Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Tiga jawara ke Asia-Pasifik

Dari 150 proposal, hanya 23 yang lolos mengikuti sesi pembinaan di Yogyakarta.

4 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sudah tiga kali Samsung mengadakan aksi sosial tahunan di Indonesia, untuk start-up baru tahun ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Samsung Global Startup Acceleration Program (GSAP) telah berakhir. Tiga start-up terbaik, yakni Moi, Majapahittech, dan Ailesh Power Co, akan mewakili Indonesia untuk mengikuti kompetisi di tingkat Asia-Pasifik. Mereka akan bersaing dengan start-up terbaik dari India, Malaysia, dan Afrika Selatan, yang juga mengikuti Samsung GSAP.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Mereka sudah mengikuti proses seleksi sejak Mei 2018. Di Indonesia, pesertanya 23 start-up. Mereka melalui seleksi proposal yang dipilih oleh Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi Universitas Gadjah Mada dan tim Samsung," ujar Corporate Social Contribution Samsung Electronic, Jihyun Yoon, di Auditorium Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Yogyakarta, Jumat pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yoon melihat antusias start-up Indonesia sangat baik. Buktinya, ada lebih dari 150 start-up yang mengirimkan proposal. Proposal tersebut lantas diseleksi oleh pihak UGM, disaring menjadi 50, yang selanjutnya dikirim ke Korea untuk diseleksi oleh karyawan Samsung, yang juga akan menjadi mentor selama GSAP berlangsung.

Proposal tersebut datang dari berbagai daerah, antara lain Surabaya, Lampung, Makassar, Bontang, Jakarta, Medan, Bandung, Surakarta, Semarang, dan Yogyakarta. Setelah disaring, tinggal 23 start-up yang berhak mengikuti sesi pembinaan. Mereka mendapat pelatihan dari para mentor karyawan Samsung. "Materinya telah disiapkan agar lebih kondusif, diskusi dapat lebih mendalam, dan materi yang diberikan dapat diterima dengan lebih maksimal," kata Yoon.

Ketiga start-up terbaik merupakan usaha rintisan dengan bidang berbeda. Start-up terbaik adalah Moi, yang memberikan penawaran sebuah aplikasi sebagai perantara antara bidan atau perawat dan masyarakat yang membutuhkan pendampingan kesehatan.

"Moi adalah aplikasi untuk membantu warga Indonesia yang membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah dan pendampingan di rumah sakit. Tenaga kerjanya adalah bidan dan perawat terlisensi dan sudah masuk training center. Artinya mereka mempunyai kemampuan dan kualitas baik," ujar CEO Moi, Kristina Sembiring.

Start-up asal Medan ini sudah memiliki 102 mitra bidan dan perawat. Mereka sudah melalui proses rekrutmen dan masuk dalam training center yang diadakan secara cuma-cuma. "Mana yang bisa yoga, mana yang bisa mendampingi ibu bersalin, mana yang bisa merawat, dan segala macam. Jadi kita punya tenaga ahli siap pakai," ucap Kristina.

Start-up terbaik kedua ditempati tim mahasiswa UGM dengan alatnya Majapahittech. Mereka menawarkan alat yang dapat dipasang pada setang sepeda motor untuk menghindari pencurian. Menurut CEO Majapahittech, Alwy Herfian S., alat ini tergolong revolusioner dengan sistem yang akan memudahkan pengguna.

"Kami terinspirasi dari password yang digunakan untuk membuka kunci pada ponsel. Kita harus mempunyai kode, salah satunya berupa angka," ujar Alwy. "Konsep itu kami terapkan pada alat ini. Nantinya hanya pemilik sepeda motor yang mengetahui pembuka kunci pada sepeda motornya. Misal, tombol klakson, tombol lampu, atau lainnya yang bisa digunakan sebagai pembuka kunci."

Posisi ketiga diraih Ailesh Power Co, start-up yang bergerak di bidang energi terbarukan, dengan memanfaatkan limbah padat kelapa sawit untuk bahan bakar. Ide pembuatannya, menurut CEO Ailesh Power Co, Fano Alfian, berawal dari riset yang dilakukan saat bergabung dengan salah satu kelompok studi mahasiswa di UGM.

"Kemudian kita kembangkan. Sekarang sudah kerja sama dengan salah satu perusahaan kelapa sawit di Jawa Barat untuk bahan bakunya dan kami dapatkan secara gratis. Kami juga akan mengajak kerja sama dengan perusahaan sawit lainnya. Ke depannya, kami akan mengolah limbah cair dari kelapa sawit juga," kata Fano.

Selain akan berkompetisi tingkat Asia-Pasifik, ketiga start-up terbaik tersebut masing-masing mendapatkan hadiah US$ 3.000 (setara dengan Rp 42 juta) untuk Moi, US$ 2.000 (setara dengan Rp 28,6 juta) untuk Majapahittech, dan US$ 1.000 (setara Rp 14,3 juta) diterima Ailesh Power Co.

MOH. KHORY ALFARIZI | FIRMAN ATMAKUSUMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus