Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Urunan Internet Murah

Warga sejumlah perumahan di Jakarta, Bogor,dan Bandung membangun jaringan Internet nirkabel. Murah, mudah, cepat, dan aman.

21 Mei 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Otaknya berputar keras. Tagihan telepon sebesar Rp 700 ribu sebulan cukup membebani keuangan rumah tangganya. Internet yang hanya dipakai dua atau tiga jam begitu menyedot re-kening. Namun, Gatot Sutrisno, warga Perumahan Bukit Permata, Cimahi, Jawa Barat, tetap membutuhkan akses Internet. Dia perlu karena pekerjaannya di bidang teknologi pada pabrik garmen. Belum lagi kebutuhan anaknya yang masih sekolah menengah pertama mengumpulkan bahan tugas sekolah. Aha, mengapa tidak urunan saja dengan tetangga?

Gatot berhasil mengumpulkan dan meyakinkan sembilan tetangganya. Mereka bergotong-royong membeli tiang pancang dengan dua antena pada Februari lalu. Harganya sekitar Rp 8 jutaan. Jadilah warga perumahan itu mengakses Internet di rumahnya. Tidak perlu ke warnet atau mengeluarkan uang besar. Warga cukup bayar iuran Rp 150 ribu sebulan dengan akses 24 jam. ”Jadinya lebih murah, mudah dan cepat,” kata Gatot pekan lalu.

Kini para tetangga bisa menikmati kerja gotong-royong itu. Misalnya, Taufik Rahman. Mahasiswa Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Amerika (LPKIA) angkatan 2005, sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Dia bisa mencari bahan tugas kuliahnya di rumah. Atau sekadar mengobrol dengan temannya melalui Internet. Tak perlu ke warnet yang rata-rata sewanya Rp 3.500 sejam.

Konsep patungan Internet telah diperkenalkan Michael S. Sunggiardi, pendiri PT Bonet Utama Bogor, sejak 1999. Saat itu Michael membuat sambungan Internet dari kantor ke rumahnya. Beberapa tetangganya tertarik bergabung. Dia pun menyebutnya RT/RW Net. Setelah melakukan berbagai percobaan membuat pemancar yang dapat mengakses Internet, akhirnya Michael dan timnya memperkenalkan teknologi jaringan nirkabel. Ia dibantu temannya, Onno S. Purbo, pakar teknologi informasi.

Jaringan nirkabel prinsipnya menggantikan fungsi jaringan telepon dengan gelombang radio dalam mengangkut data. Pemancar Internet ini berada pada gelombang radio berfrekuensi 2,4 Gigahertz, yang biasa disebut akses wi-fi (wireless fidelity). Tanpa kabel telepon berarti tak perlu bayar pulsa.

Gelombang ini selanjutnya ditangkap peralatan antena penerima yang kemudian disebarkan lagi ke rumah-rumah. Warga pun bisa menikmati jagat maya dengan kecepatan 128 kilobita per detik (kbps). Bandingkan dengan dial up ke Telkomnet Instant yang berkecepatan kurang dari separuhnya.

Kini ide patungan Internet nirkabel itu telah menyebar ke banyak perumahan kelas menengah atas. Di Bogor, sebut saja ada perumahan Baranang-siang Indah, Bukit Cimanggu Villa, Vila Duta, Vila Indah Pajajaran, Cimanggu Permai, Taman Cimanggu, Indraprasta, Bantar Jati, atau Bogor Baru. ”Mantap, lebih cepat aksesnya, dan tidak takut kabel putus,” ujar Melinda, warga Baranangsiang Indah.

Banyaknya peminat Internet di perumahan ini membuat perusahaan penyedia jasa Internet PT Bonet Utama kebanjiran order. Kini sudah lebih dari 10 perumahan yang memasang Internet secara bersama-sama di Kota Bogor.

Account Manager Bonet, Hanny Purmawati, mengatakan, pemasangan RT/RW Net membutuhkan minimal 5 pelanggan. Setiap orang hanya dikenakan biaya pendaftaran instalasi Rp 550 ribu. Pelanggan bisa memilih akses Internet tanpa batas waktu sebesar Rp 440 ribu perbulan. Pilihan lainnya berupa paket 25 jam per bulan sebesar Rp 88 ribu.

Setelah terdaftar, masing-masing rumah akan mendapatkan nama sandi. ”Kebanyakan mereka memilih paket unlimited,” ujar Hanny. Dengan paket ini pelanggan bisa menggunakan akses Internet selama 24 jam selama sebulan penuh.

Permintaan instalasi Internet ramai-ramai itu juga dialami PC24 Cyber Jakarta. Pengelola Sofianti mengatakan, perusahaannya sedang mengembangkan jaringan Internet nirkabel patungan ini ke wilayah Mataram, Ambon, dan Kalimantan. ”Peluangnya sangat bagus,” kata Sofie. PC24 telah memasang perangkat Internet ini di beberapa perumahan seperti kota wisata Cibubur, Bona Indah Lebak Bulus. Mereka juga menjual alat-alatnya secara terpisah.

Sofie juga menjadi penggagas Internet tanpa jaringan kabel di permukimannya, Vila Cendana Ciputat. Awalnya hanya ada 12 warga yang bersedia urunan membeli tiang pancang dengan dua antena seharga 12 juta. Tiang dengan tinggi sekitar 15 meter mampu menjangkau hingga radius 5 kilometer. Kini jumlah warga bertambah menjadi 50 orang sehingga antenanya juga menjadi empat. ”Wireless lebih aman dan praktis. Tidak usah khawatir kena petir,” kata Sofie.

Pasang Internet secara patungan memang bertujuan untuk menekan biaya. Tapi biaya bisa lebih ditekan dengan kreasi sendiri seperti yang kini dipopulerkan Onno W. Purbo. Dalam beberapa kesempatan seminar, Onno mengatakan, biaya yang dikeluarkan untuk memasang perangkat ini kurang dari Rp 500 ribu. Dana instalasi pun akan tambah murah dengan patungan.

Onno menyebarluaskan gagasan perangkat murah itu setelah terinspirasi oleh seorang teknisi komputer asal Yogyakarta bernama Pak Gun. Alumnus Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Depok, Sleman, itu merancang antena dari wajan, tutup panci, kaleng dan pipa peralon. Ia menamai antenanya itu Wajanbolic E-goen. Dalam tulisan berjudul ”Workshop ‘nDeso’ Membuat Antena Wajanbolic”, Pak Gun memandu peminat antena itu di beberapa situs teknologi informasi. ”Teknik Wajanbolic E-goen sangat kreatif dan menghemat investasi peralatan akses ke Internet,” kata Onno.

Dengan peralatan yang sangat sederhana dan bermodal sekitar Rp 300–350 ribu itu Pak Gun membangun sambungan Internet yang dapat menjangkau wilayah 4-5 kilometer. ”Saya sudah mencoba Pancibolic Pak Gun dan berhasil,” kata Sumarmo, warga perumahan Vila Dago Tol, Pamulang.

Gatot Sutrisno, Sumarmo, Taufik Rahman, Melinda adalah contoh warga perumahan yang berinisiatif menggalang iuran dengan para tetangga. Mereka gemas melihat harga Internet di Indonesia yang selangit dan leletnya minta ampun.

Yandi M.R., Rinny Srihartini,Deffan Purnama, Riky Ferdianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus