail. Kali ini raja software itu datang dengan Windows Mobile 5 dan menggandeng Motorola. Hasilnya, Moto Q yang aduhai.
Menghadapi serbuan rival-rivalnya itu, awal September lalu BlackBerry be-kerja sama dengan Nokia sehingga ponsel Nokia 9300 dan 9500 bisa menerima ratusan surel seperti layaknya BlackBerry. Nokia sebentar lagi juga akan mengeluarkan ponsel E61. Ini ada-lah ponsel yang bentuknya mirip-mirip BlackBerry dan bisa mendu-kung soft-ware BlackBerry. Ponsel ini juga dilengkapi fasilitas nirkabel (Wire-less Fidelity).
Selain itu, untuk pasar Indonesia, BlackBerry yang dulunya hanya mene-rima pelanggan secara berkelompok—mi-nimal 20 orang—kini sudah bisa melayani pelanggan perorangan. Paket termurahnya Rp 350 ribu per bulan. Untuk paket itu, pelanggan akan mendapat jatah koneksi GPRS (General Packet Radio Service) sebesar 10 Megabyte dan jatah surel sebesar 20 Megabyte.
”Jumlah itu cukup besar kok,” kata Deddy Avianto, Direk-tur ADA Mobile, yang sejak September lalu ber-langganan paket- itu. Deddy setiap hari menerima ratusan surel di Nokia 9300-nya. ”BlackBe-rry itu adalah hal wajib bagi saya karena saya selalu ada di jalan,” kata alumnus akuntansi Universitas Indonesia itu. Mengi-rim pro-posal, merevisi kontrak kerja, mengobrol- de-ngan anak buahnya di kantor, semuanya- bisa dilakukan di jalan, kafe, atau bahkan saat dia menonton konser Beyonce, penyanyi hip-hop dari Amerika Serikat, di Kanada.
Salah satu keunggulan BlackBerry, kata dia, adalah kemampuannya memampatkan naskah dalam surel. Ini yang membuat dia bisa menerima ratus-an surat dengan ongkos GPRS murah. Dia pernah menjajal Ventus, namun tagihannya lebih besar.
Di Indonesia, saat ini banyak orang seperti Deddy, yang hidupnya tergantung pada teknologi push mail. Bagi sejumlah perusahaan di Indonesia, teknologi ini malah sebuah keniscaya-an. PT Pamapersada Nusantara adalah salah satu contohnya. Anak perusaha-an Astra International yang berge-rak di bidang kontraktor pertambangan ini punya daerah operasi di berbagai belahan Indonesia, dari Sumatera, Kalimantan, hingga tambang Freeport Indonesia di pedalaman Papua.
Sejak 1994, menurut M. Noor Rach-man, System Administrator Pa-ma-persada, perusahaannya berusaha me-ne-rapkan model nirkertas (paperless). Semua berkas cuti, pesanan, persetujuan pembelian barang dilakukan lewat komputer cukup dengan beberapa klik saja. Karena para bos di Pamapersada sering harus meninjau lokasi tambang di berbagai tempat, sering kali proses- persetujuan terhambat. Karena itulah, Pamapersada melengkapi server surat dan aplikasi kerja mereka, Lotus Domino, dengan teknologi push mail. Saat ini ada 10 pejabat di perusahaan itu yang ”dipersenjatai” dengan Ventus pada ponsel mereka.
”Jika ada bos yang lupa memberi per-setujuan sebuah pesanan barang, mi-sal-nya, langsung ada peringatan yang dikirimkan ke ponsel,” kata Noor. ”Ja-di, tak ada kata terlambat.” Ka-lau ada server yang ngadat atau kuota hard disk menipis di salah satu loka-si tambang, mi-salnya, ponsel juga akan berdering-dering menyampaikan pesan itu.
Noor memilih Ventus karena peranti ini bisa dipasang di aneka ponsel. Semua Nokia dan Sony Ericsson yang me-makai sistem Symbian—dari yang harganya Rp 2 jutaan seperti Nokia 6600 hingga Nokia 9500 yang mencapai Rp 6 jutaan—bisa memakai sistem ini.
Jumat pagi yang hangat itu, perte-ngah-an Juli, Edward J. Zander tiba-ti-ba merasa lega tatkala keluar dari ruang desain produk kantornya di tengah hiruk-pikuk Chicago. Barangkali ia bergumam, ”Thank God it’s Friday.”
Burhan Sholihin (Fortune, BusinessWeek)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo