Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berebut Kursi Kosong Pejompongan

Calon anggota Badan Pemeriksa Keuangan pengganti ditetapkan pada Senin malam ini. Jago Hadi Purnomo berpeluang.

3 Oktober 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua hari uji kelayakan dan kepatutan calon anggota Badan Pemeriksa Keuangan berlangsung tanpa gereget. Tes maraton di ruang Komisi XI, yang membidangi urusan keuangan, perbankan, dan perencanaan pembangunan Dewan Perwakilan Rakyat, pada Senin dan Selasa pekan lalu itu, cuma dihadiri belasan anggota Komisi. Enam belas calon yang bersaing pun sepi dari sorotan media.

Mereka berebut satu dari sembilan kursi pimpinan BPK yang lowong ditinggal Teuku Muhammad Nurlif. Juni lalu, dia divonis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta setahun empat bulan penjara. Ia terbukti menerima suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom tujuh tahun lalu. Saat itu dia anggota Dewan.

Sebenarnya ada dua kursi kosong. Satu lagi kursi bekas Herman Widyananda yang wafat pada Juli lalu. Tapi pengganti Herman bakal ditetapkan melalui proses seleksi lain. Dua pengganti ini bakal bertugas di Kantor BPK, Pejompongan, Jakarta Pusat, hingga 2014.

Mereka diuji berurutan menurut abjad dari namanya. Pada hari pertama, Achmad Sanusi, Bahrullah Akbar, Eddy Rasyidin, Faisal, Eko Sembodo, Elvin B. Sinaga, Emita W. Astami, dan Fadjar O.P. Siahaan. Pada hari kedua giliran Eddy Suratman, Imam Solahudin, Iskariman Supardjo, Jupri Bandang, Ketut G. Widjaja, Kunto Endriyono, Seomardjijo, dan Wewe Anggraeningsih.

Tiga dari empat pemimpin Komisi, yaitu Emir Moeis (ketua), Achsanul Qosasi (wakil ketua), dan Harry Azhar Azis meyakini akan ada pemungutan suara untuk menentukan pemenang. "Fraksi-fraksi punya calon berbeda," ujar Achsanul. Pernyataan senada diungkapkan Emir dan Harry.

Dari enam belas calon, kata Achsanul, sudah mengerucut menjadi lima pada Selasa pekan lalu. Politikus Demokrat ini menyebut Emita, Jupri Bandang, Eddy Suratman, Achmad Sanusi, dan Bahrullah yang berpeluang.

Nama lain yang tak dianggap enteng adalah Fadjar O.P. Siahaan. Dalam ujian, dia memang tak mengesankan. Semua fraksi mencecar perihal banyaknya kebocoran tatkala dia bekerja di Direktorat Pajak. Tapi ini ditampik Fadjar. Menurut dia, selama dia mengepalai Kantor Pajak di Bali, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan, target penerimaan justru tercapai.

Menurut sejumlah sumber, Fadjar juga punya "modal" besar, karena dikenal sebagai orang dekat Hadi Purnomo, bekas Direktur Jenderal Pajak yang kini Ketua BPK. Meski begitu, Hadi juga dikabarkan menyokong Eddy Rasyidin dan Jupri Bandang. Harapannya, jika salah satu dijegal, masih ada calon lain. Masih kata si sumber, Hadi aktif melobi petinggi Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan agar meloloskan jagonya.

Kabar ini dibantah Harry. "Fraksi belum ambil keputusan," kata politikus Golkar ini, Kamis pekan lalu. Sanggahan serupa dilontarkan Emir, yang juga Ketua Dewan Pengurus Pusat PDI Perjuangan. "Tidak ada, saya tidak tahu itu," katanya. Adapun Hadi Purnomo menyatakan, pemilihan anggota BPK sepenuhnya di tangan Dewan. "Saya tidak cawe-cawe," ujarnya.

Calon pesaing jago Hadi Purnomo adalah Bahrullah. Dia didukung Partai Demokrat. Jika konsolidasi Sekretariat Gabungan di luar Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera kuat, Bahrullah bakal menang. Dari 50 suara anggota Komisi, setidaknya ia bakal meraup 14 suara dari Demokrat, 4 suara Partai Amanat Nasional, 3 suara Partai Persatuan Pembangunan, dan 3 suara Partai Kebangkitan Bangsa. Total 24 suara.

Belum aman memang untuk mendapat suara 50 persen plus satu. Apalagi ada calon lain yang memiliki kedekatan dengan Demokrat. Dia Elvin B. Sinaga, anggota Komisi XI periode 2004-2009, yang kini menduduki jabatan di Biro Perindustrian dan Perdagangan Dewan Pengurus Pusat Demokrat.

Ke mana dukungan Demokrat bakal diberikan, politikus partai penyokong pemerintah ini, Achsanul Qosasi menyatakan, "Lihat saja Senin malam!" Sedangkan untuk PDI Perjuangan dan Golkar yang sudah "digarap" Hadi, jika keduanya utuh mendukung seorang saja, maka jagonya akan mendulang 18 suara.

Ada kemungkinan empat suara dari PKS juga bakal diberikan buat calon pilihan Hadi. Tinggallah Partai Gerindra dan Hanura, yang masing-masing punya dua suara, yang tersisa. "Voting bakal seru," kata Harry.

Sunudyantoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus