Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kemelut harga kopi

Harga kopi merosot. produksi kopi dunia melebihi kebutuhan. aeki mengusulkan kepada pemerintah agar ada regulasi ekspor kopi. ktt nonblok di jakarta membahas juga harga kopi.

12 September 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERPASANGAN dengan cengkeh, kini kopi menjadi hasil bumi yang pasarannya lagi payah. Harganya anjlok, baik di pasar lokal maupun internasional. Sekarang, harga kopi tak bisa lebih tinggi dari Rp 1.500/kg -- padahal dulu sempat Rp 4.000/kg. Tak pelak lagi, banyak eksportir kopi gulung tikar, tanpa bisa mengembalikan utang bank. Menurut keterangan Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Dharyono Kertosastro, dari sekitar 1.400 anggota AEKI, yang bertahan kurang dari 20%. Kalau diingat eksportir yang aktif pada tahun 1991 masih 50%, berarti kebangkrutan mereka semakin parah saja. Maka, tak heran bila pihak perbankan merasa waswas. Dana bank yang dipinjam eksportir kopi total mencapai Rp 800 milyar. Pinjaman itu mereka sedot ketika harga kopi berkibar tinggi. Masa jaya ini berlangsung sebelum International Coffee Organization (ICO) melepas sistim kuota pada tahun 1989. Sejak itu, serta merta tiap negara produsen membanjiri pasar dunia dengan kopi mereka. Pada pertengahan 1992, produksi kopi dunia melampaui 85 juta ton, sedangkan tingkat kebutuhannya sekitar 75 juta ton. "Tanpa ada campur tangan Pemerintah, eksportir kopi di sini bakal menyudahi usahanya dan sulit mengembalikan utang ke bank," ujar Dharyono. AEKI pernah mengusulkan kepada Pemerintah, agar ada regulasi ekspor kopi untuk meniadakan pembengkakan stok di pasar internasional. Tapi usul itu tak kunjung terlaksana. Yang pasti, adalah mustahil bila sebuah regulasi di Indonesia diharapkan bisa ikut mengatur situasi pasar dunia. Agaknya, akan lebih tepat menunggu hasil pertemuan ICO April mendatang. Kendati demikian, Pemerintah tidak tinggal diam. Ini terbukti dari agenda KTT Nonblok di Jakarta, yang mencantumkan harga kopi sebagai salah satu topik pembahasannya. Dan Menko Ekuin Radius Prawiro ditugasi untuk meningkatkan lobi yang menyangkut harga kopi. Bahkan, Presiden Soeharto sudah menyetujui pembicaraan soal kopi sejak awal KTT, atas usul beberapa negara eskportir kopi yang juga anggota Nonblok. Hasilnya belum segera kelihatan, apalagi kini masih buyer's market alias pasar dikuasai pembeli.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus