Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAMPANGNYA lebih mengesankan seorang mahasiswa kutu buku berkelakuan baik. Rambut disisir necis, kacamata minus, sweater, dan sepatu kets adalah sosok penampilannya sehari-hari. Itulah Kevin Mitnick, penyamun digital (hacker) yang paling dicari pemerintah Amerika. Salah satu "prestasi" spektakulernya adalah menerobos dan mencuri data senilai jutaan dolar dari sistem komputer perusahaan teknologi raksasa seperti Motorola, Novell, Nokia, dan Sun Microsystems.
Meski kemahirannya menerobos data komputer sama persis dengan kemampuannya meloloskan diri dari endusan Federal Bureau of Investigation (FBI), akhirnya ia tertangkap juga. Februari 1995, polisi membekuk Mitnick di apartemennya, di Raleigh, North Carolina, untuk kemudian diadili. Ia dijatuhi hukuman penjara lima tahun atas tuduhan menyalahgunakan telepon dan komputer.
Akhir bulan lalu, pemuda berusia 36 tahun ini mendapat kado bebas bersyarat dari Pemerintah Federal Amerika Serikat. Tapi, selama tiga tahun, ia sama sekali tak boleh menyentuh komputer dan semua perangkat elektronik yang memungkinkannya mengakses jaringan internet.
Siapakah Kevin Mitnick? Ia lahir di tengah keluarga kelas buruh di San Fernando, California. Orang tuanya bercerai ketika ia masih berusia tiga tahun. Walau sangat pemalu, Mitnick, yang diasuh ibunya, sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasansekaligus kejahilansejak kanak-kanak. Ketika umurnya menginjak 13 tahun, misalnya, Mitnick mampu mengakali mesin tiket bus agar bisa jalan-jalan gratis.
Begitu Mitnick remaja, kepintarannya bertambah, apalagi setelah mengenal komputer. Dia berhasil mengelabui komputer pelbagai perusahaan telepon sehingga dapat melakukan percakapan jarak jauh dengan bebas bea. Pada awal 1980-an, ia bahkan mampu memegang kendalidalam arti sebenarnyaoperasi tiga perusahaan telepon di New York City dan semua pusat switching telepon di California. Ulahnya baru terhenti sewaktu dia ketahuan menjahili perusahaan telepon Pacific Bell. Namun, ia hanya dihukum percobaan karena masih di bawah umur. "Kejahatan saya sederhana, cuma melanggar privasi orang," kata Mitnick ringan.
Nama Mitnick baru benar-benar mencuri perhatian ketika sukses membobol sistem komputer North American Defense Command (Norad) pada 1982. Usianya waktu itu masih 18 tahun. Wajah pemerintah Amerika, terutama departemen pertahanannya, seperti tertampar. Insiden tersebut mengilhami pembuatan film War Games pada 1983.
Sejak saat itu, catatan rekor hacker bernama sandi Condor ini bertambah terus dan membuat FBI sibuk. Tapi kepintarannya menyusup dan kabur seperti belut membuat ia selalu loos dari penyergapan FBI.
Walau demikian, Mitnick sejatinya pribadi yang unik. Ia, misalnya, sering melamar pekerjaandan memang memperoleh beberapadi bidang keamanan komputer, tapi sesungguhnya itu hanya sekadar upaya agar kedoknya sebagai hacker terungkap dan segera dipecat. Sampai sekarang, para pemburunya juga masih heran mengapa, walau Mitnick memegang 20 ribu nomor kartu kredit hasil jarahan di internet, tidak ada bukti ia pernah menggunakannya satu pun. Tak aneh, di antara komunitas penyamun digital, nama Mitnick menjadi semacam ikon dan dielu-elukan bak pahlawan.
Namun, bagi pemerintah Amerika, ia adalah penjahat dunia maya yang paling dicari. Jejak Mitnick terendus setelah dia mencuri data-data komputer milik pakar komputer Tsutomu Shimomura. Berkat bantuan Shimomura jualah FBI berhasil menelikung Mitnick, Februari 1995. Kisah perburuan Mitnick itu mengilhami studio Miramax membuat film dengan judul Takedown. Namun, para pendukung Mitnick memprotes film itu karena mereka mengMitnick akan kembali ke college dan belajar teknologi komputer seraya mencari pekerjaan. Jika rencana itu benar, dunia harus siap-siap. Kelak, bukan tak mungkin si raja penyamun ini akan beraksi lagi dengan kesaktian yang makin mumpuni.
Wicaksono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo