Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Ketua Umum Harian Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayur Segar (Aseibssindo), Hendra Juwono, meminta pemerintah segera mengeluarkan rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) serta surat persetujuan impor buah dan sayuran. Menurut dia, lambatnya penerbitan dua berkas itu menyebabkan kelangkaan pasokan dan kini terjadi lonjakan harga buah dan sayur impor hingga 30 persen dibanding pada Desember tahun lalu. "Kami juga berharap pemerintah menelusuri prosedur izin impor," ujar dia kepada Tempo, kemarin. 
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hendra mengatakan ada 30 perusahaan yang mengajukan izin impor dan dokumen pendukungnya sudah diverifikasi, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2019. Tapi, kata dia, penerbitan izin impor tertunda karena masih menunggu instruksi Menteri Pertanian. 
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Hendra, pada 17 Januari lalu pemerintah hanya menerbitkan RIPH dari Amerika Serikat untuk 3 dari 23 perusahaan yang aplikasinya sudah terverifikasi. Pada 7 Februari lalu, Kementerian Pertanian menerbitkan RIPH khusus untuk impor bawang putih kepada 10 importir. Akibatnya, kata dia, harga buah dan sayur melambung karena stok di pasar sedikit. "Harga pasti akan lebih tinggi lagi karena stok yang ada di gudang para importir itu juga menipis," kata dia. 
Ketua Asosiasi Hortikultura Indonesia, Anton Muslim Arbi, mempertanyakan sikap pemerintah yang menahan penerbitan RIPH. Padahal, kata dia, pelaku usaha memerlukan kepastian pasokan. "Jika tidak segera dievaluasi, hal itu akan mempengaruhi harga," ujar dia. Anton mencontohkan lonjakan harga bawang putih, dari Rp 26 ribu per kilogram pada Desember 2019 menjadi Rp 70 ribu per kilogram saat ini.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan kenaikan harga bawang putih disebabkan oleh kepanikan publik. Menurut dia, distributor mengurangi penyaluran stok bawang putih lantaran takut impornya terhambat selepas merebaknya wabah virus corona di Cina, negara pemasok bawang putih terbesar. Di sisi lain, pelaku industri membeli bawang putih lebih awal karena khawatir akan kehilangan stok untuk produksi. "Padahal data kami menyebutkan sebanyak 120 ribu ton masih di tangan importir. Panen pada Maret hingga April juga akan menghasilkan 30 ribu ton," ujar dia. 
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, mengatakan penerbitan RIPH masih dalam proses. Dia mengimbuhkan, setiap penerbitan dokumen itu harus merujuk pada good agricultural practices. Prihasto mengatakan importir harus memenuhi persyaratan administrasi. Apabila belum lengkap, RIPH tidak akan dikeluarkan. Prihasto membantah tudingan pelaku usaha yang mengatakan pemerintah tidak transparan dalam penerbitan RIPH tersebut. 
Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian, Ali Jamil Harahap, mengatakan beberapa komoditas sayur dan buah impor masih tersedia di pasar. Dia mengatakan pemerintah masih mengecek ketersediaan stok sebelum menerbitkan rekomendasi impor. "Kami juga harus menjaga kepentingan petani," ujar dia. LARISSA HUDA
Importir Desak Penerbitan Dokumen Rekomendasi Impor Sayur dan Buah
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo