Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Si Tipis Belum Habis

Motorola meluncurkan ponsel dengan teknologi layar sentuh, desain tanpa sambung, dan bervolume suara otomatis. Kebangkitan kedua RAZR?

20 Agustus 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Don’t change the winning team.

Prinsip ini dipegang dengan kukuh oleh manajer sepak bola Manchester United, Alex Ferguson. Jika sudah teruji, jangan pernah mengubah formasi tim pemenang.

Produsen telepon seluler Motorola menganut jargon yang sama. RAZR adalah produk teruji mereka. Sejak diluncurkan pada 2004, ponsel setipis pisau cukur itu menjadi primadona Motorola. Dalam delapan kuartal pertama, mereka melempar 2 juta ponsel ke pasar setiap hari. Nilainya setara dengan 400 traktor! Maka, rumus jitu ”tim pemenang” pun mesti diberlakukan: genjotlah terus pasar dengan pelbagai seri RAZR. Jangan dulu berpaling ke produk lain.

Peluncuran MotoRAZR2 di Shanghai, Cina, pada 2 Agustus lalu menegaskan ambisi produsen ponsel dari Amerika itu. Tiga tipe ponsel dirilis bersama-sama: MotoRAZR2 V7, V8, dan V9. Ini melengkapi seri-seri sebelumnya. RAZR V3, misalnya, punya delapan seri. ”Sepanjang sejarah ponsel di dunia, RAZR terbukti paling laku,” kata Ian Chapman-Banks, Wakil Direktur Pemasaran Motorola Wilayah Asia Pasifik, kepada Tempo.

Malam peluncuran seri terbaru ponsel itu berlangsung dalam suasana glamor. Musik dansa menghentak sekitar 200 undangan di bibir kolam renang lantai empat The Portman Ritz Carlton Hotel, Shanghai. Beberapa penari tampil topless dengan tubuh dilukis warna perak. Beberapa lagi memperagakan tarian dalam sebuah bak air transparan, mirip putri duyung.

Aktris Kristin Davis, pemeran Charlotte York dalam serial Sex and The City, menonton pertunjukan itu. Kali ini ia absen mengeluarkan komentar nakalnya seperti pada serial televisi: ”Is your breast listed in the (Shanghai) guide books?” Davis lebih banyak duduk manis, menebar senyum sembari memegang ponsel baru. Komentar yang meluncur dari mulutnya, ya soal MotoRAZR2. ”Saya orang pertama Amerika yang memiliki ponsel ini,” ucapnya.

Ya, RAZR adalah sebuah ikon. Ia menjadi simbol kebangkitan Motorola setelah bisnis mereka nyungsep pada 2003 lantaran ponsel StarTac, yang sebelumnya menjadi andalan tak laku lagi. Maka, begitu si Tipis mencuat, selamat pula kerajaan bisnis yang dikomandani Edward J. Zander. Posisi kedua dalam bisnis ponsel dunia, di bawah Nokia, pun mereka gapai.

Perayaan ”babak kesekian” atas suksesnya sang ikon disuguhkan malam itu. Bedanya, MotoRAZR2 membidik arah yang berbeda dari pendahulunya. RAZR V3 lebih merevolusi bentuk—terhitung yang paling tipis saat itu. MotoRAZR2 ingin mempertajam teknologi, desain, dan pangsa pasar. Kehadiran Davis dan suasana glamor menjawab siapa sesungguhnya pasar ponsel anyar ini. ”Untuk mereka yang berumur 22–65 tahun dan menyukai desain yang indah dan bergaya,” kata Doug Walston, Director of Consumer Experience Design Motorola.

Ponsel ini lebih tipis 2 milimeter dibanding seri terdahulu yang tebalnya 12,1 milimeter. Casing-nya adalah kombinasi aluminium dan magnesium yang dicetak secara seamless alias tanpa sambungan. Motorola juga telah menguji hingga lebih dari 100 ribu kali untuk memastikan bahwa bentuk flip dapat selalu dibuka dengan mudah dan tak berisik.

Bagi penggemar musik, RAZR2 kompatibel dengan Windows Media Player 11 yang memudahkan pembelian musik dari internet. Bagi yang senang memotret, ponsel ini memberikan kesempatan pengguna untuk menjadi ”paparazzi”, karena kameranya dilengkapi fungsi mengambil 8 gambar dalam sekali jepret.

Produk ini tampaknya dipersiapkan untuk melawan gempuran Nokia yang telah membanjiri pasar Indonesia dengan ponsel 3G dan membendung laju iPhone milik Steve Jobs yang kini sedang digandrungi di Amerika. Sama seperti iPhone, RAZR2 menggunakan teknologi layar sentuh. Ponsel ini dilengkapi dengan teknologi Haptics yang memberikan feedback berupa getaran pada jari saat menyentuh. Layar sentuh ini dapat digunakan untuk melihat SMS, surat elektronik, daftar kontak, serta memainkan musik.

Untuk berselancar di internet, RAZR2 sudah dilengkapi dengan full HTML browser dengan Opera 8.5. Akses surat elektronik, baik POP3 maupun Web-e-mail, bisa dilakukan via jaringan GPRS/EDGE (V8) maupun 3,5G HSDPA (V9).

Ponsel pun memakai teknologi CrystalTalk yang bisa mengatur secara otomatis volume suara sesuai dengan tingkat kebisingan di sekitar pengguna. Volume ponsel akan mengeras secara otomatis, misalnya di diskotek atau tempat-tempat riuh lainnya.

Desain dan aneka fitur itulah yang membuat ponsel yang akan diluncurkan di Indonesia pada akhir Agustus ini bisa disebut sebagai puncak seri RAZR. Ia melengkapi kemampuan ponsel RAZR V3x yang telah meraih predikat ponsel 3G terbaik versi 3GSM Congress 2006 di Barcelona. ”RAZR2 akan meredefinisi dunia handset, seperti halnya RAZR tiga tahun lalu,” Chapman sesumbar.

Direksi Motorola boleh saja percaya diri, tapi analis pasar modal di AS melihat peluncuran RAZR2 itu sebagai upaya pamungkas Motorola untuk menyelamatkan muka mereka yang justru sedang apes dari sisi bisnis. Mark McKechnie, analis dari American Technology Research, mengatakan bisnis Motorola tengah kehilangan arah. RAZR yang terus digadang-gadang, kata McKechnie seperti dikutip BusinessWeek, ”Tak lagi cukup memikat selera konsumen.”

Data penjualan ponsel perusahaan asal Schaumburg, Illinois, itu menunjukkan angka yang menguatkan ucapan McKechnie. Pada delapan kuartal pertama sejak RAZR meluncur, Zander, sang CEO, memang berhasil meroketkan aset Motorola. Laba operasional Motorola dari unit handset pada paruh pertama 2006 mencapai US$ 1,5 miliar (Rp 14,1 triliun). Namun, pada semester pertama tahun ini, Motorola mengumumkan kerugian pada unit tersebut sebesar US$ 497 juta. Penjualan kuartal kedua mereka hanya senilai US$ 8,7 miliar, di bawah target awal US$ 9,4 miliar. Harga saham pun turun US$ 0,02 hingga US$ 0,04.

Terjunnya angka penjualan membuat posisi Motorola dalam bisnis ponsel dunia tahun ini menepi ke urutan ketiga. Samsung menyalip ke peringkat kedua. Sedangkan Nokia semakin jauh meninggalkan lawan-lawannya.

Samsung sukses lantaran berhasil menggempur pasar dengan ponsel-ponsel 3G, musik, dan fashion. Anak muda menjadi pembeli terbesar mereka. Sedangkan kunci sukses Nokia ada pada keberanian perusahaan ini merambah semua lapisan masyarakat dengan beragam ponsel. Perusahaan asal Finlandia ini menawarkan ponsel dari yang berharga Rp 10 juta hingga cuma Rp 300 ribu.

Untuk ponsel dari jenis flip, yang selama ini didominasi Motorola, pun Nokia menawarkan produk dengan fitur setara RAZR, yakni N76. Diluncurkan pada April lalu, N76 mengakomodasi keinginan lain pemakai yang selama ini ”bosan” dengan ponsel berbentuk candy bar, tapi ingin tetap setia pada Nokia. Mereka mendambakan ponsel yang elegan dan modis. Atas dasar kebutuhan itu, kata Regina Hutama, Humas Nokia Indonesia. ”Kami pun memproduksi ponselnya.”

Kelebihan lain Nokia ada pada keseriusan mereka menggarap komunitas penggemar ponsel: mulai dari komunitas Komunikator, E-series, hingga N-series. Dengan siasat ”melayani semua” dan membentuk komunitas inilah Nokia berkibar.

Nah, analis saham di pasar Wall Street, menginginkan langkah jitu yang sama dari Motorola, sebagaimana dulu mereka mencipta RAZR. Jika tak ada produk baru yang menggiurkan, kata Lawrence Harris, analis dari Oppenheimer & Co., manajemen mesti dirombak.

Nasib Zander memang sedang menunggu keputusan dewan komisaris. Sembari menunggu inilah Motorola menggebrak dengan jurus andalan mereka: tetap bertumpu pada RAZR, tapi dengan teknologi, desain, dan fungsi yang lebih mumpuni. Bintang lajang dan superkaya Kristin Davis pun direkrut. ”MotoRAZR2 pada dasarnya adalah kebangkitan kembali sang ikon,” kata Yanty Agus, Manajer Pemasaran Motorola untuk wilayah Asia Selatan.

Apakah kebangkitan kedua si Tipis akan berhasil? Jika tidak, sudah saatnya Motorola menerapkan jargon Ferguson berikutnya: ”Bila tim tak bisa menang, ubahlah segera.”

Yos Rizal S., Handy Dharmawan (Shanghai)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus