Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Analis: Investasi Saham dan Emas Solusi Aman Hadapi Kebijakan Tarif Impor Trump

Menurut analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, logam mulia itu terus meningkat nilainya. Kemudian saham juga termasuk aset yang likuid.

11 April 2025 | 13.03 WIB

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 8 April 2025. IHSG turun drastis 9,19% atau 598,55 poin ke level 5.912.06 pada perdagangan perdana setelah libur panjang Lebaran 2025. Bursa Efek Indonesia menghentikan perdagangan sementara selama 30 menit atau trading halt karena penuruan lebih dari 8%. Tempo/M Taufan Rengganis
Perbesar
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 8 April 2025. IHSG turun drastis 9,19% atau 598,55 poin ke level 5.912.06 pada perdagangan perdana setelah libur panjang Lebaran 2025. Bursa Efek Indonesia menghentikan perdagangan sementara selama 30 menit atau trading halt karena penuruan lebih dari 8%. Tempo/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan kebijakan tarif impor yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, membuat banyak masyarakat beralih ke pasar saham dan investasi emas. Menurut Ibrahim, langkah tersebut sudah keputusan yang baik untuk merespons kebijakan perang dagang itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Kalau mau dana aman maka investasi emas dan saham adalah solusinya. Logam mulia itu terus meningkat nilainya, kalau deposito pasti akan stagnan, obligasinya akan stagnan. Kemudian saham juga termasuk aset yang likuid,” kata Ibrahim saat dihubungi Jumat, 11 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Trump menetapkan tarif impor barang asal Indonesia sebesar 32 persen. Tarif terbaru tersebut merupakan tarif timbal balik atau resiprokal, karena Indonesia juga mengenakan tarif terhadap produk-produk dari Negeri Paman Sam yang masuk ke tanah air. Kebijakan ini awalnya berlaku mulai pekan ini, namun Trump mengumumkan penundaan pemberlakuan tarif impor itu selama 90 hari ke depan.

Ibrahim menilai, keputusan penundaan pemberlakuan itu pula yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebelumnya turun drastis, kini sudah mulai membaik dan menguat. Meskipun perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina, kata dia, terus memanas hingga saat ini.

Masyarakat Indonesia, menurut Ibrahim, sudah mulai peka terhadap kondisi perekonomian global saat negara-negara besar seperti Amerika mengeluarkan kebijakan tarif impor itu. Hal ini terlihat dengan banyaknya antrean pembelian emas sejak masifnya pemberitaan soal perang dagang ini.

“Saat ini kondisi pasar bisa ditebak. Pengusaha-pengusaha yang mengalami kerugian secara fisik akan melakukan transaksi derivatif untuk menutup kerugiannya. Jadi menurut saya masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai banyak yang melek soal perekonomian,” ujar dia.

Kemudian Ibrahim turut menyinggung soal kebijakan tarif impor Trump itu. Dia menilai kebijakan tersebut hadir untuk menyerang negara-negara yang mengganggu keseimbangan ekspor impor Amerika Serikat. Semisal perusahaan Cina yang sangat mudah mengekspor barang ke Amerika.

Ia menyebut, Trump ingin Amerika mendapat keuntungan dari perdagangan tersebut, dengan menetapkan tarif impor untuk negara-negara yang dianggap merugikan kestabilan perekonomian negaranya. Namun kebijakan itu ternyata juga menyasar ke semua negara, termasuk Indonesia.

Sebelumnya, Trump telah mengumumkan tarif resiprokal terhadap sejumlah mitra dagang AS pada Rabu pekan lalu. Dia juga menerapkan kombinasi tarif universal setidaknya 10 persen untuk hampir seluruh barang yang masuk dari negara lain ke Negeri Abang Sam. 

“Kebijakan Amerika Serikat adalah menyeimbangkan kembali arus perdagangan global dengan mengenakan bea masuk tambahan pada semua barang impor dari semua mitra dagang, kecuali sebagaimana ditentukan lain di sini. Bea masuk tambahan pada semua impor dari mitra dagang dimulai 10 persen,” kata Trump melalui Perintah Eksekutif (Executive Order), Rabu, 2 April 2025, seperti dilansir dari laman Gedung Putih. 

Setelah diumumkan, sejumlah negara berusaha melakukan negosiasi dengan mengirimkan surat hingga menerbangkan delegasi langsung ke Amerika Serikat, termasuk Indonesia. Tidak sedikit pula yang memilih untuk menempuh tindakan balasan atau retaliasi, seperti yang dilakukan Kanada, Cina, dan Uni Eropa. 

Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan Cina kini semakin memanas. Kedua negara enggan untuk berdamai dan mematok tarif semakin tinggi hingga ratusan persen.

Alif Ilham Fajriadi

Bergabung dengan Tempo sejak November 2023. Lulusan UIN Imam Bonjol Padang ini tertarik pada isu perkotaan, lingkungan, dan kriminalitas. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus