Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ketergantungan Impor Gula Tinggi, Kementan: RI Defisit 6,78 Juta Ton per Tahun

Indonesia defisit gula nasional sebesar 6,8 juta ton per tahun. Penyebab ketergantungan Indonesia terhadap impor gula tinggi.

10 November 2024 | 14.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Aktivitas bongkar muat karung berisi gula pasir berat 50kg di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat 12 Januari 2024. Berdasarkan laporan USDA (United States Department of Agriculture), konsumsi gula di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 7,9 juta ton. Dengan produksi gula nasional yang hanya sekitar 2,6 juta ton, maka sebanyak 5,3 juta ton gula harus diimpor untuk mengimbangi kekurangan pasokan dalam negeri (konsumsi rumah tangga dan kebutuhan industri). Menurut data Badan Pangan Nasional gula pasir premium yang kini harganya dibanderol lebih mahal dari pekan sebelumnya, yakni melonjak jadi Rp 18.100 per kg. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Heru Tri Widarto mengatakan Indonesia defisit gula nasional sebesar 6,8 juta ton per tahun "Sehingga pemenuhannya saat ini masih melalui impor gula," tutur Heru kepada Tempo, Sabtu, 2 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kementerian Pertanian mencatat produksi gula saat ini baru mencapai 2,3 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan gula nasional sebesar 9,1 juta ton. Kebutuhan gula nasional terdiri dari gula konsumsi sebanyak 3,4 juta ton dan gula untuk industri sebesar 5,7 juta ton. Sehingga terdapat kekurangan kebutuhan gula nasional sebesar 6,8 juta ton. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk kebutuhan gula konsumsi, tutur Heru, masih terdapat defisit sekitar 900 ribu ton. Kebutuhan gula konsumsi saat dipenuhi melalui impor gula krital mentah untuk diproses menjadi gula kristal putih. 

Sedangkan kebutuhan gula industri dan lain-lain sebesar kurang lebih 5,7 juta ton. Heru mengatakan semua bahan baku gula industri dibenahi lewat impor. Produk yang diimpor berupa gula kristal mentah untuk di proses menjadi gula kristal rafinasi. 

Sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan dugaan impor gula 2015-2017 tak sesuai ketentuan. Kesalahan mencakup impor yang tak diputuskan di Kementerian Koordinator Perekonomian, impor tanpa persetujuan teknis oleh Kementerian Pertanian (Kementan), impor tak didukung data kebutuhan dan persyaratan dokumen, hingga pemasukan impor melampaui tenggat yang ditentukan.

Sejumlah penerbitan persetujuan impor (PI) dalam rangka menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga juga ditemukan belum sesuai dengan ketentuan. BPK menjabarkan, PI gula sepanjang 2015-semester I tahun 2017 sebanyak 1,69 juta ton tidak melalui rapat koordinasi. Sedangkan PI gula kristal mentah kepada PT Adikarya Gemilang dalam rangka uji coba kegiatan industri sebanyak 108.000 ton tak didukung data analisis kebutuhan.

Han Revanda berkontribusi dalam penulisan artkel ini.

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus