DARI statistik penanaman modal, baik asing (PMA) maupun dalam negeri (PMDN) untuk semester I 1984, tercatat hanya sekitar US$ 1 milyar: merosot 75% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni sekitar US$ 3,8 milyar. Kemerosotan itu, konon, terutama karena para investor asing, khususnya Jepang dan AS, masih menunggu pembaruan sistem keuangan Indonesia. Menurut perusahaan penganalisa risiko, yang beriklankan di koran Asian Wall Street Journal, pekan lalu, ada risiko besar bagi investor, karena pemerintah sedang menggerayang dengan pembaruan-pembaruan perpajakan. Kalangan pengusaha di sini memperkirakan, kemerosotan itu juga disebabkan kampanye "indonesianisasi" yang dilancarkan Maret lalu, yakni pengurangan tenaga ahli asing. Untuk lebih menggairahkan investasi, yang memerlukan sekitar US$ 145,2 milyar dalam Pelita 1984-1989, berbagai langkah diambil. BKPM telah melakukan kampanye di Jerman Barat dan Belanda, dan juga direncanakan kampanye di Prancis, Kanada, dan Timur Tengah. Menteri Tenaga Kerja Sudomo, akhir bulan lalu, mengeluarkan keputusan yang mempermudah pengurusan izin tenaga kerja asing. Pekan lalu, BKPM juga menandatangani perjanjian kerja sama dengan Bank Dunia, untuk menyusun daftar proyek yang hendak dipromosikan kepada para investor. Sementara ini, permohonan para investor asing dan dalam negeri masih ada. Sampai Agustus lalu, ada delapan permohonan baru dalam rangka PMDN dengan investasi Rp 364 milyar, dan dua permohonan dalam rangka PMA dengan investasi sekitar Rp 122 milyar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini