Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, membenarkan makan bergizi gratis akan dibagi dua kali dalam sehari. Namun, ia memastikan, tiap anak tidak akan mendapat dobel per harinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menerangkan pemberian dua kali dilakukan karena ada perbedaan jam makan antara anak pendidikan usia dini dan sekolah dasar dengan siswa SMP juga SMA. “Pada prinsipnya, anak PAUD dan SD makannya jam 08.00 dan 09.30, sementara SMP-SMA makannya siang,” ujarnya di Jakarta Convention Center, Selasa, 8 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Januari 2025, Badan Gizi akan mulai menjalankan program dengan target awal 3 juta anak. Jumlah penerima akan meningkat bertahap menjadi 6 juta pada April, dan pada Juli naik menjadi 15 juta. Selain anak-anak, proyek juga akan menyasar ibu hamil dan balita. Total target yang akan mendapat makan gratis sebesar 82,9 juta orang.
Dadan juga menjelaskan mengapa intervensi makan bergizi tetap disalurkan untuk siswa sekolah dasar hingga SMA. Ada dua puncak masa kritis pertumbuhan anak. “Pada seribu hari pertama untuk mengatasi stunting, namun ada puncak critical kedua pertumbuhan anak, yaitu di usia 9-17 tahun,” kata dia.
Sebelumnya, wacana pemberian makan gratis dua kali dalam sehari disampaikan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, dalam Diskusi Ekonomi di Menara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, di Jakarta Selatan, Senin, 7 Oktober 2024. Hashim menerangkan nomenklatur ‘makan siang gratis’ yang kerap disebut masyarakat tidak tepat.
“Ini bukan makan siang gratis. Ini makanan gratis 2 kali sehari. Pagi dan siang," ucap adik kandung Prabowo itu.
Adapun total investasi yang dibutuhkan untuk program ini sekitar Rp 400 triliun. Jika sudah efektif berjalan Badan Gizi akan menghabiskan anggaran Rp 1,2 triliun per hari untuk pemberian makan bergizi. Untuk tahun 2025, telah disepakati anggaran awal sebesar Rp 71 triliun.
Han Revanda berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan Editor: Tokopedia Akan Tutup Permanen Toko yang Jual Buku Bajakan