Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kembali mengalami deflasi secara bulanan atau month to month sebesar 0,48 persen pada Februari 2025. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, pada Februari tahun ini mengalami deflasi secara tahun (year on year) sebesar 0,09 persen, pertama kali terjadi sejak Maret 2000.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Menteri Perdagangan Budi Santoso, deflasi itu kemungkinan tidak akan berlanjut saat bulan Ramadan sekaligus menjelang Idulfitri 1446 Hijriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Menjelang Lebaran, daya beli masyarakat Insyaallah meningkat terus," ujar Budi saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Senin, 3 Maret 2025. Ia meyakinkan harga-harga pangan akan tetap terjangkau dan daya beli masyarakat meningkat saat Ramadan.
Pemerintah, kata Budi, akan melakukan berbagai kebijakan supaya deflasi tak menghambat pertumbuhan ekonomi. "Kami melakukan semua ekosistem ekonomi supaya berjalan baik," ucapnya.
Sebelumnya, BPS mencatat Indonesia kembali mengalami deflasi secara bulanan pada Februari 2025. Deflasi pada Februari tercatat sebesar 0,48 persen dan utamanya disebabkan oleh diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah pada Januari-Februari 2025.
“Pada Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,48 persen secara bulanan atau month to month atau terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 105,99 pada Januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, 3 Maret 2025.
Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Deflasi kelompok ini tercatat sebesar 3,59 persen dan memberikan andil deflasi 0,52 persen. Komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok tersebut, lanjut Amalia, adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi sebesar 0,67 persen.
Selain itu, ada pula komoditas yang juga memberikan andil deflasi karena penurunan harga beberapa pangan bergejolak. Salah satunya ialah daging ayam ras, yang harganya turun sehingga memberikan andil deflasi sebesar 0,06 persen. Kemudian, komoditas bawang merah dan cabai merah juga mengalami penurunan harga sepanjang bulan Februari. “Sehingga memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,04 persen,” tutur Amalia.
Lebih jauh, Amalia menjelaskan, jika dilihat menurut komponen, deflasi yang terjadi pada Februari 2025 utamanya didorong oleh deflasi komponen harga yang diatur pemerintah. Tingkat deflasi pada komponen ini sebesar 2,65 persen.
Kemudian, komponen harga bergejolak juga mengalami deflasi sebesar 0,93 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,16 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan telur ayam ras.
Ervana Trikarinaputri berkontribusi pada penulisan artikel ini.