Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI memutuskan untuk membagikan dividen tunai atau sebanyak 85 persen dari perolehan laba bersih perseroan pada 2021 atau sebesar Rp 26,4 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Tepatnya Rp 26,4 triliun ditetapkan sebagai dividen tunai yang akan dibagikan kepada pemegang saham,” ujar Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam konferensi pers secara virtual, Selasa, 1 Maret 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Keputusan tersebut dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) bank pelat merah itu yang digelar pada hari ini.
Sunarso menjelaskan penopang utama pertumbuhan laba BRI adalah kinerja kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) disertai penurunan biaya bunga yang signifikan.
BRI juga mampu mengelola portfolio mix serta kualitas asset sehingga dapat meningkatkan yield asset. Per akhir Desember 2021 penyaluran kredit BRI tumbuh 7,16 persen secara tahunan.
Emiten dengan kode saham BBRI itu sepanjang tahun lalu tercatat meraup laba bersih konsolidasian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun buku 2021, sebesar Rp 31,07 triliun.
Lebih jauh Sunarso memaparkan, dengan asumsi adanya treasury stock sebelum cum date, maka dividen yang akan dibagikan sekurang-kurangnya setara dengan Rp 174,2 per lembar saham.
“Angka ini mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu meningkat 76,17 persen dibandingkan dividen per lembar saham tahun 2020, waktu itu sebesar Rp 98,9 per lembar saham,” kata Sunarso.
Sementara itu, sebanyak 15 persen dari perolehan laba perseroan atau Rp 4,65 triliun akan digunakan untuk saldo laba ditahan. Pemerintah bakal menerima dividen sebesar Rp 14,04 triliun atas kepemilikan 53,19 persen saham perseroan.
Adapun pada tahun 2021 lalu BRI membagikan dividen sebesar Rp 12,1 triliun atau 65 persen dari laba bersih konsolidasian tahun 2020 sebesar Rp 18,6 triliun. Sedangkan sisanya sebesar 35 persen atau sebesar Rp6,5 triliun digunakan sebagai saldo laba ditahan.
Sementara setahun sebelumnya, pada 2020, dividen yang dibagikan BRI sebesar Rp 20,62 triliun atau 60 persen dari laba bersih tahun 2019 yakni sebesar Rp 34,37 triliun. Angka tersebut naik bila dibandingkan dengan dividen yang dibagikan bank BUMN tersebut pada tahun 2019 sebesar Rp16,18 triliun atau 50 persen dari laba bersih 2018 yakni Rp32,35 triliun.
Pada perdagangan hari ini saham BBRI sempat mencapai level tertinggi di Rp 4.860 sebelum akhirnya ditutup di Rp 4.630. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyatakan para investor memborong saham BBRI setelah melihat konsolidasi Pegadaian dan PMN yang berjalan mulus.
Selain itu, kata Herditya, rencana bank pelat merah membagikan dividen juga turut mendorong kalangan investor menambah kepemilikan sahamnya. "Kenaikan harga saham BBRI Selasa siang ini dipicu kinerja keuangan Bank BRI yang lebih baik 2021. Rencana pembagian dividen pada agenda RUPS BRI mempengaruhi kenaikan saham BRI," tuturnya.
BISNIS | ANTARA
Baca: Di Depan Jokowi, Ainun Najib Sebut Yakin Talenta Digital RI Masuk 4 Besar Dunia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.