Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - ViewSonic Corp., penyedia solusi visual dan teknologi edukasi global mengumumkan strategi terbarunya 'Ecosystem as a Service' (EaaS) pada tahun ini. Konsep EaaS adalah mengikutsertakan para pemangku kepentingan di kalangan industri dalam proses pengembangan solusi dan untuk bersama-sama menciptakan layanan baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eko Handoko Wijaya, Country Manager ViewSonic Indonesia, menceritakan bahwa pada awal berdiri pada 1987, ViewSonic pada awalnya memproduksi monitor. Dia mengaku kalau perusahaan menanggapi perubahan lingkungan yang sangat cepat untuk memulai transformasi dan mengembangkan solusi-solusi yang mengintegrasikan hardware, software, dan services.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam proyek EaaS perdananya, ViewSonic bermitra dengan pemerintahan, sekolah-sekolah, dan lembaga-lembaga pendidikan, meluncurkan serangkaian program pelatihan dan sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan pengajaran digital bagi para guru. Selain itu, ViewSonic mendorong para guru untuk membuat materi pembelajaran yang inovatif untuk pelajaran mereka.
Melalui keterlibatan di platform media sosial online, ViewSonic membangun sebuah komunitas bagi para pendidik, yang memungkinkan mereka berbagi pengalaman dan bertukar ide tentang pengajaran secara digital dan diversifikasi pembelajaran. Seluruh pemangku kepentingan di industri ini dapat berkumpul dan bekerja sama dengan ViewSonic untuk menemukan permasalahan seputar pengajaran digital.
"Seluruh aspek ini terlibat untuk membentuk ekosistem yang menyeluruh dalam industri pendidikan," kata Eko.
Solusi EdTech dari 2D ke 3D
ViewSonic mengklaim menyediakan solusi menyeluruh yang mengintegrasikan layar interaktif ViewBoard, perangkat lunak myViewBoard, dan ekosistem EdTech. Di masa pandemi, ViewSonic menawarkan myViewBoard secara gratis kepada K-12, kalangan perguruan tinggi, dan universitas, guna mendukung pengajaran dan pembelajaran jarak jauh atau online selama sekolah-sekolah ditutup. Hingga saat ini, myViewBoard disebut telah digunakan oleh lebih dari 6 juta pengguna di seluruh dunia.
Meski demikian, model pembelajaran online saat ini dinilai masih terbatas akibat kurangnya interaksi sehingga menyulitkan para pendidik untuk mengevaluasi keterlibatan siswa selama pembelajaran. Untuk mengatasinya, ViewSonic meningkatkan pengalaman pembelajaran digital dari lingkungan pendidikan 2D ke 3D yang imersif.
Melalui pengenalan terhadap Universe by ViewSonic, sebuah metaverse bagi dunia pendidikan, para pendidik dan siswa memungkinkan pengajaran dan pembelajaran seperti halnya berada di ruang kelas sungguhan. Dengan menggabungkan pengendali yang intuitif dan beragam peralatan, para guru dapat melibatkan siswa-siswanya dalam diskusi dan kolaborasi kelompok, menghasilkan umpan balik secara real-time.
Para siswa juga dapat mengekspresikan diri dan berinteraksi dengan teman-temannya melalui avatar personal. Universe menghadirkan sebuah suasana saling memiliki baik bagi para guru dan siswa-siswanya yang disebutkan belum pernah tersedia pada platform pembelajaran online lainnya.
ViewSonic Indonesia kemudian mengundang awak media melihat penggunaan produknya. Bukan hanya simulasi sekolah, tapi juga penggunaan untuk ekosistem di kantor, kafe, bank, serta biro kreatif.
Simulasi ViewSonic di Kelas
Pemakaian myViewBoard di depan kelas memang terasa canggih jika dibandingkan masa lalu di sekolah yang hanya ada papan tulis, kapur dan penghapus. Papan yang terhubung dengan internet bukan hanya bagai monitor besar untuk membuka laman, tapi juga tempat untuk menulis, menggeser objek dan menerima data dari perangkat lain untuk ditampilkan di layar. Layar tersedia dalam 3 ukuran yaitu 65, 75 dan 86 inci.
Jika diperhatikan, myViewBoard memiliki speaker ganda, koneksi USB, HDMI, VGA. Kapasitas RAM 2 GB DDR4 dengan kapasitas penyimpanan 16 GB.
Sayangnya, saat simulasi berlangsung sinyal internet tengah bermasalah. Tulisan dan gambar yang dibuat di ViewBoard Pen Display tidak berhasil terkirim ke papan di depan. ViewBoard Pen Display adalah portable whiteboard dengan dua macam ukuran, sudah termasuk pen dengan 8192 level sensitivitas tekanan.
Tempo.co menyempatkan menulis dan menggambar menggunakan ViewBoard Pen Display 1330. Klaim bagai menulis di atas kertas bisa diterima, meski butuh upaya percobaan untuk menggambar sudut atau detil.
ViewSonic mengklaim menyediakan solusi menyeluruh yang mengintegrasikan layar interaktif ViewBoard, perangkat lunak myViewBoard, dan ekosistem EdTech. (Tempo/Maria Fransisca Lahur)
Display area berukuran 294 x 165 mm dengan bobot 0,815 kg. Resolusi maksimum 1920x 1080 px dan rasio kontras 800:1.
Simulasi VieSonic di Kafe
Pada simulasi ini, produk ViewSonic yang digunakan adalah projektor mini, M1 Mini Plus yang diarahkan ke dinding. Pada perangkat sudah tersedia fitur Netflixs, Spotify dan Youtube yang membuat pengguna dapat menonton di mana pun berada. Perangkat memiliki koneksi bluetooth.
Di Biro Kreatif
Digambarkan seorang desainer komunikasi visual memiliki monitor yang mengerti kebutuhannya. Misalnya ketepatan warna, ViewSonic menjanjikan ketepatan di monitor akan sama dengan cetakan asalkan alat cetak juga memiliki fitur sama. Layar yang juga dapat diputar hingga menjadi vertikal. Juga tersedia penutup atas layar agar pada saat bekerja tidak banyak terganggu dari cahaya ruangan.
Simulasi ViewSonic di Kantor
Disimulasikan seorang karyawan yang ingin presentasi dari hasil foto di lapangan hanya menggunakan smartphone pribadi yang terhubung dengan proyektor ViewSonic. Staf dan atasan membahas foto-foto yang terdapat pada smartphone tersebut. Kemudian setelah rapat keduanya main game bermain tenis dengan mengandalkan projektor tersebut.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.