Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lumajang - Bendungan Boreng yang dibangun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur senilai Rp 13 Miliar dikabarkan gagal mengembalikan debit air seperti semula. Akibatnya, ratusan hektare baku sawah yang seharusnya terpenuhi dengan keberadaan bendungan tersebut terancam kekeringan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sedianya air yang keluar dari bendungan Boreng ini bisa mengairi 306 hektare sawah di tiga desa dan kelurahan di Kecamatan Lumajang yakni Kelurahan Rogotrunan, Desa Boreng dan Desa Blukon. Namun hingga lebih dari dua pekan setelah peresmiannya, tidak lebih dari 10 persen sawah yang teraliri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hanya 10 persen saja yang teraliri," kata Bambamg Subakir, Ketua Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) Desa Boreng, Bambang Subakir, Ahad, 23 Maret 2025.
Artinya, dari 306 hektare baku sawah DAM tersebut, hanya kurang lebih sekitar 30 hektare sawah yang bisa teraliri. Subakir mengatakan para petani di tiga desa dan kelurahan itu sebenarnya berharap banyak dengan keberadaan DAM tersebut. "Kami sudah menunggu-nunggu selama 7 tahun. Berharap ketika DAM itu berfungsi normal dan bisa mengembalikan debit air, maka sawah-sawah kami bisa teraliri air kembali," ujarnya.
Zaini, petani terdampak lainnya, mengatakan selama ini, untuk mengairi sawahnya, dia harus memompa air dengan menggunakan mesin pompa air. "Saya sudah habis tiga pompa air selama ini," kata Zaini menambahkan.
Selain itu, Zaini mengatakan petani juga susah mendapatkan solar untuk bahan bakar mesin pompa airnya. "Kami tidak bisa beli solar di SPBU. Saya tidak tahu kenapa kok tidak boleh," kata Zaini menambahkan.
Krisis air yang dialami petani di tiga desa dan kelurahan selama kurang lebih 7 tahun itu ternyata tidak terselesaikan dengan keberadaan DAM yang baru diresmikan itu. Kerap terjadi konflik antar petani karena berebut air. Informasi yang dihimpun Tempo, tak jarang ada petani yang membendung saluran air untuk diarahkan ke sawahnya.
Ada juga melubangi plengsengan saluran irigasi supaya air bisa masuk ke lahannya. Sementara banyak sawah di bawahnya membutuhkan air dari saluran irigasi tersebut. Para juru air atau pembanyon alias tuwowo yang kerepotan karena dilabrak oleh para petani yang sawahnya kekurangan air.
Persoalan pasokan air dari bendungan Boreng untuk persawahan di tiga desa dan kelurahan di Kecamatan Lumajang yang tidak bisa kembali seperti semula ini sudah dikeluhkan para petani terdampak. Baru-baru ini, tepatnya pada Jumat, 21 Maret 2025 lalu, petani dari tiga desa dan kelurahan itu mencurahkan keluhannya kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Lumajang, dalam sebuah pertemuan di kantor pengairan setempat.
Mereka ditemui oleh Humas Bidang SDA Dinas PUTR Kabupaten Lumajang, Joko Kemin. Mendengar keluhan para petani ini, Joko Kemin berjanji akan menyampaikan persoalan ini ke atasannya. Ia juga akan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang dikeluhkan petani untuk kemudian dicari solusinya. Selain persoalan kekurangan air, persoalan lainnya adalah sejumlah pintu air yang tidak berfungsi, pendangkalan saluran air hingga kerusakan plengsengan saluran irigasi hingga saluran irigasi.
Bendungan Boreng itu baru diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa pada Kamis, 6 Maret 2025 yang dihadiri juga oleh Bupati Lumajang, Indah Amperawati dan Wakilnya, Yudha Aji Kusuma serta sejumlah pejabat Pemprov Jawa Timur, Pemkab Lumajang hingga sejumlah anggota musyawarah pimpinan daerah (Muspida) Lumajang.
Renovasi bendungan Boreng tersebut menggunakan dana APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2024 senilai Rp 13,1 Miliar. Saat peresmian itu, Khofifah mengatakan, tujuan renovasi DAM Boreng ini untuk memulihkan aliran air ke lahan pertanian di tiga desa dan kelurahan terdampak. Sekaligus upaya memulihkan produktivitas pertanian dan mewujudkan ketahanan pangan di kawasan tersebut.
"Alhamdulillah hari ini kita resmikan DAM Boreng yang sudah langsung berfungsi. Kegiatan renovasi ini sangat penting bagi tiga daerah yang bergantung pada sistem irigasi untuk menunjang perekonomian lokal, terutama di sektor pertanian," ujar Khofifah saat itu.