Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Usai dilatih untuk membuat kain tenun menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM), penenun Pringgasela langsung banjir orderan daru Bupati Lombok Timur. Mereka menerima pesanan 1.000 lembar untuk keperluan pakaian seragam aparat sipil negara (ASN) di Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kain tenun ATBM yang dipesan Bupati Lombok Timur itu motifnya kolaborasi Pringgasela dan Gumise. Jika selembar pakaian memerlukan 2 -3 meter maka diperhitungkan kebutuhan kain tenun akan mencapai 3.000 meter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Bupati Lombok Timur M. Sukiman Azmy, semua ASN di lingkungannya diwajibkan mengenakan pakaian tenun setiap Jumat. Melalui sinergi dengan sektor pariwisata serta memadukan kreativitas, diharapkan hal ini mampu memberikan nilai tambah pada produk tenun Nusa Tenggara Barat. ''Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Sukiman Ahad 11 Agustus 2019.
Pesanan kain tenunan tersebut disampaikan begitu pelatihan yang diikuti 25 orang penenun yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat (KPw BI NTB) usai. Pelatihan berlangsung selama dua pekan sejak 25 Juli 2019 lalu hingga 7 Agustus 2019 di Galeri Tenun Sentosa Pringgasela.
Sukiman mengatakan, Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur konsen dalam pengembangan UMKM di bidang tenun karena menyangkut beberapa aspek. ''Menenun merupakan salah satu mata pencaharian sebagian masyarakat serta termasuk adat budaya yang perlu dilestarikan,'' ujarnya.
Kepala KPw BI NTB Achris Sarwani mengatakan, Bank Indonesia memberikan bantuan lima unit ATBM dalam rangka mendorong kemajuan industri tenun di NTB kepada Kelompok Tenun Pringgasela dan Kelompok Tenun Kembang Kerang. Penggunaan ATBM diharapkan mampu meningkatkan daya saing penenun NTB baik dari segi harga yang lebih terjangkau. ''Maupun kapasitas produksi yang meningkat,” ucap Achris.
Achris juga menjelaskan bahwa ATBM yang diberikan tersebut menggunakan teknologi sederhana sehingga sangat mudah untuk direplikasi. Wignyo Rahadi sebagai desainer nasional mitra Bank Indonesia sekaligus produsen alat tenun telah memberikan persetujuan apabila Pemda Lotim berencana mereplikasi dan memproduksi ATBM tersebut secara massal di Lombok memanfaatkan bahan baku, SDM ataupun fasilitas yang telah tersedia sehingga harga mesin yang dihasilkan akan lebih terjangkau,” kata Achris
Salah seorang pengrajin di Pringgasela, Maliki, mengakui jika menggunakan gedogan, menghasilkan produksi warna alami lebar 60 sentimeter panjang empat meter harganya Rp 600 ribu. Sedangkan yang sintetis panjang empat meter lebar 60 sentimeter harganya Rp 400 ribu. Ada juga gedogan yang lebarnya 90 sentimeter panjang tiga meter Rp 750 ribu. Sedangkan kalau ATBM panjang 2,5 meter lebar 115 cm bisa Rp 250 ribu yang polos. ''Jelas ini bisa lebih bersaing,'' ucap Maliki.
Selama ini, dengan alat tenunan gedogan, pengrajin lokal Pringgasela hanya mampu menghasilkan kain selebar 60 sentimeter panjang empat meter. Tetapi jika menggunakan ATBM, bisa menghasilkan kain selebar 120cm dan panjangnya hingga 100-an meter. ''Kalau pakai ATBM bisa menggunakan benang lebih tipis dibanding gedogan yang menggunakan katun atau rayon,'' kata Maliki.
SUPRIYANTHO KHAFID