Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Disebut raksasa karena ASCI White berukuran dua kali lapangan basket dan beratnya 106 ton. Untuk mengangkutnya, dibutuhkan setidaknya 28 truk trailer. Ia mengonsumsi listrik 1,2 megawatt, atau setara kebutuhan seribu rumah.
Superkomputer ini mampu melakukan 12,3 triliun aksi per detik (12,3 teraflops). Sebagai gambaran, ASCI White dapat memproses semua transaksi perdagangan lewat internet yang dilakukan oleh seluruh penduduk bumi dalam waktu kurang dari satu menit. Kemampuan ini berarti seribu kali lebih besar ketimbang yang dimiliki mesin Deep Blue, yang pernah menumbangkan jawara catur dunia Gary Kasparov pada 1997. Tak aneh bila harganya pun minta ampun, US$ 110 juta (sekitar Rp 8,8 triliun). Sebelum ini, menurut Wakil Presiden Urusan Superkomputer IBM, Dave Turek, perusahaannya baru punya superkomputer dengan kemampuan 4 teraflops.
"ASCI White akan mengalahkan semua komputer yang pernah ada," ujar Jack Dongarra, Direktur Innovative Computing Laboratory di Universitas Tennessee-Knoxville, yang memegang daftar 500 komputer paling digdaya di dunia. Sebagai perbandingan, ujar Dongarra kepada ABCNews, kecepatan salah satu superkomputer tercepat di dunia lainnya, yaitu ASCI Redjuga dimiliki oleh Departemen Energi Amerikahanya 2,38 teraflops. Sebagai pembanding, kecepatan komputer rumah tangga yang paling cepat cuma mencapai 1 gigaflops, alias seperseribu teraflops.
Sebetulnya ASCI White merupakan koloni dari 512 komputer kecil yang bergabung dan bekerja sama. Setiap komputer berisi 16 prosesor Power3-III. Jadi, total ada 8.192 prosesor. Semua prosesor itu "disuntik" tembaga sehingga dapat menurunkan hambatan listrik sampai 20 persen.
Kapasitas memorinya mencapai 6,2 terabytes, atau 97 ribu kali komputer 64 megabytes. Media penyimpannya sanggup dimuati data sebesar 160 terabytes atau 16 ribu kali lebih besar ketimbang komputer biasa. IBM menggunakan mesin RS/6000 sebagai pemersatu perangkat keras dan peranti lunaknya.
Sementara itu, untuk peranti lunaknya, IBM merancang software khusus. Walaupun demikian, mesin raksasa tersebut juga dapat menjalankan perangkat lunak standar UNIX, sebagaimana halnya web server, dengan kecepatan ratusan atau bahkan ribuan kali lebih cepat ketimbang komputer biasa.
ASCI White merupakan pesanan Laboratorium Lawrence Livermore milik Departemen Energi Amerika, melengkapi koleksi tiga komputer tercepat di dunia lain yang sudah dimiliki sebelumnya. Laboratorium Livermore akan memanfaatkannya sebagai simulator ledakan bom nuklir. Maklum, sejak pemerintah Amerika menandatangani perjanjian larangan percobaan nuklir, semua kegiatan yang berhubungan dengan senjata nuklirtermasuk desain dan uji cobanyahanya berlangsung dalam bentuk simulasi komputer.
Masalahnya, sampai sekarang kebanyakan simulasi itu hanya mampu menampilkan bentuk dua dimensi. Para ilmuwan hanya bisa "meledakkan" bom di sebuah pesawat (keduanya buatan komputer), lalu melihat hasil ledakannya dari pelbagai sudut. "Kami tidak cukup memiliki kemampuan komputasi dalam bentuk tiga dimensi," ujar David Cooper, Kepala Bagian Penerangan Laboratorium Livermore. "ASCI White merupakan jawaban atas masalah itu,'' tutur Cooper kepada CNN. Meski begitu, ia juga mengingatkan, jika ingin mendapatkan simulasi semua senjata nuklir yang ada, diperlukan mesin berkinerja 100 teraflops.
Superkomputer itu juga dapat dipakai untuk membuat simulasi kecelakaan mobil, membantu proyek pemetaan genom manusia, membuat desain pesawat terbang, menguji obat baru, dan meramal cuaca. "Seandainya industri mobil memperoleh akses ke komputer ini, mereka mungkin dapat merancang kantong udara yang aman bagi pengendara," kata Cooper.
Tapi, tetap saja tiap komputer punya kelebihan dan kekurangan. Menurut Direktur Riset Sistem Kinerja Tinggi dari International Data Corp., Earl Josephs, mesin buatan IBM kurang pas untuk memecahkan kode-kode rahasia dan simulator tabrakan mobil. Superkomputer Cray buatan Silicon Graphics dari jenis "vector", yang memakai prosesor raksasa, misalnya, lebih cocok untuk keperluan tersebut. Well, memang tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Wicaksono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo