Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Sampit - Kapal Motor (KM) Kelimutu tujuan Surabaya yang mengangkut 605 penumpang bertabrakan dengan KM Maju 88 yang bermuatan pupuk saat melintas di Sungai Mentaya, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, Rabu dini hari, 13 Desember 2017. Tak ada korban dalam kecelakaan kapal laut itu.
"Saat itu sebagian besar penumpang tertidur. Semua langsung kaget dan berlarian keluar karena kapal terasa bergoyang dan terdengar bunyi keras akibat tabrakan. Sempat panik juga karena dikira kapal bocor dan akan tenggelam," kata Syarif, salah seorang penumpang KM Kelimutu saat ditemui di Pelabuhan Sampit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Kecelakaan Kapal, Menteri Budi Evaluasi Aturan dan SOP Pelayaran
Saat itu penumpang hanya menduga-duga sedang terjadi tabrakan karena cuaca gelap. Namun suara keras dan goyangan kapal yang sangat terasa, membuat penumpang yakin telah terjadi tabrakan sehingga sebagian penumpang ketakutan.
"Pihak kapal juga tidak memberitahukan kejadian itu, tapi ada penumpang lain yang sempat melihat keluar. Setelah itu, penumpang hanya diinformasikan bahwa kapal batal menuju Surabaya dan kembali ke Pelabuhan Sampit dengan alasan keamanan," kata Sanjaya, penumpang lainnya.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit Toto Sukarno mengatakan kejadian ini merupakan musibah. Namun dia menegaskan, tidak ada korban jiwa dalam tabrakan tersebut.
"Peristiwa ini jelas mengagetkan karena belum pernah terjadi di sini, yakni kapal penumpang bertabrakan dengan kapal barang, tapi Alhamdulillah tidak ada korban jiwa dan semua selamat," kata Toto.
Toto menjelaskan, tabrakan tersebut terjadi pada Rabu sekitar pukul 01.00 dini hari. Saat itu KM Kelimutu sudah bertolak sekitar dua jam dari terminal penumpang Pelabuhan Sampit menuju Surabaya.
Saat melintasi perairan sekitar pos TNI AL Samuda, kemudi KM Kelimutu tidak bisa dikendalikan dan terus mengarah ke kanan meski dengan kecepatan aman sekitar 9 knot.
Saat bersamaan dari arah berlawanan datang KM Maju 88 bermuatan pupuk yang bertolak dari Bontang menuju Sampit.
Kapten kedua kapal sudah berkomunikasi melalui radio VHF kanal 12 yang merupakan saluran wajib untuk berkomunikasi di alur. Mereka sama-sama berusaha menghindari tabrakan, namun karena ada momen gaya yang tidak bisa langsung membuat mesin berhenti sehingga tabrakan terjadi.
Akibat tabrakan itu, KM Kelimutu robek di bagian atas lubang jangkar sepanjang dua meter, sedangkan KM Maju 88 rusak sekitar 15 meter.
KM Kelimutu memutar haluan berbalik ke terminal penumpang karena rawan melanjutkan perjalanan dengan kerusakan tersebut saat cuaca ekstrem, sedangkan KM Maju 88 melabuh jangkar untuk membongkar muatan pupuk yang mereka bawa.
Otoritas Pelabuhan sudah memanggil kedua pihak untuk kepentingan penyelidikan. Kejadian ini juga sudah dilaporkan ke Direktur Jenderal Perhubungan Laut karena kapal yang terlibat tabrakan membawa muatan penumpang.
Pemeriksaan kejadian ini dilakukan oleh inspektur kemaritiman, tim pemeriksaan kecelakaan kapal, penyidik pegawai negeri sipil dan lainnya untuk mengecek kelaikan kapal. Jika tidak laik berlayar membawa penumpang, maka kapal harus diperbaiki dulu.
Hasil pemeriksaan nantinya juga dibawa ke Mahkamah Pelayaran sebagai bahan untuk persidangan. Langkah ini sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1998 tentang Kecelakaan Kapal dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2015 tentang Cara Pemeriksaan Kapal.
"Akan dilihat apakah ada kelalaian atau ada aturan yang tidak dipatuhi. Nanti bisa saja ada sanksi, bahkan sampai penurunan ijazah misalnya setahun. Itu tergantung hakim Mahkamah Pelayaran, sedangkan kami hanya sebagai eksekutor," kata Toto.
Hingga Rabu sore petugas terlihat masih memperbaiki bagian atas lambung KM Kelimutu yang rusak. Sebagian penumpang memilih batal berangkat, namun sebagian besar memilih menunggu keberangkatan meskipun keputusan izin berangkat masih menunggu hasil pemeriksaan tim penyidik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini