Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan neraca komoditas akan berakhir pada 31 Desember 2022. Untuk itu, impor pangan dalam negeri yang terlambat direalisasikan baru bisa berjalan tahun depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tahun depan ini harusnya kita advance kebutuhan setahun berapa, minimal per tiga bulan kita sudah putuskan (impor) berapa. Sehingga, sebelum Lebaran, semua komoditas yang bergantung pada impor itu harusnya sudah selesai," tuturnya kepada Tempo di Jakarta Utara pada Jumat, 16 Desember 2022 .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komoditas yang mengalami keterlambatan impor adalah kedelai, beras, dan bawang putih. Misalnya beras, hingga kini Bulog baru merealisasikan impor sebesar 10 ribu ton dari total penugasan sebanyak 500 ribu ton.
Bulog menyatakan masih akan berupaya mengimpor beras sampai 200 ribu ton hingga akhir tahun ini. Lalu sisanya, sebanyak 300 ribu ton impor beras baru akan berlangsung pada Januari hingga pertengahan Februari 2023 atau sebelum terjadi panen raya di Tanah Air.
Kemudian untuk kedelai, Bulog belum bisa memenuhi penugasan di akhir tahun ini. Sehingga, impor kedelai akan berlangsung pada awal tahun depan sebanyak 350 ribu ton. Menurut Arief, Bulog sedang mempersiapkan impor kedelai dari Amerika Serikat tanpa perantara perusahaan importir swasta. Tujuannya agar pemerintah mendapatkan harga yang lebih rendah. Ditambah, upaya tersebut untuk mencegah pengaturan harga oleh swasta.
"Selama ini kan Bulog hanya mengerjakan beras, sekarang udah mulai untuk jagung peternak, dan kedelai. Kita mau mengembalikan Bulog supaya pemerintah itu bisa intervensi," ujarnya.
Bapanas sebelumnya dinilai terlambat melakukan impor kedelai sehingga harga komoditas itu di perajin telah melonjak sampai Rp 14 ribu per kilogram. Musababnya adalah stok yang kian tiris. Arief pun tak menampik masalah itu.
Dia menjelaskan lamanya proses importasi kedelai menjadi penyebab kenaikan harga komoditas. Namun dia berdalih lamanya proses impor ini tak terlepas dari masa perjalanannya hingga barang yang perlu dikarantina selama tiga bulan. Selain itu, kata dia, Amerika sebagai negara asal impor kedelai belum panen raya.
Arief berharap nilai tukar rupiah stabil dan harga komoditas di luar negeri turun. Sehingga, harga kedelai juga semakin terjangkau. Dia memperkirakan harga di dalam negeri bisa menjadi Rp 11 ribu per kilogram jika situasi membaik.
Di sisi lain untuk komoditas bawang putih, Arief mengatakan pemerintah masih akan melakukan rapat koordinasi terbatas atau rakortas untuk menentukan kuota impornya. Ia memperkirakan importasinya baru bisa dilakukan tahun depan.
Adapun untuk impor daging ruminansia, Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dan PT Berdikari telah menyelesaikan penugasannya. Pada Jumat lalu, PT Berdikari membongkar impor daging dari Brazil di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Bapanas mencatat daging impor yang masuk ke Indonesia mencapai 699 kontainer atau setara 19,467 ton daging sapi. Jumlah tersebut telah mencapai 97,34 persen dari penugasan pemerintah sebanyak 20 ribu ton.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.