Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengatakan lembaganya telah menentukan 932 titik wilayah Indonesia untuk pembagian makan bergizi gratis setelah diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto. Dia berujar, peresmian program itu dijadwalkan pada 2 Januari 2025 mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Yang akan datang di Januari tanggal 2 kan sangat dekat ya tapi nanti bertahap akan mencapai 932 titik," ucap Dadan saat ditemui usai acara Simposium Pangan di Indofood Tower, di kawasan Jakarta Pusat pada Senin, 25 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan, pemberian makan bergizi gratis ke seluruh Indonesia akan dilakukan secara bertahap. Dadan memastikan jika seluruh wilayah Indonesia akan terjangkau dalam program unggulan milik Prabowo ini. "Ya kami bertahap lah ya, nanti yang jelas sudah ada," kata dia.
Sementara itu, Badan Gizi Nasional juga telah menargetkan program makan bergizi gratis sampai 82.9 juta penerima manfaat. Dia mengatakan target tersebut terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, sampai anak sekolah menengah atas atau SMA.
"Target kami adalah ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, kemudian anak sekolah sampai SMA. Jadi total target yang akan kami kejar itu adalah 82,9 juta penerima manfaat," ucap Dadan.
Selain itu, dia mengatakan program makan bergizi gratis ini juga merupakan bentuk upaya pemerintah dalam menanam investasi sumber daya manusia. Menurutnya, program tersebut bukan hanya sekedar memberikan makananan, namun agar anak-anak di Indonesia dapat terpenuhi gizinya secara seimbang.
"Kami (pemerintah) menyiapkan menu yang seimbang dengan ide yang seimbang untuk masuk ke dalam tubuh untuk dimakan oleh anak agar tubuh optimal," tutur Dadan.
Adanya program makan bergizi gratis untuk mengatasi beberapa hal kritis yang saat ini sedang dihadapi Indonesia. Dadan berujar, hal tersebut yakni ketika anak masih berada di dalam kandungan, serta anak ketika sudah menginjak usia tiga sampai lima tahun.
Menurut Dadan, pemerintah Indonesia sedang mengatasi dua permasalahan itu agar anak di Indonesia memiliki raga yang kuat. Dadan mengatakan, selain mencegah stunting, pemberian gizi berkelanjutan untuk anak harus turut diupayakan oleh negara.
"Tapi kalau kita mengatasi stunting saja apakah anak itu akan kemudahan optimal? Tidak cukup. Kenapa? Karena harus buat kelanjutan diberikan makan gizi seimbang," tutur dia.
Dadan mengatakan, pemerintah harus memberikan berbagai intervensi agar pertumbuhan anak di Indonesia dapat menghasilkan generasi yang mumpuni. Sehingga, lanjut dia, keinginan untuk mencapai Indonesia emas tahun 2045 dapat segera terwujud.
"Yang bagus adalah seribu hari pertama kami (pemerintah) intervensi, pertumbuhan (anak) keduanya titik kritis keduanya kita intervensi," ucap dia.