Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Dari Ubi Ke Tanki Mobil

Untuk melepas diri dari ketergantungan pada bbm, indonesia akan membuat bahan bakar etanol (dengan menggunakan ubi jalar). bppt akan mendirikan sebuah pilot proyek perkebunan energi di lampung.

24 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAMERAN tahunan industri Jerman di kota Hannover terakhir ini memakai tema "Energi Tahun 2000". Terbayang di situ tekad orang untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM). Mengesankan sekali pameran itu bagi pengunjung seperti Menteri Negara Riset dan Teknologi, Prof. Dr. B.J. Habibie. Hingga sekembalinya dari sana ia menyiarkan gagasan bahwa Indonesia akan membuat ahan bakar etanol. Dalam Hnnovr Fair 1980 dipajang mobil Volkswagen yang 100% dijalankan dengan etanol. Mobil ini dibuat di Brazil. Program peralihan dari bensin ke etanol di Brazil sudah berlangsung sejak tahun 1975 yang diawali dengan penggunaan gasohol, campuran bensin dan etanol sebanyak 20%. Brazil memproduksi etanol dari tebu yang kini hampir mencapai 1 milyar liter setahun. Etanol diharapkan bisa menggantikan 20% kebutuhan BBM di negeri itu tahun ini. Petrobras, perusahaan minyak nasional Brazil, menjamin pembelian semua produk etanol dalam negeri. Penelitian untuk menggunakan singkong sebagai bahan baku pembuatan etanol sedang dilakukan dan telah ditemukan suatu metode baru dalam penggunaan enzim untuk mengubah pati singkong menjadi gula. Di Brazil juga ditemukan bahwa minyak dari berbagai jenis palm bisa digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, bahkan tanpa diolah ! Dalam Hannover Fair juga DaimlerBenz menampilkan Mercedes 280, yang mesinnya digerakkan 100% dengan etanol. Sedang Deutz, perusahaan raksasa di Jerman Barat, memamerkan mesin yang dijalankan dengan etanol pula. Pokoknya etanol sebagai komoditi energi mempunyai masa depan yang cerah. Agaknya Presiden Soeharto sudah tertarik dan meminta Habibie agar menjajaki kemungkinan mendirikan industri pembuatan etanol di Indonesia. Menurut Habibie, Indonesia tidak perlu pusing memikirkan pengembangan mesin yang memakai etanol. "Serahkan itu kepada negara industri maju," ujarnya dalam interpiu TEMPO pekan lalu. "Kita menitikberatkan saja usaha pada pembuatan etanol." Seperti sudah dibuktikan di Brazil, program pembuatan etanol Indonesia akan membuka kesempatan kerja yang cukup luas, terutama di sektor pertanian. Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri akan bahan bakar pengganti minyak, pasaran ekspor juga tampak cukup besar. Untuk menanam bahan baku pembuatan etanol hingga mencukupi kebutuhan sekitar 20 juta kendaraan pribadi di Jerman Barat akan diperlukan separuh wilayah negeri itu. Maka Dr. W.Bernhard kepala bagian riset Volkswagen, pernah mengajak kerja sama dengan negara berkembang yang wilayahnya luas, seperti Brazil. Wilayah Indonesia juga ideal untuk pembuatan etanol. Etanol atau etilalkohol (C2HsOH) merupakan jenis alkohol yang mungkin paling lama dikenal manusia. Sejak zaman purba sudah dibuat melalui proses fermentasi karbohidrat seperti gula, pati dan buah-buahan, dengan menggunakan peralatan sederhana. Makanan seperti tape atau minuman seperti brem, tuak, anggur dan bir --semua itu mengandung etanol hasil fermentasi. Tanaman seperti padi-padian, pohon sagu, jagung, umbi-umbian, pohon nipa, dan singkong merupakan sumber potensial bagi pembuatan etanol. Dan semua tanaman itu merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable). Justru di sini letak daya tarik utamanya. Sebaliknya, sebagian tanaman itu masih merupakan sumber makanan utama bagi rakyat. "Bagaimana perasaan orang kalau ini dibakar dalam mobil, sedang sebagian besar dunia masih kelaparan," ujar Habibie. Karena itu Habibie cenderung menggunakan ubi jalar (Impomoea batata) yang nilai gizinya relatif rendah tapi kadar karbohidrat sebagai hasil fotosintesa cukup tinggi. Juga ubi jalar dalam waktu 3-4 bulan sudah matang hingga dalam satu tahun bisa dipanen 3 kali. Produksinya yang mencapai 10 ton per hektar sekali panen masih bisa ditingkatkan lagi dengan penggunaan pupuk dan bibit unggul. Dan ubi jalar bisa pula dipanen secara mekanis. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang diketuai Dr. B.J. Habibie memberi nama "Proyek Perkebunan Energi" untuk proyek pembuatan etanol itu. Direncanakan untuk memanfaatkan tenaga dan tanah para petani transmigran. Sekarang petani transmigran diharapkan bisa berdikari dengan tanah 2 hektar setelah satu tahun. Tapi biasanya ia menghadapi problem pemasaran. "Kalau kita berhasil mengaitkan transmigrasi dengan proyek ini, jelas si petani bisa memperoleh pendapatan tetap dari setengah bidang tanahnya," ujar Habibie. Dengan harga pedoman Rp 12,50 per kg ubi jalar dan produksi 30 ton per hektar setahun ditaksirnya petani bisa memperoleh Rp 375.000 dari satu hektar tanahnya. Sudah ditunjuk Ir. Wardiman, As ten I Menteri Ristek, sebagai kepala proyek ini. Menurut perhitungan Wardiman -- tokoh lari santai di Jakarta -- dari 6 kg ubi jalar bisa dihasilkan l liter etanol. Kalau dalam 1 unit transmigrasi terdapat 500 KK dengan 1000 ha tanah' separuh tanah ini bisa digunakan untuk menanam ubi jalar. Dengan produksi 30 ton setahun per hektar, 1 unit transmi grasi menghasilkan 15.000 ton yang bi-a diolah menjadi 2.500 liter etanol. Pagi Ini Habibie sudah memutuskan untuk mendirikan sebuah pilot project pembuatan etanol berkapasitas 5000 kilo liter setahun di Lampung. Dari Menteri Nakertrans Harun Zain dimintanya supaya disediakan 1000 hektar tanah di Lampung. Agaknya tidak ada rencana membangun pabrik etanol raksasa yang sentral. Tapi ada maksud menular sejumlah hesar pabrik kecil di berbagai unit transmigrasi. "Saya tidak memikirkan untuk membeli pabrik fermentasi dari Jerman atau Jepang," ujar Habibie. "Saya mau mendirikan pabrik yang membuat pabrik fermentasi . " Investasi untuk ini cukup menari k. Misalnya konsumsi BBM Indonesia lahun lalu sebesar 20,4 juta kilo liter. Bila sebuah pabrik berkapasitas 5000 kiloliter, "saya membutuhkan 4000 pabrik fermentasi dan ini sudah merupakan suatu market tersendiri," ujar Habibie bersemangat. Dalam waktu dekat Indonesia akan menerima sebuah mobil Volkswagen tipe Passat 1500 cc dari Brazil. "Kita perlukan itu untuk menguji performance etanol produksi Indonesia," ujar Ir. Rahadi Ramelan, kepala Pengkajian Industri BPPT. "Selain itu kita juga dapat sebuah generating set yang dijalankan dengan etanol." Untuk segera mewujudkan proyek ini, Habibie segera akan membenn!li suatu tim inter-departemental. "Sa a bermaksud untuk mengadakan rapal dalam bulan ini," ungkapnya. "Kalau bisa pagi ini."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus