Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Dugaan Pertamina Mengoplos BBM Pertamax: Ragam Protes Konsumen

Wawancara yang dilakukan Tempo di sebuah SPBU milik Pertamina di Palmerah, pada Kamis malam, 28 Februari 2025 menunjukkan beragam tanggapan dari para pengguna bahan bakar tersebut.

28 Februari 2025 | 12.22 WIB

Pengendara sepeda motor melintas di dekat papan informasi harga BBM di salah satu SPBU kawasan Kuningan Timur, Jakarta, Selasa 1 Oktober 2024. PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax dari Rp12.950 per liter menjadi Rp12.100 per liter, Pertamax Green 95 dari Rp13.650 per liter menjadi Rp12.700 per liter, Pertamax Turbo dari Rp14.470 per liter menjadi Rp13.250 per liter, Dexlite dari Rp14.050 per liter menjadi Rp12.700 per liter, dan Pertamina Dex dari Rp14.550 per liter menjadi Rp13.150 per liter yang berlaku per 1 Oktober 2024. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Perbesar
Pengendara sepeda motor melintas di dekat papan informasi harga BBM di salah satu SPBU kawasan Kuningan Timur, Jakarta, Selasa 1 Oktober 2024. PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax dari Rp12.950 per liter menjadi Rp12.100 per liter, Pertamax Green 95 dari Rp13.650 per liter menjadi Rp12.700 per liter, Pertamax Turbo dari Rp14.470 per liter menjadi Rp13.250 per liter, Dexlite dari Rp14.050 per liter menjadi Rp12.700 per liter, dan Pertamina Dex dari Rp14.550 per liter menjadi Rp13.150 per liter yang berlaku per 1 Oktober 2024. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dugaan pengoplosan bahan bakar minyak atau BBM Pertalite menjadi Pertamax yang dilakukan oleh Pertamina menjadi perbincangan di masyarakat. Tempo melakukan wawancara di sebuah SPBU milik Pertamina di Palmerah, Jakarta Barat pada Kamis malam, 28 Februari 2025 menunjukkan beragam tanggapan dari para pengguna BBM tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kecewa, karena Sudah Pelanggan Setia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Robi, 23 tahun, seorang pegawai kantor di sektor finansial asal Jakarta Barat, telah menggunakan Pertamax sejak 2019. Ia mengaku kecewa dengan adanya isu pengoplosan ini. "Selama ini saya pakai Pertamax untuk kendaraan, tapi kalau benar dioplos, itu merugikan masyarakat. Udah lama loh saya pakai Pertamax, ternyata hasilnya seperti ini," ujar Robi.

Ia pun mempertimbangkan untuk beralih ke bahan bakar lain jika kondisi ini tidak mengalami perubahan. "Kalau terus begini, saya sudah pastikan akan pindah. Walaupun mereka mengklaim hanya menambahkan zat yang memperbaiki angka oktan, tetap saja itu beda," ucapnya.

Robi juga berharap agar Pertamina lebih memperhatikan kepentingan masyarakat. "Jangan dioplos-oplos lagi. Ini menyangkut kepercayaan masyarakat. Indonesia memang sedang dalam masa sulit soal energi, tapi jangan menambah masalah dengan praktik seperti ini." katanya. 

Harus Ditindak Tegas

Putra, 24 tahun, seorang driver ojek online asal Jakarta Pusat yang mulai menggunakan Pertamax sejak 2023, memiliki pendapat yang lebih keras. Ia geram dengan isu pengoplosan ini dan berharap para pelaku dihukum seberat-beratnya. 

"Kalau memang ada yang ngelakuin ini, tangkap, penjarakan! Jangan main-main dengan kebutuhan masyarakat kecil. Korupsi sudah banyak, sekarang bensin pun dimainkan," ujarnya dengan nada kesal. Meskipun ia belum memutuskan untuk beralih ke bahan bakar lain, Putra mengatakan ada kemungkinan besar ia akan mencoba alternatif lain. 

Menunggu Kejelasan, tapi Tetap Waspada

Pak Sani, seorang pekerja di bidang konveksi yang tinggal di Jakarta Barat, mengaku telah menggunakan Pertamax selama lima tahun terakhir. Ia merasa isu ini membuatnya was-was, tetapi belum berencana untuk beralih ke bahan bakar lain. "Ya, ada rasa khawatir. Tapi saya juga belum tahu persis kebenarannya. Untuk sementara masih pakai Pertamax, sambil lihat perkembangan nanti," katanya.

Ia juga menyebut belum merasakan adanya dampak negatif pada kendaraannya. "Sejauh ini sih motor saya masih normal. Tapi kalau nanti ada efek buruknya, mungkin saya pertimbangkan untuk pindah." tuturnya. 

Masyarakat Kecil yang Dirugikan

Fikri, 22 tahun, seorang pedagang asal Jakarta Utara yang telah lima tahun menggunakan Pertamax, merasa bahwa isu ini menunjukkan betapa mudahnya masyarakat kecil dibodohi oleh aparat dan pihak berwenang. "Masyarakat kecil itu kerja cari uangnya susah. Tapi malah dibohongi kayak begini. Mau percaya lagi sama Pertamax juga susah. Mending cari yang lain aja," katanya. 

Fikri sudah berencana untuk beralih ke merek lain sebagai bentuk ketidak percayaannya pada Pertamina. Ia juga berharap agar aparat penegak hukum lebih tegas dalam menangani kasus ini. "Kalau sudah begini, ya saya pindah aja. Buat apa tetap pakai kalau dirugikan?" ucapnya. "Jangan main-main sama masyarakat kecil. Kalau memang ada oknum yang terlibat, tindak tegas."

Dengan berbagai tanggapan dari masyarakat, isu ini semakin menjadi perhatian publik. Kini, masyarakat menunggu langkah konkret dari pihak berwenang untuk menyelesaikan kasus ini dan mengembalikan kepercayaan pengguna terhadap bahan bakar yang mereka gunakan setiap hari.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus