Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Harian Ketua Umum Kadin Indonesia, Yukki Nugrahawan, menanggapi pernyataan Menteri Keuangan periode 2013-2014 Chatib Basri memprediksi investor masih akan menunggu dan melihat situasi alias wait and see, meskipun pemilihan umum atau Pemilu 2024 telah usai. Periode investor mulai wait and see adalah sepanjang Februari hingga Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Yukki, Chatib Basri yang juga ekonom itu biasanya melihat kondisi 10-20 tahun ke belakang, juga situasi ekonomi ke depan yang dikaitkan dengan pemilihan umum 2024 (Pemilu 2024). Selain itu, kondisi ekonomi global juga sedang tidak baik-baik saja, karena masalah geopolitik, perang yang terjadi, termasuk juga fenomena el nino yang bisa berdampal ke sektor pangan ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Banyak hal yang sebetulnya Kadin Indonesia akan memberikan rekomendasi,” ujar Yukki di Swissotel PIK Avenue, Jakarta Utara, pada Kamis, 7 Desember 2023.
Soal invetor yang wait and see, menurut Yukki, berhubungan dengan dua jenis investasi. Pertama, investasi yang sudah berjalan atau realisasi investasi yang dihitung dan dilaporkan pemerintah. Kedua, investasi yang benar-benar baru. Adapun realisasi investasi baru tersebut membutuhkan waktu.
Biasanya, kata dia, realiasasi investasi baru itu melihat pertumbuhan ekonomi. Ia mencontohkan, asumsi target pertumbuhan di angka 5 persen itu bergantung pada tiga faktor utama. Tiga faktor tersebut yakni daya beli masyarakat, belanja pemerintah, dan investasi. Untuk mencapai target pertumbuhan di level tersebut, menurut Yukki, minimal investasi harus tumbuh rata-rata 33 persen.
“Kalau menurut saya, apa yang sudah direalisasikan itu tidak akan turun. Tapi investasi baru mungkin ada beberapa yang sifatnya akan melihat. Bukan dalam konteks pemilu di Indonesia semata, tapi juga dikaitkan dengan ekonomi global,” tutur Yukki.
Selain itu, yang perlu diingat juga adalah suku bunga di Amerika Serikat yang naik. Itu juga menjadi salah satu multiplier effect (efek berganda) terhadap investor yang masuk. Sementara untuk pemilu, Yukki berujar, Indonesia sudah melalui beberapa kali pesta demokrasi dan semuanya selalu bersikap dewasa. “Jadi pemilu itu adalah pesta, pesta itu harusnya bahagia,” ucap dia.
Adapun Chatib Basri sebelumnya menyampaikan predisksi soal investor di tahun politik dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2023. “Sejak Februari (Pemilu 2024) sampai dengan Oktober 2024, saya kira proses investasi bukan terganggu, tapi wait and see," kata Chatib Basri pada Rabu, 22 November 2023.
Perilaku wait and see oleh investor itu, menurut dia, lebih disebabkan oleh penyesuaian atau adjustment di dalam pemerintahan baru. Chatib menyebut, ini terjadi di setiap pemerintahan baru. "Jadi akan ada mungkin orang-orang baru atau birokrasi baru," ucap ekonom senior Universitas Indonesia (UI) ini.
Chatib Basri mencontohkan, misal birokrat harus membuat keputusan tapi harus menunggu menteri baru. Contoh lain, kementerian baru belum memiliki budget atau anggaran sehingga harus berkoordinasi dengan DPR RI. Menurut dia, hal-hal tersebut lah yang akan dilihat oleh investor. "Sehingga kita akan punya waktu sekitar 9 bulan wait and see dan itu selalu terjadi."
Sebelumnya diberitakan, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu tak menampik bahwa tahun politik 2024 akan menimbulkan ketidakpastian bagi perekonomian Indonesia.
Febrio mengakui, banyak analis yang mengatakan pada masa Pemilu biasanya invetasi akan melambat karena investor wait and see. Tapi di sisi lain, menurut dia, konsumsi biasanya tinggi karena aktivitas politik ini melibatkan jutaan orang.
“Ada banyak kegiatan, itu bahkan disebut pesta demokrasi,” ujar Febrio dalam konferensi pers di Aula Gedung RM Notohamiprodjo, Kemenkeu, Jakarta Pusat, pada Rabu, 31 Mei 2023.
MOH KHORY ALFARIZI | AMELIA RAHIMA SARI