Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Manajemen Keuangan Generasi Milenial

Bagaimana generasi milenial menginvestasikan keuangan mereka? Apa saja nilai yang mereka cari dalam sebuah produk keuangan?

16 November 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mengajak Milenial Bicara Uang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan visual yang memukau, di stasiun kereta bawah tanah London, Inggris, perusahaan investasi Wealthify tidak menggunakan bujuk rayu tradisional soal tingginya profit atau kemudahan menjadi klien, buat menarik perhatian mereka yang lalu lalang. Mereka justru menggunakan narasi lain yang tak biasa seperti “Ingin berinvestasi yang etis?” Sebuah iklan lain menjual sesuatu yang senada: “Stay true to your values.” 

Strategi periklanan seperti itu menandakan perubahan taktik perusahaan layanan finansial untuk menarik perhatian calon pelanggan muda untuk menabung dan berinvestasi. Kalangan konsumen ini memang merepresentasikan gabungan unik antara kesulitan dan kesempatan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiap generasi terbentuk dari situasi ekonomi, dan para milenial ini adalah korban dari situasi yang buruk. Banyak dari mereka menginjak umur dewasa bersamaan dengan krisis finansial 2008 dan resesi global setelahnya. Perilaku mereka pun adalah hasil dari situasi tersebut. Penelitian oleh bank sentral Amerika menyimpulkan bahwa para milenial harus membayar lebih karena bertumbuh dewasa bersamaan dengan resesi hebat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kini banyak perusahaan layanan finansial mulai memperhatikan generasi dengan kebutuhan dan prioritas finansial yang telah berubah ini. Mereka disebut-sebut lebih  memprioritaskan nilai dan pengalaman personal sebagai bentuk kesehatan finansial, dibandingkan investasi tradisional seperti kepemilikan rumah misalnya. 

Laporan bank sentral Amerika tersebut mengklasifikasi milenial - mereka yang dilahirkan pada rentang waktu awal 1980an sampai akhir 1990an - sebagai generasi dengan kemampuan finansial di bawah generasi sebelumnya pada rentang umur yang sama. Laporan ini juga memandang milenial memiliki aset lebih sedikit dan pemasukan yang lebih rendah namun tetap memiliki jumlah hutang yang sama dengan Generasi X, bahkan melebihi generasi “baby boomer.”

Kepala Bagian Pensiunan dan Solusi Kekayaan Pribadi di Bank of America, Lorna Sabbia mengatakan, “Para milenial dibuat stress oleh masalah finansialnya sendiri. Definisi kedewasaan diartikan oleh populasi ini sebagai seseorang yang sudah bebas secara finansial. Kedewasaan bukan lagi masalah membeli rumah atau menikah, semuanya kembali ke kebebasan finansial.”

 

Pameran Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, 23 September lalu. Tempo/Tony Hartawan



Beberapa faktor seperti jaminan pensiunan dan kemampuan membeli rumah, yang disebut sebagai bentuk keamanan finansial untuk generasi terdahulu di negara-negara berkembang, sekarang sudah menghilang. Kekosongan tersebut diisi oleh meningkatnya beban-beban baru dan rasa ketidakamanan dari “gig economy” dan beratnya beban pinjaman pendidikan.

Menurut Pew research, masyarakat Amerika setidaknya memiliki hutang pinjaman pendidikan sebesar USD 1,5 triliun hingga akhir Maret 2019. Nominal ini dua kali lebih besar dibandingkan generasi satu dekade sebelumnya. 

Pertanyaan lama yang masih relevan hingga saat ini adalah bagaimana cara mengajak anak muda untuk merencanakan pensiunan mereka? Menurut Sabbia, satu dari empat milenial dengan skema pensiunan 401 ribu --salahsatu dari skema pensiun yang berlaku di Amerika-- sudah mulai menarik dana dari portfolio mereka.

Dia menambahkan, perusahaan layanan finansial yang berusaha mencari cara menggabungkan skema fasilitas tempat kerja agar lebih cocok dengan kebutuhan kalangan muda harus mengesampingkan “anggapan ngawur” bahwa milenial hanya mencari pertolongan secara online. Dia menegaskan perusahaan tetap harus menawarkan gabungan layanan elektronik dan tatap muka, guna membahas anggaran, utang, dan perencanaan pensiun. 

Membuat berbagai perangkal online seperti video tutorial online, kalkulator hutang yang dilengkapi saran dari profesional, dan review keuangan pribadi, bisa mendorong pelanggan muda untuk mulai menabung. Tapi ini bukanlah hal mudah. Menurut Sabbia, “Mereka merasa, ‘Saya sedang mencoba untuk mandiri dan keluar dari rumah orangtua saya, bagaimana bisa saya membayangkan suatu hari tidak lagi bekerja?’”

Beberapa survey juga menemukan bahwa para milenial membawa tantangan sendiri terhadap perusahaan melalui opini rendah mereka mengenai bisnis dan daftar prioritas baru yang mereka bawa. Survey Deloitte’s 2019 Global Millennial menanyakan 13,000 responden di 42 negara dan mendapati bahwa prioritas generasi tersebut adalah untuk ‘melihat dunia.’ 57 persen responden bercita-cita untuk berkeliling dunia dan 52 persen ingin mengejar gaji yang besar, sedangkan 49 persen dari mereka ingin memiliki rumah. 

“Uang yang mereka punya akan mereka habiskan untuk pengalaman, daripada menambah hutang,” ujar Christine Selph, yang memimpin pengembangan survey Deloitte. 

Generasi milenial bahkan lebih skeptis menilai motivasi di balik sebuah bisnis. Responden yang setuju dengan dampak positif bisnis terhadap masyarakat luas, terus menurun. Tahun ini sendiri sudah berkurang 55 persen. 

Untuk itu, perusahaan-perusahaan mulai merespons dengan melahirkan produk-produk inovatif untuk menarik minat pelanggan muda untuk menabung, investasi, dan memonitor pengeluaran mereka.

Pada umur 25 tahun, Michelle Pearce-Burke - salah satu pendiri Wealthify - bekerja untuk perusahaan manajemen keuangan dan saat itu merasa tidak ada satupun produk pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya. 

Pameran perumahan di JCC, Jakarta, 19 November lalu. Tempo/Tony Hartawan

 

Perusahaan tersebut - yang diambil alih mayoritas sahamnya di 2017 oleh Aviva - menawarkan investor banyak kemudahan akses kepada rencana investasi Isas dan pengguna bisa memulai akun investasi dengan £1. Mereka jelas memprioritaskan aksesibilitas dan kegunaan, termasuk dalam aplikasi gawainya. 

“Aku rasa orang merasa dihalangi oleh pasar; mereka tidak memahaminya,” ungkap Pearce-Burke. “Tujuan kami adalah membuat pelayanan yang terbuka untuk semua orang. Anda akan terkejut dengan rendahnya literasi finansial pelanggan saat berbicara langsung dengan mereka.”

Estimasi PwC menyatakan bahwa generasi milenial akan mengisi 50 persen jumlah pekerja global mulai tahun depandan inilah yang mulai direspon oleh pelaku industri. Di Amerika Serikat sendiri, program kesehatan finansial ditawarkan oleh lebih dari setengah pelaku industri. Hal ini berlipat ganda dibandingkan situasi empat tahun lalu. 

FT berbicara dengan beberapa milenial yang bekerja di perusahaan multinasional besar dan mereka merasa terbantu secara finansial oleh layanan yang sudah ada. Namun perubahan kultur tempat mereka bekerja membuat generasi muda kian mengandalkan praktik-praktik informal untuk memperoleh informasi.

Jack, 30 tahun, yang bekerja di sebuah perusahaan rintisan asal Amerika namun punya kantor di London, menegaskan staf umumnya saling mengedukasi soal ini.  
“Hal yang populer di tempat kerja kami adalah menjadikan semua hal informal dan bukan institusional,” katanya. “Ketika salah satu dari kami menemukan aplikasi yang memungkinkan kita untuk menginvestasi uang kembalian, semua orang membicarakannya. Sekarang semua orang memiliki aplikasi ini.”

Pertama kali dipublikasikan FT.com pada 17 Oktober 2019.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus