Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir berjanji akan terus menjalankan program restrukturisasi perusahaan negara. Ia menjamin program restrukturisasi itu akan terus berlanjut agar kinerja perusahaan pelat merah itu lebih terukur.
"Kalau kita lihat apa yang kita lakukan selama ini bukan pencitraan, tapi bagian komitmen kita bahwa reformasi birokrasi di BUMN harus terus kita lakukan dan sudah terjadi. Bagaimana sekarang struktur di BUMN lebih ramping dan klasterisasi yang membangun ekosistem rantai pasok, itu tujuan utama kita," ujar Erick Thohir di Jakarta, Rabu 1 Juli 2020.
Erick Thohir menerangkan, restrukturisasi BUMN merupakan bagian dari efisiensi dan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) sehingga indikator kinerja utama (KPI) menjadi lebih jelas tolok ukurnya. "Karena COVID-19, dunia berubah, kita harus siap berubah," ujar dia.
Menurut dia, ada dua faktor yang menjadi kekuatan Indonesia sehingga mampu bertahan dan bersaing di tengah pandemi COVID-19. "Pertama, jumlah populasinya besar dan kedua SDA (Sumber Daya Alam) yang sangat kaya," papar Erick Thohir.
Namun, lanjut dia, masih terdapat dua hal lagi yang dapat menambah kekuatan Indonesia, yakni memperbaiki rantai pasok dan melakukan transformasi teknologi.
Sebelumnya Erick Thohir telah memangkas jumlah BUMN dari 142 menjadi 107 perusahaan. Pemangkasan ini merupakan upaya untuk melanjutkan program efisiensi dan penyederhanaan jumlah perusahaan BUMN. Berkurangnya jumlah BUMN ini tidak lain karena lahirnya konsolidasi BUMN, di antaranya adalah sektor farmasi dan asuransi.
“Khususnya pada situasi pandemi COVID-19 merupakan saat yang tepat melakukan restrukturisasi untuk memperkuat posisi BUMN, baik posisi keuangan maupun posisi dalam industri,” kata Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa 9 Juni 2020 silam.
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini