Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Empat Pemetik di Tengah Jalan

Empat investor lolos dari seleksi awal tender divestasi saham pemerintah di Indosat. Masih ada beberapa hal yang mengganjal proses penjualan ini.

10 November 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IBARAT gadis cantik yang jadi kembang desa, Indosat kini tengah diincar banyak peminat dari luar wilayah. Mereka berlomba-lomba memetiknya. Semula ada delapan investor yang masuk dalam lingkaran pertempuran, tapi setengah di antaranya dinyatakan gagal. Maka, inilah empat calon pembeli saham pemerintah di Indosat yang kini sudah memasuki putaran kedua: Desa Mahir Sdn. Bhd. (Malaysia), Gilbert Global Equity Capital Asia Ltd., Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (Singapura), dan Telekom Malaysia Berhard (Malaysia). Keempat jiran tersebut kini tengah melakukan uji tuntas. Jika semuanya beres, mereka akan mengajukan penawaran untuk mendapat satu pemenang yang bisa membeli 41,94 persen (434 juta lembar) saham pemerintah di Indosat pada awal Desember mendatang. Di atas kertas, perjalanan divestasi saham pemerintah di Indosat akan berjalan mulus. Kondisi ini melegakan, terutama setelah terjadinya skandal insider trading dalam divestasi saham Indosat pada Mei lalu. Kasus ini kemudian diselidiki oleh Badan Pengawas Pasar Modal, yang meminta bantuan Security Exchange Commission AS dan hasilnya akan diumumkan dalam waktu dekat. Lancar? Rupanya tidak. Ada dua ganjalan yang bisa membuat program penjualan saham ini berantakan. Rumor di bursa menyebutkan keempat investor itu mengajukan penawaran harga paling tinggi Rp 10.500 per lembar. Harga itu di bawah harga yang diinginkan pemerintah: Rp 12.000 per lembar. Akhir Oktober lalu Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, Laksamana Sukardi, memberikan ancar-ancar bahwa pemerintah akan melepas sahamnya dengan premium 50 persen di atas harga pasar. Melihat harga saham Indosat dalam beberapa pekan terakhir yang berkisar Rp 8.000, berarti pemerintah akan menetapkan harga sekitar Rp 12.000. Jika melihat hasil divestasi saham pemerintah di Indosat pada Mei lalu, harga 41,94 persen saham Indosat mestinya memang berada di kisaran Rp 12.000. Dengan harga ini, pemerintah paling tidak akan memperoleh sekitar Rp 5,2 triliun. Ini jumlah yang lebih dari cukup untuk menutup target privatisasi yang dipatok pemerintah dalam APBN 2001 sebesar Rp 6,5 triliun. Sebelumnya, pemerintah sudah mengantongi Rp 2,1 triliun dari penjualan 8,1 persen saham Indosat dan divestasi 3,1 persen PT Telkom. Sayang, para calon pemegang saham Indosat menolak menyebutkan harga penawaran mereka. "Kami belum bisa mengumumkannya," kata June Seah, juru bicara Singapore Technologies Telemedia. Kalau mereka menawar di bawah Rp 12.000? "Jika harganya di bawah keinginan kami, divestasi ini akan dibatalkan," ujar Mahmudin Yasin, Deputi Menteri Negara BUMN Bidang Privatisasi, tegas. Menurut Mahmudin, pemerintah menetapkan harga patokan (benchmark) karena harga pasar Indosat kini jauh di bawah fundamentalnya. Dalam rapat dengar pendapat dengan DPR Kamis pekan lalu, Direktur Utama Indosat, Widya Purnama, menegaskan hal yang sama. "Jika di bawah Rp 12.000, saya akan mundur," katanya. Melihat kondisi fundamental Indosat, Widya yakin harga Indosat bisa mencapai Rp 14.000-Rp 16.000. Sumber TEMPO di pemerintahan juga sama yakinnya dengan Widya. Menurut dia, yang sudah diajukan oleh calon pemegang saham Indosat baru harga indikasi. "Bagaimana mungkin mereka sudah menetapkan harga yang fixed jika barangnya saja mereka belum tahu," kata sumber itu. Dia yakin akan ada perubahan harga penawaran yang signifikan setelah mereka menyelesaikan uji tuntas. Menurut analis telekomunikasi dari Nusantara Capital, Agung Prabowo, dilihat dari fundamentalnya, harga saham Indosat mestinya berada di sekitar Rp 17.000. Tak bisa dimungkiri bahwa saat ini bisnis telepon internasional Indosat terus menurun. Dalam neraca keuangan per September 2002 terlihat bahwa penerimaan Indosat dari bisnis ini turun lima persen dibandingkan dengan pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, kinerja keuangan Indosat tahun ini menurun jauh dibanding tahun lalu. Pendapatan usaha Indosat selama sembilan bulan pertama tahun ini hanya Rp 1,3 triliun. Bandingkan dengan tahun lalu, yang Rp 1,6 triliun (turun 17 persen). Apalagi jika dilihat laba bersihnya pada periode yang sama, yang turun hampir 64 persen menjadi Rp 435 miliar. Tapi, masih ada sumber penghasilan lain. Dari program pertukaran kepemilikan (cross ownership) dengan Telkom, Indosat mendapat Satelindo. Kini, Indosat menguasai 100 persen saham Satelindo setelah membeli 25 persen saham DeTe Mobil (Jerman) dengan harga US$ 325 juta. Bersama IM3, Satelindo akan menjadi telur emas baru Indosat. "Jangan lupa, pertumbuhan pendapatan Indosat dari seluler naik hampir 70 persen pada September lalu," kata Agung. Manajemen Indosat menargetkan, dalam dua tahun ke depan kontribusi seluler akan naik menjadi 70 persen—sekarang di bawah 50 persen. Fokus bisnis Indosat akan beralih dari sambungan internasional ke seluler, terutama setelah proses merger antara Indosat, Satelindo, dan IM3 sudah beres. Rupanya telur emas itu dilihat juga oleh para calon pembeli. Menurut Seah, dengan penetrasi pasar yang baru tiga persen, perusahaan seluler masih mungkin menggenjot pertumbuhan bisnisnya. "Kita akan membawa Indosat ke pasar global, tak cuma di sini," kata Seah. Agung memperkirakan pertumbuhan bisnis seluler masih akan tinggi di tahun-tahun mendatang, paling tidak 20-30 persen per tahun. Apalagi hampir 96 persen pasar seluler di Indonesia hanya dikuasai tiga perusahaan, yakni Telkomsel (Telkom), Satelindo, dan Excelcomindo. Satelindo dan IM3 saat ini menguasai sekitar 30 persen pasar seluler. Apalagi Indosat memegang dua lisensi telekomunikasi, yakni full network service provider dan GSM 1800. Dengan dua lisensi ini, Indosat punya modal yang cukup untuk bersaing dengan Telkom. Kini, Indosat sedang mengembangkan telepon tetap tanpa kabel (fixed wireless), yang biayanya jauh di bawah harga investasi telepon tetap biasa (fixed line). Dalam lima tahun ke depan, Agung memperkirakan pemerintah tidak akan mengeluarkan lisensi baru untuk dua sektor itu. "Itu jelas modal besar Indosat," katanya. Kalau begitu peta buminya, kelihatannya Indosat tetap jadi kembang desa yang akan terus diburu peminatnya. Keempat calon investor itu pun tak diragukan kemampuannya. Direktur Utama Indosat, Widya Purnama, yakin mereka memang punya dana dan pengalaman yang cukup untuk membeli Indosat. Jadi, apa lagi problem dalam divestasi ini? Rupanya, hambatan datang dari para wakil rakyat dari Komisi Perhubungan, Telekomunikasi, dan Prasarana Umum. Mereka menolak rencana divestasi Indosat hanya karena masalah kecil: Menteri Negara BUMN belum melaporkannya. Menurut Rosyid Hidayat, anggota komisi tersebut, ada dua hal yang dilanggar oleh Laksamana. Pertama, sebagai aset negara yang strategis, pemerintah mestinya tidak dengan mudah menjual sahamnya, terutama kepada pihak asing. Kedua, sampai saat ini pemerintah belum sepatah kata pun memberi tahu DPR perihal rencana penjualan saham tersebut. "Apa susahnya memberi tahu?" ujarnya. Rosyid menegaskan bahwa DPR tidak main-main dengan ancamannya. "Dalam waktu dekat, kita ajukan ke polisi," ia mengancam. Jika ini benar-benar direalisasi, bukan tidak mungkin calon investor akan memilih mundur teratur. Jadi, kendati para peserta tender sudah masuk ke lap ketiga, bukan tidak mungkin si kembang desa itu tetap melambai sendirian karena tak ada yang berhasil memetiknya. M. Taufiqurohman, Dewi Rina Cahyani, Leanika Tanjung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus