Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ekonom Sebut Tanda-tanda Indonesia Menuju Jebakan Utang Cina, Apa Saja?

Lembaga riset Celios mengungkapkan bahwa hingga saat ini Indonesia masih belum terjerat jebakan utang (debt trap) dari Cina.

15 Juni 2023 | 21.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengamat ekonomi Celios Bhima Yudhistira saat ditemui usai diskusi 'Menyambut Bursa Karbon' di Jakarta pada Kamis, 11 Mei 2023. Tempo/Amelia Rahima Sari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga riset Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan Indonesia masih belum terjerat jebakan utang (debt trap) dari Cina. Namun, kata dia, sudah ada tanda-tanda potensi Indonesia masuk ke jebakan utang Cina jika pemerintah tidak berhati-hati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pemerintah perlu mewaspadai lantaran ada potensi Indonesia mengarah ke situ (jebakan utang),” ujar Direktur Studi China-Indonesia Celios M Zulfikar Rakhmat dalam acara Peluncuran Policy Paper Celios, di Hotel Ashley Wakhid Hasyim, Jakarta Pusat, pada Kamis, 15 Juni 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indonesia belum masuk jebakan utang Negeri Tirai Bambu itu, kata dia, karena jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Sri Lanka dan Zimbabwe. Kemampuan ekonomi Indonesia masih lebih baik dari kedua negara tersebut. Misalnya, kalau melihat dari proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) sebenarnya Indonesia masih mampu untuk bayar.

“Cuma ya harus utang lagi gitu. Jadi utang untuk nutup utang. Tapi kalau PT KAI suruh nanggung semua ya jelas enggak akan mampu. Jadi sebenarnya kita masih aman. Karena ekonomi kita masih cukup kuat,” kata Zulfikar.

Adapun tandanya, Zulfikar memperkirakan jumlah utang Indonesia ke Cina berpotensi meningkat seiring dengan masuknya proyek-proyek belt and road initiative atau atau jalur sutra baru Cina di Indonesia yang sudah ditandatangani. Pada 2022 saja, nilai utang Indonesia sudah mencapai US$ 20,225 miliar setara dengan Rp 315,1 triliun.

Selain itu, juga muncul kekhawatiran risiko gagal bayar yang bisa menyebabkan kerugian besar di masa depan. Kekhawatiran itu, menurut Zulfikar, bukan tanpa dasar. Karena dari negara-negara yang terlibat dalam proyek belt and road iniative, beberapa telah dinyatakan gagal bayar, salah satunya Sri Lanka pada proyek pembangunan pelabuhan Hambantota.

“Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan risiko terjerat utang. Di antaranya Cina memberikan pembebanan skema kredit yang tinggi,” kata Zulfikar.

Moh. Khory Alfarizi

Moh. Khory Alfarizi

Menjadi wartawan Tempo sejak 2018 dan meliput isu teknologi, sains, olahraga hingga kriminalitas. Alumni Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat, program studi akuntansi. Mengikuti program Kelas Khusus Jurnalisme Data Non-degree yang digelar AJI Indonesia pada 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus