Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Jalan Trans Sulawesi Diklaim Siap Dilalui Arus Mudik 2018

Seluruh ruas jalan trans Sulawesi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, kini dalam kondisi baik untuk mendukung kelancaran arus mudik 2018.

29 Mei 2018 | 10.22 WIB

Kendaraan melintasi jalan berkelok di Jalur Trans Sulawesi kawasan pegunungan kebun kopi yang merupakan jalur utama para pemudik di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, 11 Juni 2017. Dinas Perhubungan Sulawesi Tengah memperkirakan arus mudik Lebaran lewat jalur darat di Sulawesi Tengah mengalami peningkatan sekitar 15 persen. ANTARA/Mohamad Hamzah
Perbesar
Kendaraan melintasi jalan berkelok di Jalur Trans Sulawesi kawasan pegunungan kebun kopi yang merupakan jalur utama para pemudik di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, 11 Juni 2017. Dinas Perhubungan Sulawesi Tengah memperkirakan arus mudik Lebaran lewat jalur darat di Sulawesi Tengah mengalami peningkatan sekitar 15 persen. ANTARA/Mohamad Hamzah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Palu - Seluruh ruas jalan trans Sulawesi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, kini dalam kondisi baik untuk mendukung kelancaran arus mudik 2018, meski di beberapa titik masih sedang dalam penanganan darurat.

"Sebelum musim angkutan lebaran pada H-10 sampai H+10, seluruh ruas jalan dipastikan fungsional. Sebagian besarnya dalam kondisi mulus dengan aspal hotmix," kata Akmad Cahyadi, Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Sulteng-Sultra yang dihubungi di Palu, Selasa, 29 Mei 2018, usai menyusuri jalan trans Sulawesi Sulteng-Sultra.

Baca juga: Bandar Udara Adisucipto Tambah 33 Penerbangan Selama Mudik

Dari kunjungan selama lima hari, 23-27 Mei 2018 dengan menempuh perjalanan sekitar 1.700 kilometer, Cahyadi menemukan beberapa titik di ruas jalan tersebut yang memerlukan kehati-hatian pengemudi. Sebab, badan jalan yang sebelumnya sudah mantap itu sebagian amblas karena longsor.

Di ruas Tomata-Beteleme, Kabupaten Morowali, misalnya, ada enam titik badan jalan yang amblas dan berlubang-lubang. Akibatnya, kendaraan harus berjalan perlahan-lahan.

Sementara itu di Desa Tangofa, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali, beberapa kilometer sebelum memasuki garis batas Sulteng-Sultra, terdapat pula jalan amblas hingga dua meter sehingga untuk sementara waktu arus lalulintas tertutup total.

Di pegunungan Bete-bete, Kabupaten Morowali, juga terdapat badan jalan yang aspalnya terkelupas sekitar 5 kilometer. Dari aspal tersebut keluar bebatuan dari dasar jalan yang bisa mengganggu arus lalulintas kalau pengemudi tidak hati-hati.

Sementara, kata Cahyadi, pada ruas jalan nasional Kendari-Kolaka-Lasusua-batas Sulawesi Selatan, tidak ada hambatan berarti kecuali jalan aspal yang mulai berlubang akibat beban berat kendaraan. Ada pula tanjakan yang cukup tajam di pegunungan Tamborasi dan Lelewawo, Kabupaten Kolaka Utara, yang disertai jalan berlubang.

Sedangkan di ruas Kolaka-Boepinang-Kasipute-Kendari, Sulawesi Tenggara, kondisi jalan umumnya baik meski beberapa bagian badan jalan beraspal sudah berlubang.

"Semua ruas jalan yang longsor, amblas dan berlubang itu sedang kita tangani. Longsoran dibersihkan, jalan amblas ditutup dan dipadatkan disertai pemasangan penahan pinggiran, serta aspal berlubang ditambal (overlay), sehingga semuanya akan fungsional dalam sepekan ke depan," ujarnya.

Cahyadi juga telah memerintahkan para Penanggung Jawab Pelaksana Kegiatan (PPK) dan Kepala Satuan Kerja (Satker) di seluruh Sulawesi Tengah dan Tenggara untuk memasang rambu-rambu lalulintas di titik-titik yang dianggap riskan bagi arus lalulintas guna meminimalisasi kecelakaan.

"Saya juga telah menginstruksikan staf dan kontraktor untuk menyiagakan kendaraan berat pada ruas-ruas yang rawan longsor seperti Tawaeli-Toboli, Tomata-Beteleme, Bungku-Kendari dan Kolaka ke perbatasan Sultra-Sulsel, untuk menyiagakan kendaraan-kendaraan berat dan personelnya yang bisa digerakkan sewaktu-waktu bila terjadi longsor atau badan jalan amblas," ujarnya.

Cahyadi mengatakan jalan trans Sulawesi yang cukup berat kondisinya untuk dilewati saat ini adalah ruas Asera-Kendari di Sulawesi Tenggara. Ini karena beberapa kilometer jalan antara Asera-Pohara yang sedang ditangani BPJN, dalam kondisi rusak akibat musim hujan berkepanjangan.

"Beberapa titik yang sedang dikerjakan kontraktornya berubah menjadi lumpur karena musim hujan ditambah lagi tingginya arus kendaraan truk bermuatan batu untuk pembangunan smelter nikel di Morosi, sehingga baru saja badan jalan diperkeras, beberapa hari kemudian rusak lagi karena dilintasi puluhan bahkan ratusan truk pengangkut batu setiap hari," ujarnya.

Karena beratnya medan di jalur ini, terutama di sekitar Desa Paku Jaya, Kabupaten Konawe, arus lalu lintas kini beralih menggunakan jalan kabupaten sepanjang sekitar 15 kilometer melintasi Kecamatan Morosi. Namun kondisi jalan inipun juga sangat memprihatinkan karena berlubang-lubang di sepanjang ruas tersebut.

"Untuk menempuh ruas alternatif lewat Morosi ini, harus menghabiskan waktu hampir dua jam padahal jaraknya hanya 15 kilometer. Bahkan sebuah mobil rombongan kami, terperangkap lumpur sehingga membutuhkan waktu setengah jam untuk mengeluarkannya dari jebakan lumpur di jalur alternatif itu," kata Rival, staf Humas BPJN XIV Palu yang baru melintasi ruas itu bersama rombongan Kepala BPJN Akhmad Cahyadi.

Khusus ruas trans Sulawesi Palu-Gorontalo lewat Kabupaten Parigi Moutong (pantai timur Sulteng) dan yang lewat Tolitoli-Buol (pantai barat Sulteng) serta Palu-Makassar lewat Poso dan Palu-Makassar lewat Mamuju, Sulbar, juga semua dalam kondisi fungsional untuk angkutan lebaran dan optimistis minim hambatan selama musim angkutan mudik 2018.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus