Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

digital

Solid Melawan Monopoli Internet

Penemu World Wide Web menggagas pengembangan Internet versi baru untuk melawan monopoli raksasa teknologi. Membebaskan pengguna menentukan penyimpanan datanya dan siapa pengaksesnya.

7 Desember 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI Sir Tim Berners-Lee, 64 tahun, Internet saat ini melenceng jauh dari visi orisinal ketika ia menciptakan World Wide Web pada 1989. Untuk memperbaiki Internet yang sakit itu, Berners-Lee meluncurkan rencana penyelamatan global melalui situs web Contract for the Web (contractfortheweb.org). “Kekuatan-kekuatan yang mengakibatkan web salah arah itu sangat kuat. Bisa perusahaan yang hendak meraup untung sebesar-besarnya atau pemerintah yang ingin mempertahankan kekuasaannya,” kata Berners-Lee, seperti dikutip The Guardian, Ahad, 24 November lalu.

Meskipun percaya Internet masih bisa diselamatkan, sebenarnya Berners-Lee sejak 2015 telah mengembangkan pengganti Internet yang dinamai Social Linked Data (Solid). Ia mengembangkan infrastruktur web baru itu bersama grup peneliti di laboratorium Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat, karena melihat Internet bukan lagi ruang terbuka untuk semua. Ia mengatakan raksasa teknologi seperti Facebook dan Google memonopoli Internet dengan mengumpulkan data pengguna sebagai kompensasi atas pelayanan gratis.

Berners-Lee, menurut Irendra Radjawali, data scientist dari lembaga swadaya masyarakat Kemitraan, bukan berubah sikap dengan meluncurkan Contract for the Web setelah mendirikan Inrupt—perusahaan rintisan untuk mengembangkan Solid—pada tahun lalu. Solid dan Contract for the Web, kata Irendra, bersinergi. “Solid itu sistem yang memanifestasikan ideologi desentralisasi data, sedangkan Contract for the Web sebagai konvensi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sipil,” ujar Irendra, yang akrab disapa Radja.

Solid pada intinya mengusulkan sebuah solusi, yaitu memisahkan aplikasi dan data yang dihasilkan. Menurut Doddy Ferdiansyah, Ketua Research Group Information Technology Infrastructure and Information Security Universitas Pasundan, Bandung, aplikasi berbasis web yang ada saat ini masih bersifat sentralisasi. Ia memberikan contoh aplikasi media sosial Facebook, yang menyimpan semua data—foto, video, komentar, kalender, kontak, dan lainnya—yang diunggah pengguna ke server perusahaan milik Mark Zuckerberg itu. “Pengguna tidak tahu apa yang terjadi pada data yang tersimpan di sana,” katanya pada -Jumat, 29 November lalu.

Doddy mengingatkan kita pada skandal kebocoran data pribadi lebih dari 50 juta pengguna Facebook yang dilakukan Cambridge Analytica. Firma konsultan politik Inggris itu menangguk data pengguna lewat aplikasi kepribadian This is My Digital Life. Informasi yang dihimpun dipakai untuk mempengaruhi calon pemilih pada pemilihan Presiden Amerika Serikat yang dimenangi Donald J. Trump. Skandal itu terungkap setelah The New York Times dan The Guardian pada edisi 17 Maret 2018 merilis investigasi berdasarkan pengakuan eks karyawan Cambridge Analytica, Christopher Wylie.

Aplikasi web yang dibangun dengan arsitektur Solid, Doddy menjelaskan, akan membebaskan pengguna memilih penempatan datanya dan siapa pengaksesnya. Semua jenis data, kata Doddy, disimpan dalam penyimpanan yang disebut Solid Personal Online Data (Solid POD). “Solid POD bisa memakai tempat di mana saja, termasuk di dalam komputer pengguna atau penyimpanan eksternal. Tapi tidak akan disimpan di dalam server Inrupt karena tidak tersedia data storage,” ujar Doddy.

Solid POD, menurut Doddy, bukan semacam penyimpanan awan (Cloud). “Dengan bantuan Solid POD itu, data yang kita simpan dapat diakses orang lain sesuai dengan privilese yang sudah kita tentukan,” ujarnya. Berdasarkan penelusuran Doddy terhadap Solid di laman inrupt.com, ternyata Inrupt baru menyediakan aplikasi yang terbatas bagi pengembang. Sedangkan untuk penyimpanan data, aplikasi tersebut dapat mengalihkannya ke lokasi penyimpanan yang dipilih pengguna.

Sutono, dosen Program Studi Sistem Komputer Universitas Komputer Indonesia, Bandung, juga sudah mulai mempelajari Solid. Menurut dia, Solid pada dasarnya hampir serupa dengan pelayanan penyimpanan lain yang berbasis Cloud. “Bedanya, Solid menyediakan layanan aplikasi POD,” ucapnya, Selasa, 3 Desember lalu. Solid POD, kata dia, bisa melakukan sinkronisasi data dengan keamanan yang dimi-likinya untuk menyimpan data pengguna ke Cloud.

Menurut Sutono, cara kerja Solid sederhana. Setelah membuat akun, pengguna dapat memiliki media penyimpanan Cloud untuk menyimpan semua jenis data, seperti dokumen, foto, dan video. “POD ini diharapkan dapat memudahkan pengguna, sehingga bisa membuka atau menyunting data kapan saja dan di mana saja,” ujar Sutono. “Solid berpeluang cepat berkembang asalkan jumlah penggunanya banyak.”

Berbeda dengan Sutono, Doddy mengatakan, pada tahap pengembangan ini, alur kerja sistem pengoperasian Solid dari pengguna sampai penyimpanan data belum jelas benar. “Rahasia dapur Solid belum dipublikasikan untuk umum, jadi enggak bisa menebak-nebak,” ujarnya. Sejumlah dosen teknologi informasi dari beberapa kampus di Bandung yang Tempo temui pun mengaku belum paham atau belum mengetahui soal Solid ini.

Menurut penjelasan tentang cara kerja Solid di laman inrupt.com, Solid POD bisa berlokasi di rumah atau kantor pengguna. Bisa pula berada di penyedia Solid POD online yang dipilih pengguna. Untuk saat ini, baru ada dua penyedia Solid POD online, yakni inrupt.net dan solid.community. Yang bisa mendaftar dan membuat akun pada dua penyedia Solid POD online itu hanya para pengembang, sedangkan pengguna awam mesti bersabar menunggu.

Menurut Inrupt, Solid POD seperti USB flashdisk untuk web, yang dapat diakses dari mana saja. “Bayangkan Solid POD sebagai situs web pribadi Anda. Selain semua data Anda dapat beroperasi dengan semua aplikasi, Anda memiliki API (application programming interface)—perangkat pembuat peranti lunak—pribadi,” tulis Inrupt. “Anda bisa mengizinkan orang lain atau aplikasi membaca atau menulis bagian dari data Anda. Walhasil, bila memasang aplikasi baru, Anda tak perlu memberikan detail informasi, tapi aplikasi akan membaca dari POD Anda.”

Menurut Radja, adanya Solid—yang dia sebut sebagai antitesis dari sistem web yang eksploratif dan timpang dalam pe-manfaatan data digital--mungkin saja dapat mewujudkan Internet baru. “Tapi sangat susah dan berat. Solid dengan sistem web dan data yang ada saat ini seperti pertarungan antara anarkisme dan kapitalisme,” ujarnya. “Mewujudkan web baru tak akan mudah serta butuh konsensus bersama dan kepercayaan dari semua pengguna.”

Penolakan terhadap Solid mungkin saja akan sangat besar. Menurut Doddy, kehadiran Solid akan mengubah infrastruktur penggunaan aplikasi web. “Solid dapat menjadi ancaman yang besar bagi vendor-vendor pengembang aplikasi web yang ada saat ini,” ujarnya.

Radja menambahkan, sulit memperkirakan berapa lama Solid dapat menggantikan web saat ini. “Solid akan mendapat tantangan dan hambatan seperti ide-ide progresif dalam sistem sosial,” ujar Radja.

DODY HIDAYAT, ANWAR SISWADI (BANDUNG) | INRUPT, THE GUARDIAN, WIRED, FAST COMPANY, BUSINESS INSIDER

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus