Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Gula Cair Dinilai Bisa Menekan Tingginya Ketergantungan Gula Impor

Menteri Koperasi Teten Masduki mendukung pengembangan gula cair untuk menekan tingginya ketergantungan gula impor.

25 April 2021 | 11.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki (tengah) berbincang dengan Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo (kanan) saat menghadiri acara peresmian M Bloc Space Fase Kedua di M Bloc, Jakarta, Jumat, 19 Maret 2021. ANTARA/Muhammad Adimaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Saat mengunjungi pusat produksi gula cair PT Gula Energi Nusantara (GEN) di Klaten, Jawa Tengah, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Madsuki meninjau alat-alat produksi dan proses produksi gula cair. Selian itu ia juga melakukan dialog dengan Direktur UKM PT GEN, Joko Budi Wiryono yang juga di damping Bupati Klaten, Sri Mulyani.

Melansir dari kanal resmi Kementerian Koperasi dan UKM atau Kemenkopukm, kemenkopukm.go.id, Teten mengatakan, “Saya ke Klaten menemui Pak Joko karena beberapa waktu lalu Pak Joko menyampaikan ide besar yaitu mengembangkan gula nasional dengan mengurangi impor dengan hanya mengalihfungsi dari gula pasir ke gula cair. Dan hari ini Pak Joko sudah mengembangkan prototipe pengolahannya dan mengembangkan sendiri teknologi produksinya."

Teten mendukung ide ini karena kapsitas produksi gula menjadi naik. Selain itu, gula kristal atau gula pasir yang dulunya hanya memanfaatkan sukrosa dari perasan air tebu, kini gula cair bisa memanfaatkan seluruh yang terkandung di dalamnya. Menurutnya gula cair yang diproduksi juga lebih sehat karena kadar gula rendah atau Low Glychemic Index (LGI) dan kandungan antisoksidan tinggi.

Menurut Teten, PT. GEN telah menghabiskan waktu 10 tahun untuk riset menemukan inovasi gula cair yang disebut dengan teknologi Gulanas. PT. GEN juga bekerja sama dengan peneliti Institut Pertanian Bogor atau IPB dan kalangan medis untuk mendapatkan paten dari Kementerian Hukum dan HAM.

Saat Indonesia tengah mangalami defisit gula hingga 3 juta ton. Rata-rata konsumsi gula nasional sebesar 5,1 juta ton sementara produksi gula nasional hanya 2,1 juta ton. Inilah yang membuat Indonesia menjadi negara pengimpor gula terbesar di dunia. Hal ini semakin diperparah ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia, impor gula melunjak dari 4,09 juta ton tahun 2019 menjadi 5,54 juta ton di 2020.

Dengan kasus tersebut, Teten mendukung pengembangan kapasitas produksi gula cair yang diusulkan  PT. GEN agar bisa menambah suplai bagi kebutuhan dalam negeri, sekaligus untuk mengurangi impor gula.

Pengembangan kapasitas produksi gula ini dapat didukung dalam bentuk investasi, maupun pembiayaan pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta pendampingan yang melibatkan stakeholders terkait. 

“Dengan KUR bisa sampai Rp20 miliar. Pun dengan grace period yang cukup panjang, dengan bunga yang sangat kompetitif juga saya kira bisa dibiayai dari perbankan. Nanti mungkin dilakukan adalah pendampingan dari kami dan mungkin kami juga akan mengajak Kementerian BUMN dan Perindustrian untuk bersama-sama mengembangkan prototipe pabrik gula cair yang dikembangkan oleh Pak Joko,” ujarnya.

GERIN RIO PRANATA

Baca juga: Muhammadiyah Pasarkan Gula Cair 100 Persen Singkong Pengganti Gula Tebu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus