Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Menu tambahan susu tak masuk dalam menu wajib yang diberikan dalam Program Makan Bergizi Gratis atau MBG oleh Pemerintah Kota Palembang. Hal itu diungkapkan oleh Asosiasi Dietisien Indonesia atau AsDI Sumsel yang membantu menyusun rancangan gizi untuk MBG.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Asosiasi Dietisien Indonesia Yenita mengatakan, alasan AsDI Sumsel tidak memasukan menu tambahan susu ke dalam menu wajib yang diberikan kepada anak-anak sekolah, dikarenakan pengurangan anggaran MBG yang semula Rp 15 ribu menjadi Rp 10 ribu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami tidak memasukkan susu karena tarif anggaran Makan Bergizi Gratis hanya Rp10 ribu," kata Yenita kepada Tempo melalui aplikasi perpesanan Whatsapp pada Senin malam, 6 Januari 2025.
Sebelumnya, keberadaan menu tambahan susu menjadi pertanyaan, sebab dalam penyaluran perdana Makan Bergizi Gratis di lima sekolah di Kota Palembang, tidak terdapat menu susu di dalamnya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang memang pernah membocorkan menu Makanan Bergizi Gratis termasuk vitamin, susu dan lauk pauk yang telah dihitung kandungan gizinya oleh Badan Gizi Nasional.
"Ada nasi, buah, sayur, lauk, susu dan air putih. Nanti dipersiapkan oleh Badan Gizi Nasional yang sudah dibentuk. Timnya ada Satker sendiri, kami hanya menyiapkan siswa dan guru," kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Palembang Adrianus Amri pada saat Simulasi Makan Bergizi Gratis di SMPN 10 Palembang Jumat, 21 November 2024 lalu.
Namun, belakangan AsDI Sumsel yang terdiri dari berbagai ahli gizi tetap menyusun dan merancang program yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto tersebut dengan metode gizi seimbang yang akan didistribusikan untuk anak sekolah, ibu hamil dan menyusui.
"Jadi, gizi seimbang itu disetiap prosi makanan, harus ada kandungan karbohidrat, protein hewani, nabati, vitamin dan mineral. Termasuk sayuran dan buah," kata dia.
Dengan penetapan anggaran yang baru, hal itu menjadi tantangan tersendiri baginya dengan tim ahli gizi lainnya. Jika sebelumnya dengan anggaran Rp 15 ribu timnya bisa leluasa untuk merancang berbagai menu, maka saat ini ada seleksi lebih ketat dalam membuat beragam menu tiap harinya.
"Saat anggarannya berganti menjadi Rp10 ribu, kita agak sedikit sulit menentukan berbagai menunya. Ditambah lagi, kita juga harus menyesuaikan dengan harga pangan lokal," kata dia.
Ia menyebut, sebetulnya tidak ada perbedaan dengan pemenuhan gizi seimbang yang ada di dalam setiap porsi makanan, karena pemenuhannya dihitung dari komposisi karbohidrat, protein hewani, nabati, vitamin dan mineral. Namun, menu akan berbeda. Jika harga Rp 15 ribu bisa mendapatkan daging sapi, maka harga Rp 10 ribu hanya bisa mendapatkan ayam saja.
"Tapi tergantung pelaksananya ya, kalau dengan anggaran seperti itu bisa mendapatkan menu terbaik, seperti yang disebutkan tadi, ya kenapa tidak. Tetapi, kita tetap berusaha menyusun menu yang terbaik," kata dia.
Aternatif menu seimbang dengan anggaran Rp10 ribu juga akan menerapkan metode secukupnya. Artinya, tetap ada protein hewani seperti ayam dengan potongannya tidak terlalu besar karena menyesuaikam harga bahan pangan di pasaran. "Iya, kita usahakan menuanya beragam," katanya.
Yeni mengatakan, sebetulnya Makan Bergizi Gratis hanya bisa memenuhi 30 persen dalam pemenuhan gizi seimbang setiap harinya. Sisanya adalah makan pagi atau sarapan dan makan makan sore. "Makan Bergizi Gratis ini juga diharapkan agar anak-anak di sekolah tak jajan sembarangan dan gizinya bisa dikontrol."
Saat ditanya mengenai tidak adanya susu, buah atau salah satu komponen lainnya dalam menu Makan Bergizi Gratis, Yeni mengatakan hal itu tidak menjadi masalah, asal ada pemenuhan protein hewani lainnya atau serat lainnya.
Pilihan Editor: Dapur Umum Makan Bergizi Gratis di Solo Beroperasi Pekan Depan