Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ketika Mimpi Buruk Hollywood Menyeberang ke Dunia Nyata

Ahli virologi yang jadi konsultan film thriller ‘Contagion’ pada 2011 lalu kini  mengumpulkan para selebriti pemeran film itu untuk membantu menyebarkan pesan positif melawan virus corona.

 

2 Mei 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas Dinas Kesehatan Kota Bandung melakukan tes PCR (polymerase chain reaction) di Terminal Cicaheum, Bandung, Jawa Barat, 13 Mei 2020. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mungkin tak banyak orang mengenal Ian Lipkin (67), virologis dan fisikawan di balik film box office 'Contagion'. Dialah yang menjadi konsultan film Hollywood itu dan berkat dialah, skenario dan adegan-adegan dalam film yang kini kembali meledak itu, sungguh realistis. Kita seolah melihat semua yang kita alami saat ini telah diprediksi dengan demikian akurat sembilan tahun sebelum semuanya terjadi.  

Dalam wawancara dengan Financial Times, pada awal April 2020, Lipkin bercerita panjang lebar soal filmnya dan pandemi Covid-19. Dia juga membeberkan keyakinannya bahwa virus-virus mematikan seperti yang memicu wabah tahun ini, akan terus muncul di masa depan. Lipkin sungguh khawatir menyaksikan reaksi banyak pemimpin pemerintah yang dinilainya tak siap menghadapi pagebluk. 

Karena itulah, Lipkin kini aktif mendorong kampanye masif untuk mencegah penularan virus corona. Dia menghimpun sejumlah aktor yang terlibat dalam syuting film 'Contagion' dan mengajak mereka membuat video layanan masyarakat untuk kampanye melawan penularan virus corona.

Pada video itu terlihat aktris Kate Winslet merekam dirinya mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik dan mengimbau penonton untuk melakukan hal yang sama. Sedangkan aktor lain dalam film itu, Matt Damon,  menyarankan orang-orang untuk saling menjaga jarak setidaknya sekitar dua meter. Pada adegan lain dalam video tersebut,  Laurence Fishburne mengingatkan bahwa separuh populasi di dunia bisa tertular virus Corona jika tak dilakukan upaya pencegahan yang masif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jelas, ini gawat," kata Lipkin. Dia menilai berbagai kebijakan karantina total atau lockdown yang diadopsi oleh banyak negara di dunia untuk mencegah penularan virus saat vaksin belum ditemukan, mengandung banyak kelemahan. Terutama ketika tidak dibarengi pelacakan kontak yang efektif dan fasilitas isolasi selagi vaksin dikembangkan. "Tanpa itu, akan sulit buat kita keluar dari karantina." 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

***

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengunjungi fasilitas pembuatan Produk Medis Puritan di mana uji tes usap untuk virus corona (Covid-19) dibuat di Guilford, Maine, AS, 5 Juni 2020. REUTERS / Tom Brenner


Ian Lipkin saat ini menjabat sebagai Direktur Center for Infection and Immunity di Universitas Columbia, Amerika Serikat. Saat ini, dia  sedang meneliti asal virus Corona dan memimpin kerja timnya menganalisa hasil tes, metode pencegahan, dan perawatan Covid-19.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Di tengah penelitiannya atas penyebab pandemi global ini, Lipkin dinyatakan positif terinfeksi virus mematikan itu. "Saya jadi kehilangan enam  minggu," katanya.

Lipkin pertama kali mengetahui tentang penyakit Covid-19 dari rekan-rekannya di Cina, negara di mana penyakit tersebut pertama kali muncul pada pertengahan Desember 2019. 

Karena itu, pada awal Januari 2020, ia menyarankan rekan-rekannya di Cina untuk mempublikasikan urutan genetik virus untuk membantu penelitian di negara-negara lain untuk menemukan vaksin. Dia juga mengunjungi pejabat tinggi Cina termasuk PM Li Keqiang untuk mendiskusikan penyakit itu. Lipkin lalu mengkarantina diri selama dua minggu saat ia kembali pada awal Februari 2020, namun menurutnya, ia terinfeksi Covid-19 di Amerika.

Rekan-rekannya sempat menyarankan untuk pergi ke rumah sakit namun Lipkin memutuskan untuk merawat dirinya sendiri di rumah dengan menggunakan hidroksiklorokuin, obat antimalaria yang dipercaya oleh sebagian orang bisa membantu penyembuhan. “Saya agak khawatir untuk beberapa hari. Jangan sampai kalian terjangkit (penyakit) ini,” katanya.

Film 'Contagion' besutan sutradara Steven Soderbergh dan penulis Scott Burns itu memang kembali mendulang popularitas sekarang, sembilan tahun sejak peluncurannya.  Banyak warga menyebutnya film pandemi yang wajib ditonton karena kemiripannya dengan wabah virus corona yang kini alami sekarang.

Di film tersebut misalnya, dikisahkan bahwa sebuah virus mematikan yang berasal dari kelelawar hinggap di manusia melalui hewan perantara. Penularan virus yang amat cepat memicu terjadi panic-buying.  Ini menyebabkan kelangkaan barang kebutuhan warga di toko-toko, sementara para ilmuwan berjibaku untuk menemukan vaksin. Bersamaan dengan itu, justru para politisi berusaha mementingkan diri sendiri dan para ahli teori konspirasi berusaha menutupi krisis akibat Covid-19. 

"Saat film ini pertama keluar, pelatihan di CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) meningkat dramatis. Film itu menginspirasi orang-orang yang untuk melakukan hal tersebut," kata Lipkin. "Saya dikabarkan bahwa mereka mengunduhnya di Cina (sekarang) yang bahkan saya sendiri tidak pernah tahu bahwa mereka bisa melakukan itu."

Namun ada satu perbedaan yang cukup nyata. Para pemegang otoritas di dalam film fiksi pandemi tersebut bertindak lebih cepat daripada beberapa rekan mereka di dunia nyata. "Kita (di Amerika Serikat) begitu lelet. Begitu juga dengan Inggris. Masyarakat negara-negara ini telah menanggung risikonya," kata Lipkin. Ia menilai, minimnya tes masif dan  pelacakan yang tidak memadai telah meningkatkan angka kematian.

"Jerman dengan sigap melakukan tes dan pencegahan, dan berhasil mengontrol (penyebaran) wabah - tidak ada penjelasan lain mengapa tingkat kematian di sana rendah," katanya lagi.

***

Pemakaman masal korban Covid-19 di New York's Hart Island, New York, Amerika Serikat, 9 April lalu. REUTERS/Lucas Jackson/File Photo

Di Amerika Serikat, Lipkin meyakini bahwa tantangan terbesar saat ini adalah tidak konsistennya rekomendasi atau petunjuk dari pemerintah. Presiden Donald Trump sendiri tidak setuju dengan kebijakan lockdown. Trump bahkan sempat mengatakan akan membuka kembali ekonomi AS saat Paskah dan sempat mengindikasikan akan memecat Anthony Fauci, pejabat tinggi kesehatan yang menyarankan AS melakukan tanggap darurat corona, sebelum akhirnya niat tersebut diurungkan.

Lipkin menggambarkan Fauci sebagai pribadi yang memiliki integritas, yang ia sebut sebagai "pahlawan " saat pandemi mewabah di Amerika. Sampai saat ini lebih dari 33.000 orang meninggal dunia dan 670.000 terinfeksi -  angka terburuk dari negara manapun di dunia.

"Memang benar bahwa negara bagian memiliki kemampuan untuk membuat keputusan mereka sendiri bagi lingkup area masing-masing, namun mereka mengadopsi petunjuk dari pimpinan nasional," kata Lipkin.

Lipkin sendiri yang digambarkan sebagai maverick di film karya Steven Soderbergh, belakangan sering muncul sebagai komentator di Fox News. Dia berharap Presiden Trump atau rekan-rekannya di Gedung Putih akan mendengar sarannya pada acara bincang-bincang di stasiun teve itu, untuk langkah-langkah yang  diyakini krusial dalam memotong rantai wabah. Lipkin berharap dia bisa meyakinkan Trump untuk memperpanjang masa lockdown  dan mempekerjakan "tentara pekerja medis" untuk melacak dan mengisolasi kontak apabila ekonomi kembali dibuka.

"Tidak ada yang tahu sejauh mana virus ini akan menyebar. Bisa saja sepertiga atau seluruh populasi dunia.  ini hanyalah angka yang kita perkirakan," katanya.

Lipkin juga menampik anggapan yang mengatakan bahwa Cina patut disalahkan untuk virus Sars-Cov-2 yang telah menyebabkan COVID-19 ini. Trump berulang kali menyebut virus tersebut sebagai “Virus Cina”. Bahkan, Trump menunda bantuan dana untuk WHO yang dianggapnya sebagai “China-sentris”. Sikap ini yang memicu keributan di antara para sekutu AS.

"Ini adalah masalah global yang harus diatasi dengan solusi global bukan dengan nasionalisme," kata Lipkin yang mendapatkan dua medali kehormatan dari Cina untuk karyanya. Ia juga memiliki hubungan erat dengan ahli kesehatan Cina sejak 17 tahun silam saat ia memberikan masukan dan saran mengenai wabah SARS pada 2003 silam.

Menurutnya, program percepatan bisa menghasilkan vaksin lebih singkat daripada biasanya. Pengembangan vaksin biasanya memakan waktu 18-24 bulan. “Banyak yang mengatakan akan kurang dari setahun, tapi itu akan terlalu dramatis,” katanya. Meskipun begitu,  Lipkin mengingatkan bahwa mendapatkan persetujuan pengaturan bisa menjadi tantangan terbesar.

Lipkin kini bekerja sama dengan peneliti-peneliti Cina untuk melakukan tes antibodi dari sampel bank darah secara nasional. Riset itu bertujuan untuk melihat apakah penyakit tersebut sudah ada jauh sebelum pasien-pasien tersebut tercatat resmi di Wuhan, kota asal Covid-19 menurut otoritas Cina.

Riset sejauh ini, menurutnya, menunjukkan virus itu bisa jadi berasal dari perdagangan hewan liar dan telah mengalami mutasi berkali-kali dari hewan ke manusia beberapa minggu sebelum kasus pertama dicatat. Hal ini memiliki beberapa preseden seperti ketika virus Middle East respiratory syndrome atau MERS ditularkan unta ke manusia pada 2012, dan virus SARS yang menular dari musang ke manusia pada 2003.

Namun, apapun yang mereka temukan, Lipkin berpendapat bahwa virus-virus yang bahkan lebih berbahaya akan terus muncul di masa depan. "Sepertinya ini bukan yang terakhir," katanya. 

Artikel ini pertama dimuat di Financial Times pada 17 April, 2020. 

Penerjemah: Laila Afifa

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus