Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Simon Boyke Sinaga ingat betul detail kondisi dasar laut di titik yang diduga merupakan lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu. Dalam tiga hari belakangan, relawan dari Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia atau Possi itu ikut dalam operasi evakuasi korban bersama Basarnas.
Simon bercerita, dasar laut di area pencarian tampak berlumpur dengan jarak pandang relatif pendek. Kondisi demikian menyebabkan tim penyelam harus ekstra berhati-hati.
"Karena memang kondisi geografisnya yang berlumpur. Di sana juga tidak ada terumbu karang. Ikan pun hanya yang kecil-kecil," kata Simon kala ditemui Tempo di Posko JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu, 13 Januari 2021.
Simon bergabung dalam tim operasi Kapal KN SAR Wisnu milik Basarnas. Terjun sejak Minggu, 10 Januari, ia ditugasi ikut mengevakuasi potongan tubuh korban bersama penyelam dari lembaga dan organisasi lainnya di perairan dengan kedalaman 17-22 meter.
Penyelam yang telah berpengalaman dalam pencarian korban Lion Air JT-610 di perairan Karawang ini berkisah, aktivitas penyelaman sangat tergantung pada kondisi cuaca. Saat cuaca cerah, tim lebih mudah melakukan evakuasi. Seperti pada Ahad pagi ketika ia pertama kali terjun, jarak pandang di dalam laut masih berkisar 5-8 meter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun saat hujan turun pada sore hari, jarak pandang menyempit menjadi hanya 2-3 meter. Karena itu kala melalukan evakuasi, tutur dia, penyelam mengupayakan agar tidak menginjak dasar laut.
"Karena kalau menginjak dasar laut, lumpir akan naik dan air jadi buram. Teman kanan-kiri kita jadi tidak terlihat," katanya. Saat melakukan penyelaman, tim Simon dibagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok berisi tiga orang.
Tantangan selama menyelam, kata dia, tak hanya menyoal kondisi lautan yang berlumpur. Sebab, kehati-hatian dalam mengangkat potongan tubuh korban menjadi perhatian penting bagi penyelam. Di samping itu, sesekali Simon mencium bau minyak diduga Avtur.
Dalam operasinya, Simon bercerita telah menemukan benda-benda pribadi korban selain potongan tubuh. Tim, kata dia, sempat menemukan sejumlah perhiasan yang masih tersimpan lengkap di dalam dompet berwarna hitam bertuliskan toko emas.
"Kayaknya ini emas yang baru dibeli dari tokonya," ucapnya.
Ia menunjukkan foto perhiasan itu kepada Tempo. Tampak di antaranya sepasang anting-anting berwarna kuning berbentuk bulat. Ada pula identitas pribadi seperti SIM dan KTP. Semua benda pribadi korban dikumpulkan dalam kantong khusus milik tim SAR.
Possi menerjunkan 30 relawannya dalam pencarian korban dan bangkai pesawat SJ-182. Sejak hari pertama evakuasi dilakukan, 17 penyelam telah turun bersama Basarnas. Seluruh penyelam yang bergabung dipastikan memiliki sertifikat selam minimal level dive master atau instruktur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
FRANCISCA CHRISTY ROSANA