JAKARTA – Para pengembang layanan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap makin gencar berekspansi di tengah derasnya tren penggunaan sumber
energi alternatif. Pasar pengguna panel surya tetap tumbuh, meski harus bertahap karena porsi pemasangannya dibatasi maksimal 15 persen dari kapasitas listrik yang terpasang.
Â
"Minat pemasangan
PLTS atap di kalangan pelaku industri meningkat tiga kali lipat dibanding pada 2021," kata Vice President Marketing PT Xurya Daya Indonesia, George Hadi Santoso, kepada
Tempo, kemarin.
Â
Hingga akhir tahun ini, Xurya Daya—yang sempat dimodali US$ 33 juta oleh entitas besar, yakni Mitsui and Co dan PT Surya Semesta Internusa Tbk—menyewakan infrastrukturnya di lebih dari 100 lokasi di seluruh Indonesia. Belum melayani segmen rumah tangga, layanan manajemen hanya dipakai oleh pabrikan.
Menurut George, panel matahari banyak dipakai industri yang basis produksinya besar, seperti plastik, tekstil, garmen, otomotif, makanan dan minuman, serta barang rumah tangga atau consumer goods. Perusahaan pun baru membuka cabang pemasaran di Medan dan Semarang. Tawaran penyewaan dengan bantuan pemasangan secara gratis yang diterapkan perusahaan terbukti diminati para konsumen karena lebih hemat.
Â
"Kesadaran untuk mempercepat peralihan ke energi bersih makin tinggi," katanya. "Bisa juga minat meningkat karena biaya listrik makin tinggi."
Sejumlah Panel Listrik Tenaga Surya di kawasan Kompleks Parlemen MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta. TEMPO/M Taufan Rengganis
Skema Sewa PLTS AtapÂ
Skema sewa pun menjadi cara Grup Sun Energy mengeruk pasar pengguna tenaga matahari. Chief Commercial Officer Sun Energy, Dionpius Jefferson, mengatakan hanya 10 persen pelanggannya yang membeli alat. Sisanya lebih tertarik menyewa, terutama karena kapasitas daya dari panel surya masih dibatasi maksimal 15 persen oleh PT
PLN (Persero).
Â
"Artinya, zero capex lebih diminati," ucap dia. "Misalnya tarif listrik PLN Rp 1.000 per kilowatt-jam (kWh), dengan layanan kami dan diskon 20 persen, pelanggan membayar Rp 800 per kWh kepada kami."
Â
Fasilitas Sun Energy sudah dipakai di lebih dari 25 kota, dengan total kapasitas terpasang sebesar 50 megawatt-jam (MWh). Lama berkecimpung di bidang energi bersih, layanan perusahaan dipakai 160 perusahaan, termasuk 200 konsumen rumah tangga di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Medan.
Â
Marketing and Corporate Sales Director ATW Solar Indonesia, Wilson Tanuwijaya, menyebutkan realisasi pemasangan PLTS atap perusahaannya khusus pada 2022 mencapai 35 MWh. "Sudah lebih dari 50 perusahaan dan 2.000-an perumahan yang kami jangkau," tuturnya. Selain panel atap, kata dia, ada tawaran produk ramah lingkungan lainnya, seperti solar canopy dan custom monitoring system.
Petugas melakukan perawatan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pulau Sabira, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, 17 Juni 2022. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Sambil memasarkan penyewaan, ATW Solar pun memberikan opsi cicilan kepada pelanggannya. "Ada pengiritan yang jauh lebih optimal karena tanpa bunga," ucap Wilson.
Vice President Sales dan Marketing PT Suryacipta Swadaya, Abednego Purnomo, mengatakan makin banyak penyewa lahan atau tenant di area kerjanya yang mengadopsi penggunaan PLTS atap. Di area Suryacipta City, yang berisi 151 industri penyewa atau tenant, fasilitas tersebut makin populer digunakan. "Kami juga mendorong tenant memakai PLTS atap," kata dia. "Fasilitas itu dipasang di banyak gedung Suryacipta City agar menjadi contoh bagi tenant."
Â
Pengembangan PLTS atap menjadi salah satu program andalan pemerintah dalam menambah bauran energi terbarukan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menuturkan, hingga 2025 mendatang, pemerintah menargetkan tambahan 3,6 gigawatt PLTS atap baru. Program ini sudah menjadi program strategis nasional.
Â
Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi, Dadan Kusdiana, menuturkan pengadaan pembangkit sebesar itu bakal mendatangkan investasi Rp 45,63 triliun untuk pembangunan fisik pembangkit serta Rp 2,04-4,08 triliun untuk pengadaan kWh meter ekspor-impor. Proyek ini diestimasi bisa membuka lapangan kerja untuk 121.500 orang.
YOHANES PASKALIS | VINDRY FLORENTIN