Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kandas Di Likuiditas

Panin bank mengambil alih Bank Arta Pusara. Dinilai tidak mampu lagi mengatasi kesulitan likuiditasnya manajemen dirombak total. Panin mempunyai keyakinan mampu menyehatkan kembali Bank Arta Pusara.

5 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANIN (Pan Indonesia) Bank seperti tak mendengar apa-apa tentang Deregulasi Perbankan 27 Oktober pekan silam. Bayangkan saja, hanya tiga hari sebelum Menko Ekuin Radius Prawiro mengumumkan Paket Deregulasi 27 Oktober 88, Panin berani mengambil alih Bank Artha Pusara (BAP). "Pengambilalihan itu sudah disetujui Bank Indonesia," ujar Wakil Presiden Panin, Mu'min Ali Gunawan. Sudah barang tentu, liku-liku ceritanya panjang. Tak cuma Panin yang bernafsu, tapi juga beberapa pengusaha kelas kakap seperti Liem Sioe Liong dan Sudwikatmono. Bahkan ada pengusaha raksasa lain, enam bulan lalu, sudah mulai serius melakukan negosiasi. Anehnya, hampir semua peminat kemudian seperti patah selera, hingga BAP jatuh mulus ke pangkuan Panin. BAP rupanya sedang dirundung kesulitan besar: soal likuiditas. "Hingga saat terakhir ini BAP sudah dinilai tidak mampu lagi mengatasi kesulitan likuiditasnya," ujar Mu'min. Dan penyebabnya banyak. Ia tak mau merinci. Tapi Mu'min membantah bahwa BAP harus melunasi kewajiban jangka pendek sampai Rp 40 milyar. "Jumlah yang benar adalah Rp 14 milyar," kata Mu'min. Nah, kewajiban jangka pendek ini, konon, antara lain berupa dana deposito dan pinjaman antarbank. Sayang sekali, Yusuf Wantah bekas Presiden Direktur BAP sebelum di oper Panin -- tak mau angkat bicara. Yang jelas, setelah Panin merangkul BAP, bank yang berkantor pusat di Jalan Kopi Jakarta Utara itu mengalami perombakan manajemen total, yang praktis kini dikuasai orang Panin. Tak heran bila Mu'min Ali Gunawan sendiri yang menjadi Presiden Komisarisnya. Anggota dewan komisaris antara lain: Eka Tjipta Widjaja, Priatna Atmadja, dan Tidjan Ananto. Susunan Direksi BAP pun berubah. Jusuf Wantah, bekas presdir dan salah seorang pendiri BAP, tak disebut-sebut lagi dalam dewan direksi yang baru. Kedudukannya dialihkan kepada Thimoty E. Marnandus, bekas Direktur BAP. "Pengambilalihan ini diharapkan dapat mengatasi keresahan, khususnya bagi mereka yang telah memberikan kepercayaan kepada BAP," ujar Mu'min. Pamor BAP kini memang sedang dipertaruhkan. Baru kali ini, dalam umur 21 tahun, BAP seperti kehilangan jurus saktinya, tak mampu mengatasi tantangan dan cobaan. Dari data Perbanas, BAP yang punya cabang di tujuh kota besar di Indonesia itu tahun lalu sempat mencatat laba Rp 1.501 milyar. Tapi posisinya di jenjang perbankan merosot dari peringkat 17 menjadi 19. Asetnya sudah mencapai Rp 127.507 milyar, sedangkan modal cadangan sebesar Rp 10.907 milyar. Sementara itu, kredit yang ditumpahkan BAP Rp 111.039 milyar. Menurut Mu'min, dalam pengambilalihan BAP itu, Panin tak menyuntik dana. Namun, bukan berarti lepas sama sekali. Sebab dengan beroperasinya BAP di bawah kebijaksanaan Panin, seluruh kewajiban BAP yang mandek selama ini menjadi tanggung jawab Panin. "Tapi kami mempunyai keyakinan mampu menyehatkan kembali BAP. Nama Panin sebagai jaminannya." Rupanya, Mu'min mengandalkan posisi Panin, yang hingga September lalu punya total aset sekitar Rp 757 milyar, dengan keuntungan sekitar Rp 9,7 milyar. Sedangkan total modalnya, termasuk modal cadangan, sekitar Rp 33 milyar. Agaknya, Mu'min tak mau menyesali pengambilalihan BAP, yang terjadi justru di saat Paket 27 Oktober menawarkan banyak kemudahan, terutama dalam pendirian bank-bank baru. Soal kesempatan Panin membuka cabang baru, misalnya, itu bukan masalah bagi Mu'min. Mungkin nasabah BAP itulah yang sedang digarap, setidaknya untuk mengembahkan kepercayaan mereka ke BAP. Apa yang akan terjadi? Thimoty E. Marnandus, Dirut BAP baru, mengatakan, "Kami baru menginventarisasi persoalan." Suhardjo Hs., Moebanoe Moera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus