Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Awal 2019, Kurs Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 14.465 per Dolar AS

Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.465 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, 2 Januari 2019.

2 Januari 2019 | 10.56 WIB

Pegawai bank menghitung uang dolar Amerika Serikat pecahan 100 dolar dan uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di kantor pusat Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018. Nilai tukar rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore, 20 Agustus 2018, bergerak melemah 20 poin ke level Rp 14.592 dibanding sebelumnya Rp 14.572 per dolar Amerika. TEMPO/Tony Hartawan
material-symbols:fullscreenPerbesar
Pegawai bank menghitung uang dolar Amerika Serikat pecahan 100 dolar dan uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di kantor pusat Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018. Nilai tukar rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore, 20 Agustus 2018, bergerak melemah 20 poin ke level Rp 14.592 dibanding sebelumnya Rp 14.572 per dolar Amerika. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah menyentuh posisi Rp14.465 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Rabu, 2 Januari 2019.

Baca juga: Rupiah Ditutup Menguat Seiring Perlambatan Ekonomi di Amerika

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp 14.465 per dolar AS, menguat 16 poin atau 0,11 persen dari posisi Rp 14.481 pada Senin, 31 Desember 2018.

Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail, di Jakarta, Rabu mengatakan sentimen dari dalam negeri mengenai tingkat inflasi yang terkendali menjadi salah satu faktor positif bagi nilai tukar rupiah.

"Inflasi diperkirakan tetap rendah di bulan Desember 2018, itu dapat memberikan dampak positif bagi masuknya arus modal asing ke pasar obligasi Indonesia," katanya.

Ia memproyeksikan inflasi Desember 2018 sebesar 2,98 persen lebih rendah dibandingkan bulan November sebesar 3,23 persen (year on year).

Dari eksternal, lanjut dia, ekspektasi pasar bahwa tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), tidak akan naik sebanyak dua kali tahun 2019 menambah tekanan terhadap dolar AS.

Selain itu, ia menambahkan, masalah politik seperti penghentian pemerintah AS secara parsial juga mendorong semakin kuatnya ekspektasi publik bahwa ekonomi AS akan mengalami pelemahan di tahun ini.

Menurut dia, faktor itu mendorong investor memilih aset mata uang selain dolar AS seperti rupiah di tengah ketidakpastian ekonomi AS.

BISNIS | ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus