Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Catatan Terakhir tentang Putin

Buku yang mencoba memperlihatkan praktek Vladimir Putin memberangus demokrasi di Rusia.Ada investigasi mendalam dalam perang di Chechnya.

20 Agustus 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

A Russian Diary (Arch Tait) Pengarang: Anna Politkovskaya Penerbit: Harvil Secker, London, 2007 Tebal: 330 halaman

”Obsesiku menjadi oposan bagi Putin sehingga tak melihat apa pun di luar itu.” (Anna Politkovskaya, 1958 – 2006)—sekadar cerewetan....

Anna Politkovskaya memuat protes masyarakat Rusia dalam bukunya yang berjudul A Russian Diary, buku sekaligus karya terakhir wartawati Rusia itu. Sesungguhnya ia masih ingin menulis lebih banyak. Namun, bertepatan dengan ulang tahun Presiden Federasi Rusia, Vladimir Vladimirovich Putin, 7 Oktober 2006 lalu, seorang penembak bayaran telah mengakhiri hidupnya.

Anna menyayangkan optimisme masyarakat Rusia yang tidak didasari fakta akurat. Tapi inilah dampak dari kebijakan pemerintah Rusia yang menutup semua akses informasi dan menyingkirkan pendukung demokrasi. Dalam A Russian Diary, Anna Politkovskaya menelusuri akar masalah kematian demokrasi Rusia. Dan, di mata Anna, tiada orang yang paling bertanggung jawab atas keadaan ini selain Putin.

Babak pertamanya berbicara tentang Matinya Demokrasi Parlementer Rusia, dengan kurun waktu Desember 2003 hingga 2004. Babak kedua, Depresi Besar Politik Rusia dari April hingga Desember 2004. Dan babak ketiga tentang Ketidakpuasan di sepanjang Januari sampai Agustus 2005, dari musim panas sampai dingin.

Buku yang aslinya berbahasa Rusia dengan judul Arch Tait ini membongkar permainan politik kotor parlemen (Duma), Putin, berikut konco-konconya untuk memberangus demokrasi. Senjata Anna cuma satu: jurnalisme. Dalam kasus pembantaian rakyat Chechnya, misalnya, Anna menuliskan secara jernih praktek pembersihan etnis di Chechnya, negara bagian yang mayoritas penduduknya muslim. Diduga, Anna ditembak karena karya jurnalistiknya tentang Chechnya.

Begitu pula tentang penyerbuan sekolah di Beslan, Ossetia-Alania Utara, Rusia, pada 1 September 2004. Ada 186 anak sekolah tewas ditembak para penyandera. Anna langsung memutuskan terbang ke Beslan. Tapi dalam penerbangan ia diracun lewat air teh yang disuguhkan pramugari. Ini buah dari ancaman pembunuhan yang telah sekian kali diterimanya. Memang, nama Anna berada dalam daftar panjang ”musuh Rusia” oleh agen intelijen Rusia. Artinya, ia harus disingkirkan.

Di akhir penulisan bukunya setebal 330 halaman, Anna menulis satu esai bertajuk ”Takutkah Aku?” Ia menjawab dengan memaparkan argumen dan data tentang mengapa ia pesimistis. Anna tidak menjawab ya atau tidak. Ia hanya mengingatkan: bersikap optimistis lebih nyaman dan gampang. ”Namun cara itu juga sebagai hukuman mati bagi anak cucu kita,” kata Anna.

Nadine Gordimer, peraih Nobel Sastra 1991, memuji Anna dan karya jurnalistiknya. ”Ia menolak berbohong dalam kerja jurnalistiknya. Ia dibunuh dengan cara yang mengerikan, dan ini serangan terhadap dunia sastra,” ujar Nadine.

Anna menghasilkan karya-karya jurnalistik bermutunya juga karena dukungan dari pemilik koran tempat ia bekerja: Mikhail Gorbachev, mantan Presiden Uni Soviet. Ya, di antara para jurnalis di negeri itu, Anna termasuk beruntung. Putri mantan diplomat ini bekerja di koran yang pemiliknya tak menerapkan sensor atau tekanan terhadap wartawannya.

Buku ini layak menjadi referensi bagi wartawan, peneliti, pengamat, mahasiswa, dan masyarakat umum. Di buku ini kita bisa membaca tidak hanya soal keberanian dan keteguhan hati seorang wartawan sekaligus aktivis hak asasi manusia. Anna memperlihatkan semangatnya, juga kejeliannya mencium permainan kotor yang rumit dan canggih tanpa kompromi.

Buku ini memang ditulis seorang yang sangat kritis terhadap sosok Presiden Putin. Tapi, karena didukung dengan latar belakang jurnalistik, tak kelihatan gejala simplifikasi-generalisasi di dalamnya. Mungkin satu-satunya kelemahannya adalah tiadanya gambar, baik yang mendukung peristiwa yang diinvestigasinya maupun kejadian yang melibatkan Anna sendiri. Padahal ilustrasi seperti itu tentu memberikan jeda, mengalihkan pembaca dari kata-kata, sekaligus memperkaya isi buku.

Maria Rita Hasugian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus