Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

PlayStation 2: Laris tapi Bermasalah

Sony meluncurkan PlayStation 2 dan bercita-cita menggenggam internet. Tapi beberapa masalah mewarnai pemasaran awal produk baru ini.

9 April 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TOKYO menjelang musim semi. Udara ibu kota Jepang ini mulai hangat hari-hari ini. Di Akihabara, kawasan pusat elektronik terpopuler di Tokyo, suasana bahkan lebih panas. Ribuan orang rela berdesak-desakan untuk melihat satu permainan yang pertama kali dipajang di toko-toko Negeri Matahari Terbit itu, Maret lalu: Sony PlayStation 2 (PS2).

Inilah salah satu permainan paling ditunggu pencinta video game. PS2 adalah permainan video kelanjutan PlayStation, yang diluncurkan pertama kali enam tahun silam. Berbeda dengan pendahulunya, yang menggunakan sistem grafik 64 bit, PS2 memakai sistem 128 bit. Itu sebabnya karakter dan tampilan aneka ragam game di PS2 lebih halus ketimbang pada versi sebelumnya.

PS2 bukan sekadar mainan video biasa. Perangkat yang menggunakan prosesor 300 MHz ini dapat berfungsi sebagai pintu masuk ke jaringan internet. Mainan berbentuk kotak ramping yang lebih ringan ketimbang laptop dan lebih kecil dibandingkan dengan pemutar cakram padat (CD) ini bahkan mampu memutar film-film digital versatile disc (DVD). Kemampuan tersebut jelas mengungguli semua jenis mainan video mana pun (lihat infografik).

"PS2 merupakan produk terpenting kami, bahkan bila dibandingkan dengan Beta, Trinitron, ataupun walkman," tutur Mike Marimoto, Wakil Presiden Sony, seperti dikutip Time. Ia sedang membandingkan mainan baru itu dengan produk-produk Sony sebelumnya. "Secara finansial, produk ini memang masih membebani kami sekarang, tapi kelak pengaruhnya pasti lebih bagus ketimbang semua produk kami sebelum ini."

Marimoto mungkin benar. Sony telah menghabiskan tak kurang dari US$ 1,2 miliar hanya untuk mengembangkan keping pintar (chip) yang menjadi otak PS2. Namun, hanya dalam waktu dua belas hari, satu juta PS2 telah terjual, melampaui rekor Sega Dreamcast, yang butuh waktu dua bulan untuk mencapai angka yang sama. Tak mengherankan bila April ini, Sony menargetkan dua juta PS2 akan ada di tangan pembeli.

Walaupun demikian, PS2 bukan tanpa masalah. Sepekan setelah diluncurkan, para penggunanya mulai mengeluh, kartu memori mesin itu sering menghapus data atau program yang diperlukan untuk menjalankan sebuah permainan. Juru bicara Sony mengaku, pihaknya menemukan seribu kartu memori bermasalah hingga akhir bulan lalu.

Mesin PS2 juga dapat direkayasa untuk memutar film berformat DVD dari "regional" lain. Padahal, selama ini ada perjanjian internasional antara DVD Forum dan Motion Picture Association of America. Dalam perjanjian itu disebutkan, film yang direkam dalam format DVD terbagi menjadi enam regional. Setiap DVD yang dibuat khusus untuk satu regional hanya bisa diputar pada alat khusus untuk regional yang sama. DVD khusus Amerika, misalnya, harus dimainkan di pemutar DVD untuk Amerika pula dan tidak dapat dimainkan dengan mesin pemutar buatan Asia. Begitu pula sebaliknya. Strategi ini disengaja oleh para pembuat film, salah satunya, untuk mencegah pembajakan. Kemampuan PS2 memutar semua jenis DVD jelas melanggar perjanjian itu. Dan itu artinya pembajakan.

Selain itu, walau saat ini PS2 memang dapat memainkan game-game canggih dan memutar DVD, ternyata mainan ini belum dapat dihubungkan dengan jaringan apa pun, termasuk internet. Kemungkinan besar baru tahun depan koneksi ke jaringan maya melalui PS2 bakal terwujud.

Bagaimana reaksi Sony? Walau tak berniat menarik dari pasar, Sony telah meng-upgrade peranti lunak pemutar DVD dan kartu memori yang bermasalah itu pada produksi berikutnya. Hanya, belum ada laporan tentang efek pembaruan itu. Seandainya masalah itu masih muncul, Sony tampaknya harus merevisi ulang seluruh desain PS2, apalagi bila mereka ingin menembus pasar di luar Jepang.

Jadi, bagi konsumen Indonesia, kasus PS2 yang bermasalah hendaknya jadi bahan pertimbangan sebelum membeli. Tentu saja, buat para orang tua, ini setelah mereka menyelesaikan "masalah" rengekan anak yang minta mainan baru itu.

Wicaksono


ModelSony PlayStation 2Sega Dreamcast Nintendo 64
HargaRp 7,5 jutaRp 2 jutaRp 1 juta
KeunggulanPemutar DVD dan potensi koneksi ke jaringan di masa depanKoneksi internetJumlah penjual kaset mainan yang mencapai jutaan
KekuranganJenis permainan yang membuat mesin bekerja maksimal belum tersedia.Aksesori pendukung terbatas.Hanya cocok untuk anak-anak.
Waktu PeluncuranMaret 2000Oktober 1999Juni 1996
Jenis Chip dan Kemampuan GrafikCPU 128 bit, 66 poligon per detikCPU 128 bit, 3 juta poligon per detikCPU 64 bit
Rekor PenjualanBelum ada angka resmi, tapi versi pendahulunya (PlayStation) terjual 72 juta unit.4,4 juta unit29 juta unit

Sumber: Time

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum