Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Transportasi Perkotaan dari Universitas Lampung Aleksander Purba menanggapi insiden penumpang yang tertinggal naik Kereta Cepat Whoosh. Kejadian itu terjadi pada Kamis, 19 Oktober 2023, untuk jadwal keberangkat 06.56 WIB dari Stasiun Padalarang, karena ada kendala pada operasional Kereta Api Feeder.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Aleksander, pada tahap awal kejadian itu masih bisa dimaklumi. “Sekaligus menjadi lesson learned (pelajaran yang harus dipetik),” ujar dia saat dihubungi pada Sabtu, 21 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dia menjelaskan, idealnya sistem Kereta Cepat Whoosh bekerja sempurna, tapi tetap saja ada faktor tak terduga yang terjadi. Namun, kejadian itu bisa dipelajari dan diminimalisir. Aleksander mengusulkan, jika kondisi itu sulit diatasi karena kereta cepat dan kereta feeder berbeda, maka sebaiknya dicantumkan rentang waktu berlaku pada tiket.
Aleksander mencontohkan satu jam atau satu setengah jam. Misalnya masa berlaku tiket pukul 08.00-08.30 WIB atau 08.00-09.00 WIB. “Dengan demikian, jika tertinggal tidak otomatis tiket tidak berlaku,” ucap Aleksander.
Menurut dia, kebijakan itu tidak akan merugikan operator, selain itu penumpang juga tidak was-was. “Sekali lagi karena operator Whoosh dan feeder adalah entitas yang berbeda, tentu tidak mudah untuk memadukan dua sistem operasi,” tutur dia.
PT KCIC buka suara soal 31 penumpang tertinggal
Sebelumnya, PT Kereta Cepat Indonesia China atau PT KCIC buka suara soal kejadian itu. General Manager Corporate Secretary PT KCIC Eva Chairunisa mengatakan pihaknya memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan penumpang Kereta Cepat Whoosh yang mengalami keterlambatan.
“Karena adanya kendala operasional kereta feeder dari Stasiun Bandung,” ujar lewat keterangan tertulis pada Kamis, 19 Oktober 2023.
Menurut dia, Kereta Cepat Whoosh mengutamakan ketepatan waktu dalam operasionalnya dengan tingkat ketepatan yang mendekati 100 persen, sehingga Kereta Cepat Whoosh tidak dapat menunggu penumpang di luar jadwal keberangkatan.
“Pengaturan operasional perjalanan kereta cepat sangat mengutamakan keselamatan dan keamanan,” tutur Eva.
Sebagai bentuk kompensasi atas kejadian tersebut, sebanyak 30 penumpang yang mengalami keterlambatan diperkenankan untuk mengikuti perjalanan Kereta Cepat Whoosh selanjutnya pada pukul 09.02 WIB tanpa harus membeli tiket baru. Selama menunggu di hall Stasiun Padalarang, PT KCIC juga memberikan snack serta minuman.
Sementara satu penumpang lainnya yang memilih untuk pembatalan tiket juga telah dilayani melalui loket Stasiun Padalarang dengan pengembalian bea tiket 100 persen. Selain itu, untuk mencegah agar hal ini tidak kembali terjadi, PT KCIC akan terus berkoordinasi bersama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI untuk pelayanan yang lebih baik.
“Ke depan, PT KAI juga akan menyiapkan satu rangkaian cadangan Kereta Api Feeder di Stasiun Bandung sebagai bentuk antisipasi,” tutur Eva.
Pilihan editor: 31 Ribu Tiket Kereta Cepat Whoosh Terjual, KCIC: 4 Kereta Berjalan dengan Okupansi 96 Persen