Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Cara wartawan dapat ongkos

Artikel berjudul "in the land of the khmer rouge" di majalah the new york times magazine, dibantah perwakilan khmer merah di bangkok sebagai laporan perjalanan palsu. (md)

6 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMAH yang dibuat tersamar terletak di pelataran kering, diikat pohon-pohon yang akarnya merambat ke rawa-rawa. Di dalamnya, Kamerad Kanika dari Tentara Revolusioner Kampuchea Demokratik duduk di meja sambil menghirup minuman keras dari nenas yang menghangatkan. Musim hujan sedang menimpa belantara Kampuchea. Seorang prajurit berotot kuat dan berambut kelabu berbicara tentang mimpi-mimpi ganas revolusi Khmer Merah dan pemimpin legendarisnya, Pol Pot. Begitu pembukaan suatu tulisan berudul In The Land of The Khmer Rouge (Di Kawasan Khmer Merah). Reportase itu dengan apik menggambarkan keadaan belantara kawasan kaum gerilyawan Khmer Merah dan kegiatan di dalamnya. Padat, penuh warna dan mengasyikkan. Di sana-sini diungkapkan pandangan politis dan sikap golongan masing-masing yang kini saling mencurigai di Kampuchea. Lengkap dengan data kekuatan dan sedikit latar belakang sejarahnya. Dikisahkan hal pertempuran dan pertemuan dengan para pemimpin mereka. Ada pula ungkapan bahasa asli daerah itu, seperti Kamtech khman--suatu jeritan perang Pol Pot yang berarti, "musuh harus dihancurkan jadi debu." Tulisan itu muncul di mingguan The New York Times Magazine. edisi 20 Desember 1981. Penulisnya: Christo er Jones, wartawan freelance, banl berusia 24 tahun. Ayahnya seorang Amerika dan ibunya dari Kuba. Pada mulanya Christopher Jones dianggap hebat sekali karena reportasenya itu. Tapi pekan lalu kejujurannya dipertanyakan. Perwakilan Khmer Merah di Bangkok menyatkan Jones tidak pernah berkunjung ke sarang gerilyawan Kampuchea, dan tidak ada dia mewawancarai orang-orang yang dikutip dalam artikel yang dimuat The New York Times Magazine, menurut laporan William Branigin, wartawan Tbe Washin,ton Post. Mulai Curiga Kali ini suatu kesempatan bagi The Post memukul koran New York itu. The Times pernah mengejek koran Washington itu seolah ceroboh (critical failure) ketika tahun lalu The Post mengakui betapa seorang reporternya menulis satu profil anak berusia 8 tahun yang kecanduan heroin. Artikel itu sempat memenangkan Hadiah lulitzer tapi kemudian dicabut, setelah reporter (wanita) itu mengaku dia telah menulis cerita khayal, fiksi saja. The Post sangat malu waktu itu. Redaktur Pelaksana The Times, A.M. Rosenthal, semula tidak percaya bahwa Jones hanya menulis fantasinya. Dia berjanji mengeceknya. Jones sendiri kcmudian bersembunyi, tidak bisa dihubungi segera. Mulai curiga, redaksi The Times menunda penugasan berikutnya untuk Jones supaya meliput peristiwa Kurdi di Iran dan Irak. James M. Markham yang berkantor di Madrid akhirnya bersama redaktur Edward Klein dan koresponden Henry Kamm, yang baru saja selesai bertugas di Bangkok selama 5 tahun, ditugaskan mencari Jones. Ketiganya menjumpai Jones di Calpe, Spanyol. Dalam kota pesiar yang menghadap ke Laut Tengah itu, demikian pengakuan Jones, cerita untuk The Times itu ditulisnya tanpa pergi lagi ke Kampuchea, tapi mengambil sebagian bahan dari hasil perjalanannya ke Kampuchea dalam tahun 1980. Majalah Time (edisi Asia, 20 Oktober 1980) pernah memakai sebagian bahan laporan Jones. Dan dia mengolah kembali bahan lama itu menjadi baru. Bahkan dia menjiplak dari novel The Royal Way, karya Andre Malraux, yang terbit tahun 1935 dalam terjemahan ke bahasa Inggris. Terutama dijiplaknya satu deskripsi dari novel itu betapa seorang buta di Kampuchea melagukan Ramayana sementara jarijarinya memetik kecapinya. "Saya memerlukan sepotong warna," kata Jones yang menjelaskan latar belakang jiplakan itu. Jones semula bisa meyakinkan redaksi The Times bahwa dia menghabiskan sejumlah biaya untuk hidup sebulan bersama kaurn gerilyawan di Kampuchea. Ternyata ia hanya menghabiskan uang itu untuk tinggal bersama orangtuanya di apartemen pantai lautnya dan di villa di puncak bukit di Calpe, yang disewanya bersama seorang fisiotherapis Jerman berumur 52 tahun, Eva Fitzek. Setelah artikel itu rampung dalam Agustus, Jones dan Ny. Fitek bermobil ke Lucarno, Swiss. Dan di sana ia mengeposkan artikel itu ke New York. Dengan cara begitu Jones mencoba mengesankan bahwa dia baru saja terbang dari Thailand ke Swiss untuk beristirahat setelah petualangannya yang dahsyat itu. Rosenthal dan stafnya waktu itu percaya. Kasus Jones menambah satu contoh lagi bahwa cerita "isapan jempol" dalam media Amerika, walaupun berwibawa seperti The Times, bukannya tidak mungkin. Di Moskow, konon sering wartawan asing berbohong melaporkan kepergiannya ke pedalaman, untuk kemudian mengarang . . . dan mendapat ongkos perjalanan. Dalam hal ini ada banyak Jones, tapi The Times sudah menulis, untuk pembacanya satu pernyataan maaf.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus