BAGAIKAN naga yang bangun dari pertapaan, Lippo Group segera menyiapkan diri menjadi konglomerat. Lippo sebagai holding company siap dikibarkan oleh Mochtar Riady, sang pendiri. Langkah ini diawali dengan pengangkatan Markus Parmadi menjadi presiden direktur Lippobank, menggantikan James Riady. Pengunduran diri dari jabatan lamanya, yakni Direktur Eksekutif BCA, sudah dilakukan Markus sejak dua pekan silam. Dan bisa dikatakan, ini bukan penggantian eksekutif puncak biasa. Di sela-sela kesibukannya menerbitkan Note Issuance Fascilify (NIF) di Singapura bulan lalu, Mochtar Riady mengatakan kepada TEMPO bahwa penunjukan Markus Parmadi merupakan bagian dari rencana jangka panjang Lippo Group untuk mengembangkan sayap. Rencana itu dimulai dengan penggantian manajer puncak Lippobank dan konsolidasi antara lain menghentikan penambahan cabang (di seluruh Indonesia sudah 105). Kepada TEMPO, Mochtar mengatakan, "Saya mengantisipasi keadaan. Lippobank sudah jauh-jauh hari saya siapkan untuk bisa menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, manajemen dan kepemilikan harus dipisahkan." Masa depan yang dimaksudkan Mochtar adalah satu tahap ketika konglomerasi tidak bisa dihindarkan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi yang ditentukan oleh kekuatan pasar. Dan Lippobank akan menjadi bagian dari konglomerasi yang dirancang Mochtar. Penunjukan Markus Parmadi, 45 tahun sebagai pemegang kendali Lippobank, oleh kalangan pengamat dinilai sangat tepat. Markus dikenal sebagai seorang bankir profesional yang andal, cuma tidak suka publikasi. Kariernya dimulai 1971 sebagai credit investigator di Citibank. Pada 1983 ia bergabung ke Bank Perniagaan Indonesia (BPI), sebagai salah satu direktur. Lalu ke BCA. Sebagai orang yang ikut membina Markus, Mochtar pernah berkomentar, "Ia mungkin tidak sepandai direktur lainnya. Tapi dia pandai mendekati orang. Punya kemampuan untuk menyatukan orang." Akan halnya James T. Riady, yang dulu pernah diramalkan akan menjadi putra mahkota dalam bisnis keuangan, mungkin -- seperti kata Mochtar -- akan menjadi komandan Lippo Group. Dalam bulan ini juga, pembentukan organisasi baru menuju konglomerasi tersebut akan dilaksanakan. "Saya lihat, di Indonesia konglomerat seperti tumbuh tidak sengaja, ukurannya masih tanggung, dan diawasi oleh keluarga," ujar Mochtar. "Kalau di luar negeri misalnya di Jepang, konglomerat tidak ada bedanya dengan koperasi. Tidak dimiliki oleh satu keluarga, tapi oleh pelbagai badan dan masyarakat melalui go public. Untuk mengarah ke sana, kita jangan tanggung-tanggung. Kita harus menjadi besar dan punya aset sebagai pendukung." Lippo Group, yang hendak menanggalkan citranya sebagai bisnis keluarga Mochtar, kini sudah memiliki akar kuat sebagai calon konglomerat. Jaringan usahanya meliputi commercial bank, (yang menonjol Lippobank, Bank Bhumy Bahari, The Hongkong Chinese Bank, California Bank of Trade), merchant bank (Multicor, Central Asia Capital Corporation, Stephen Finance), asuransi (Lippo Life, Central Asia Insurance, Far East Insurance), leasing dan keuangan (Stephen Leasing, Daiwa Lippo Leasing, Lippo Finance), dan non -bank (antara lain Multipolar dan Champion Spark Plugs Industries). Studi yang dilakukan PT Kompass Indonesia (1988-1989) menunjukkan, jaringan Lippo Group meliputi 72 perusahaan. Omsetnya pada 1988 Rp 1,8 trilyun -- ini menurut studi PT Cisi Raya Utama pada 1989. Konsolidasi mengembangkan Lippo Group pada akhirnya mengurangi konsentrasi Mochtar di BCA. Sumber di BCA yang dihubungi wartawan TEMPO Bambang Aji menyebutkan, saham Mochtar di BCA (aset Rp 4 trilyun lebih) tinggal sekitar 3% (semula 17,5%). Bahkan pernah tersiar isu Mochtar konflik dengan Liem Sioe Liong. Tapi James Riady menyangkal adanya konflik tersebut. "Hubungan Bapak dengan Om Liem tetap baik," ujarnya memastikan. Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini