Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Asosiasi Ungkap Daftar 60 Perusahaan Tekstil yang Kolaps

Jumlah ini berpotensi terus meningkat karena tidak semua perusahaan tekstil langsung melapor pada asosiasi ketika tutup.

20 Desember 2024 | 04.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (Apsyfi) Redma Gita Wirawasta mengatakan selama dua tahun terakhir sebanyak 60 perusahaan tekstil dalam negeri terguncang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan data yang dia miliki, Redma mengatakan, sebanyak 34 perusahaan tutup dan berhenti beroperasi, sisanya melakukan efisiensi berupa pengurangan tenaga kerja atau pemutusan hubungan kerja (PHK), merumahkan tenaga kerja, dan relokasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hal ini mengakibatkan sekitar 250 ribu karyawan mengalami PHK,” ujarnya saat ditemui Tempo di kawasan Jakarta Selatan, Kamis, 19 Desember 2024.

Redma mengatakan jumlah ini berpotensi terus meningkat karena tidak semua perusahaan tekstil langsung melapor pada asosiasi ketika tutup. Mereka biasanya baru akan melapor ketika kewajiban kepada pekerjanya telah terpenuhi.

Redma menyebutkan kolapsnya perusahaan-perusahaan tekstil ini disebabkan oleh lonjakan impor pakaian jadi ke pasar domestik. Menurut dia, kebijakan relaksasi impor yang dikeluarkan pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024, membawa dampak yang signifikan bagi industri tekstil dalam negeri.

“Hal ini telah memperburuk kondisi industri tekstil di Indonesia, yang sebenarnya sudah mengalami deindustrialisasi selama 10 tahun terakhir,” kata dia.

Redma menambahkan bahwa kondisi ini juga berdampak pada sektor-sektor terkait, seperti industri petrokimia dan produksi Purified Terephtalic Acid (PTA), yang merupakan bahan baku utama tekstil.

Industri tekstil merupakan industri hulu hingga hilir yang melibatkan banyak pihak, sehingga ambruknya industri tekstil akan membawa pengaruh pada sejumlah industri lain yang berkaitan. “Hal ini menurunkan utilisasi industri dan berdampak pada sektor lain, seperti listrik dan logistik,” ucap Redma.

Berikut daftar berisi 60 perusahaan tekstil yang kolaps dari 2022 hingga 2024. Perusahaan-perusahaan yang tutup, melakukan PHK dan merumahkan tenaga kerja itu adalah:

Data Perusahaan yang Tutup, PHK, dan Merumahkan Tenaga Kerja

1.     PT Adetex (500 tenaga kerja dirumahkan)

2.     Agungtex Gruoup  (2.000 tenaga kerja dirumahkan)

3.     PT Alenatex (tutup – PHK 700 tenaga kerja)

4.     PT Apac Inti Corpora (pengurangan tenaga kerja)

5.     PT Argo Pantes Bekasi (tutup – berhenti produksi)

6.     PT Asia Citra Pratama (tutup – berhenti produksi)

7.     PT Asia Pacific Fiber Kaliwungu (pengurangan tenaga kerja)

8.     PT Asia Pacific Fiber Karawang (PHK 2.500 tenaga kerja)

9.     PT Bitratex (pengurangan tenaga kerja)

10.  PT Centex – Spinning Mills (tutup – berhenti produksi)

11.  PT Chingluh (PHK 2.000 tenaga kerja)

12.  PT Damatex ( tutup – berhenti produksi)

13.  PT Delta Merlin Tekstil I – Duniatex Group (PHK 660 tenaga kerja)

14.  PT Delta Merlin Tekstil II – Duniatex Group (PHK 924 tenaga kerja)

15.  PT Djoni Texindo (tutup – berhenti produksi)

16.  PT Dupantex (tutup – berhenti produksi)

17.  PT Efendi Textindo (tutup – berhenti produksi)

18.  PT Fotexco Busana Internasional (tutup – berhenti produksi)

19.  PT Grand Best (PHK 300 tenaga kerja)

20.  PT Grand Pintalan (tutup – berhenti produksi)

21.  PT Grandtex (tutup – berhenti produksi)

22.  PT Gunatex (tutup – berhenti produksi)

23.  PT HS Aparel (tutup)

24.  PT Indachi Prima (pengurangan tenaga kerja)

25.  PT Jelita (tutup – berhenti produksi)

26.  PT Kabana (PHK 1.200 tenaga kerja)

27.  PT Kaha Apollo Utama (tutup – berhenti produksi)

28.  PT Kahatex (pengurangan tenaga kerja)

29.  PT Kintong (tutup – berhenti produksi)

30.  Kusuma Group : PT Pamor, PT Kusuma Putra, PT Kusuma Hadi (tutup – PHK 1.500 tenaga kerja)

31.  PT Lawe Adyaprima Spinning Mills (tutup – berhenti produksi)

32.  PT Lojitex (tutup – berhenti produksi)

33.  PT Lucky Tekstil (PHK 100 tenaga kerja)

34.  PT Mafahtex Tirto (tutup – berhenti produksi)

35.  PT Miki Moto (tutup – berhenti produksi)

36.  PT Mulia Cemerlang Abadi (tutup – berhenti produksi)

37.  PT Mulia Spindo Mills (tutup – berhenti produksi)

38.  PT Nikomas (bertahap ribuan pekerja)

39.  PT Ocean Asia Industry (tutup – PHK 314 tenaga kerja)

40.  PT Panca Sindo (tutup – berhenti produksi)

41.  PT Pismatex (pailit – PHK 1.700 tenaga kerja)

42.  PT Polyfin Canggih (pengurangan tenaga kerja)

43.  PT Pulaumas Tekstil (PHK 460 tenaga kerja)

44.  PT Rayon Utama Makmur (tutup)

45.  PT Ricky Putra Globalindo, Tbk. (tutup – berhenti produksi)

46.  PT Sai Aparel (relokasi sebagian)

47.  PT Saritex (tutup – berhenti produksi_

48.  PT Sembung Tex (tutup – berhenti produksi)

49.  PT Sinar Panca Jaya (pengurangan tenaga kerja)

50.  PT South Pacific Viscose (pengurangan tenaga kerja)

51.  Sritex Group (2.500 tenaga kerja dirumahkan)

52.  PT Starpia (tutup)

53.  PT Sulindafin (tutup-berhenti produksi)

54.  PT Sulindamills (tutup-berhenti produksi)

55.  PT Tifico Fiber Industries (pengurangan tenaga kerja)

56.  PT Tuntex (tutup – PHK 1.163 tenaga kerja)

57.  PT Wiska Sumedang (tutup – PHK 700 tenaga kerja)

58.  PT Primissima (tutup – berhenti produksi)

59.  PT Sritex (pailit)

60.  PT Asia Pasific Fibers Karawang (berhenti beroperasi)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus