Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Bright Institute Muhammad Andri Perdana menilai rencana pemerintah untuk menambah impor pangan dari Amerika Serikat kontrafiktif dengan program swasembada pangan. Hal ini merespons pernyataan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto bahwa impor pangan tidak akan mengganggu swasembada, sebab Indonesia selama ini mengimpor gandum, kedelai, dan susu kedelai dari AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Andri, jika produk yang diimpor terbatas pada gandum saja, dalih pemerintah untuk meningkatkan impor masih bisa diterima. “Namun jika sudah berbicara tentang kedelai, itu jelas, yang selama ini diprogramkan mengenai swasembada pangan oleh pemerintah ya pajale; padi, jagung, kedelai,” kata Andri ketika dihubungi pada Sabtu, 19 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dia juga mengatakan, pemerintah telah mengeluarkan dana hingga ratusan triliun untuk ketahanan pangan, termasuk pencetakan lahan kedelai serta intensifikasi produksi kedelai.
Di sisi lain, Andri mengatakan bahwa pada 1990, produksi domestik kedelai Indonesia sebenarnya memenuhi 73 persen kebutuhan dalam negeri, yaitu sebesar 1,48 juta ton. Namun akibat krisis moneter 1998, Indonesia meliberalisasi perdagangan sehingga keran impor membanjiri produk pertanian dalam negeri. Kemudian, kata Andri, tren penurunan produksi kedelai berlanjut sampai sekarang.
“Dari kita memenuhi mayoritas kebutuhan dalam negeri dari produksi domestik, sekarang kita mengimpor 92 persen dari kebutuhan dalam negeri. Dan ini akan semakin diperdalam dengan kenaikan impor demi meminta ampun dari tarif AS,” ujar Andri.
Menurut data Badan Pusat Statistisk (BPS), Indonesia mengimpor 1.949.365 ton kedelai dari AS pada 2023. Sementara total impor kedelai pada tahun itu adalah 2.274.428 ton.
Sebelumnya, Airlangga Hartarto mengatakan impor pangan merupakan salah satu hal yang ditawarkan pemerintah Indonesia dalam negosiasi tarif dengan pemerintah AS. Amerika Serikat bukan satu-satunya negara importir produk pangan ke Indonesia, ada juga beberapa negara lainnya, seperti Australia dan Ukraina. Airlangga mengatakan, pemerintah akan meningkatkan impor pangan dari AS dengan cara mengalihkan impor dari negara lain.
“Kami tidak akan mengganggu program swasembada, sehingga swasembada sama sekali tidak terganggu dengan apa yang direncanakan dibeli dari Amerika Serikat,” kata Airlangga dalam konferensi pers daring pada Jumat, 18 April 2025. Adapun proses negosiasi pemerintah Indonesia dengan pemerintah AS ditargetkan selesai 60 hari ke depan.