Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

BPS: Pengeluaran Per Kapita Warga DKI Jakarta Rp 17,7 Juta

BPS: pengeluaran per kapita dalam satu tahun warga DKI Jakarta Rp 17,7 juta, angka tersebut merupakan angka tertinggi nasional.

16 April 2018 | 18.54 WIB

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto (kiri) dan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo (kanan) mengikuti rapat terbatas tentang perkembangan implementasi program pengentasan kemiskinan di Kantor Presiden, Jakarta, 25 Juli 2017. Presiden meminta pelaksanaan program kementerian khususnya pertanian, UMKM, serta penyaluran dana desa. ANTARA/Puspa Perwitasari
Perbesar
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto (kiri) dan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo (kanan) mengikuti rapat terbatas tentang perkembangan implementasi program pengentasan kemiskinan di Kantor Presiden, Jakarta, 25 Juli 2017. Presiden meminta pelaksanaan program kementerian khususnya pertanian, UMKM, serta penyaluran dana desa. ANTARA/Puspa Perwitasari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis indeks pembangunan manusia 2018. Dari indeks tersebut pengeluaran per kapita dalam satu tahun warga DKI Jakarta Rp 17,7 juta, angka tersebut merupakan angka tertinggi nasional.

"Pengeluaran per kapita terendah Rp 7 juta per tahun di Papua," kata Kepala BPS Suhariyanto, di kantor BPS, Senin, 16 April 2018.

Baca juga: Kenaikan Harga Pertalite Bakal Sumbang Inflasi April

Secara nasional, kata Suhariyanto, di tahun 2017 rata-rata pengeluaran per kapita masyarakat Indonesia Rp 10,66 juta per tahun. Nilai tersebut meningkat Rp 244 ribu dibandingkan tahn 2016.

Suhariyanto menjelaskan peningkatan pengeluaran merupakan indikasi adanya peningkatan pendapatan masyarakat. "Selama tujuh tahun terakhir, pengeluaran per kapita masyarakat Indonesia naik 1,76 persen per tahun," ujar dia.

Kenaikan pendapatan juga dirasakan buruh. Pada Maret 2018, pendapatan buruh meningkat 0,43 persen. "Peningkatan inflasi 0,12 persen, lebih rendah dari upah nominal," ucap Suhariyanto.

Suhariyanto menjelaskan upah nominal harian buruh tani nasional, per hari pada Februari 2018 Rp 51.378, kemudian menjadi Rp 51.598 pada Maret 2018. "Upah riil mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen," tutur dia.

Upah riil, kata Suhariyanto, merupakan perbandingan antara upah nominal dengan indeks konsumsi rumah tangga. Menurutnya, angka tersebut baik dikarenakan adanya daya beli para buruh di pasar.

Angka statistik BPS tersebut berdasarkan rata-rata pendapatan di seluruh provinsi. Suhariyanto menjelaskan perubahan upah riil menunjukkan perubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh. Semakin tinggi upah riil, semakin tinggi daya beli upah buruh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus