Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mengimbau masyarakat untuk lebih mewaspadai peredaran uang mutilasi. Uang mutilasi adalah uang yang disobek lalu disambungkan dengan lembaran uang palsu. Penempelannya sangat halus, sekilas asli.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Awal bulan ini, uang mutilasi dilaporkan beredar di masyarakat dan sempat viral. Erwin Haryono, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, membenarkan adanya uang mutilasi tersebut. Ciri-ciri uang mutilasi adalah mempunyai nomor seri yang berbeda di satu lembar yang sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Uang tersebut tergolong sebagai uang yang separuh asli, separuh uang palsu dan tidak dapat digunakan sebagai alat transaksi atau alat pembayaran.
“Uang yang diragukan keasliannya sebagaimana video yang beredar merupakan salah satu kategori merusak uang rupiah, sebagaimana diatur dalam Pasal 25 Ayat (1) UU Mata Uang Nomor 7 Tahun 2011,” kata Erwin di Jakarta, Jumat, 8 September 2023.
Untuk menghindari uang palsu tersebut, kita harus waspada. Berikut adalah cara sederhana memeriksa keaslian uang.
1. Dilihat
Meskipun secara fisik mereka memiliki kemiripan, orang dapat membedakan uang asli dan uang palsu berdasarkan warnanya. Perbedaan ini dapat diamati pada uang kertas pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, dan Rp 20 ribu.
Dalam membedakannya, perubahan warna di gambar perisai menjadi indikatornya. Misalnya, uang kertas Rp 100 ribu asli memiliki warna merah keemasan, tetapi jika dilihat dari sudut yang berbeda, warnanya akan sedikit berubah menjadi agak kehijauan.
2. Diraba
Cara kedua adalah dengan meraba permukaan uang. Pada uang rupiah asli, sejumlah bagian mata uang akan terasa kasar ketika disentuh. Bagian yang terasa kasar ini mencakup gambar utama (pahlawan), lambang negara, angka nominal, huruf terbilang, frasa NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, dan tulisan BANK INDONESIA.
Bagi penyandang tuna netra, mereka dapat meraba kode tuna netra (blind code) yang terletak di sisi kiri dan kanan mata uang. Dengan cara ini, mereka dapat mengidentifikasi nilai nominal dan keaslian uang.
3. Diterawang
Setelah melakukan pemeriksaan visual dan perabaan, langkah terakhir yang dapat diambil adalah mengangkat uang dan mengarahkannya ke cahaya. Ketika diterawang, gambar pahlawan atau ornamen pada pecahan tertentu akan terlihat, dan logo Bank Indonesia (BI) akan tampak semakin jelas.
RYZAL CATUR ANANDA | PRIMANDA ANDI AKBAR
Pilihan editor: Lowongan Kerja PCPM Bank Indonesia Angkatan 38 Dibuka untuk Lulusan Berbagai Jurusan, Apa Saja?