Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Koran Bisnis Dari Swasta

Harian ekonomi "bisnis indonesia" terbit. isinya 75% untuk ekonomi & bisnis. penyajiannya mengikuti teknik the jakarta post. di dukung 3 pengusaha besar di antaranya sukamdani s. gitosardjono . (md)

28 Desember 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATU lagi harian bisnis muncul di Jakarta: Bisnis Indonesia. Beredar secara resmi sejak 14 Desember lalu, BI menyeruak masuk untuk ikut memperebutkan pasaran yang sebelumnya telah dipersaingkan dua koran bisnis, Jayakarta dan Neraca, yang juga mulai terbit tahun ini. Seperti dua koran lainnya, BI juga melirik kalangan usahawan sebagai pembaca utamanya. "Cita-cita kami adalah melahirkan sebuah surat kabar yang bisa memenuhi selera kalangan bisnis," kata Amir Daud, 59, Pemimpin Redaksi BI. Meski telah ada dua koran bisnis, dan situasi bisnis lagi lesu, Amir masih melihat prospek yang cerah buat harian yang dipimpinnya. "Banyak persoalan bisnis yang perlu analisa yang lebih mendalam. Soal persaingan dengan koran serupa, biarlah pembaca yang akan memilih," kata Amir. BI tampaknya sangat menyadari keterlambatan startnya dari Jayakarta dan Neraca. Untuk itu ia berusaha tampil secara matang dan menghindari kesan koran baru yang coba-coba. Persiapan penerbitannya cukup lama. Sejak Oktober, semua wartawannya - separuhnya tenaga baru dan lulusan perguruan tinggi - mendapat tugas seperti layaknya koran yang sudah terbit. Hampir sebulan sebelum terbit, dilakukan uji coba dengan menerbitkan BI nomor percobaan yang diedarkan secara terbatas. Setelah resmi terbit, selama dua minggu koran dengan 12 halaman ini dicetak 60 ribu eksemplar, dibagikan secara gratis. Untuk logonya, BI memilih huruf tipe old english seperti dipakai Neraca dan The International Herald Tribune. Halaman pertama BI tidak terlalu banyak dijejali berita. Berita ekonomi juga tidak mendominasi. Berita utamanya umumnya informasi mengenai peristiwa penting dalam negeri dan internasional. Di halaman pertama ini juga dijumpai rubrik Jagad Aneh, berisi beberapa berita ringan yang segar dan bisa mengundang senyum. Suatu teknik yang diambil dari koran The Jakarta Post. Maklum, Amir Daud, Pemimpin Redaksi BI, sebelumnya adalah Redaktur Pelaksana The Post. Yang enak dari BI adalah penataan beritanya. Setiap berita habis dibaca pada satu halaman. Tidak ada berita sambungan seperti di banyak koran lain. Tulisan atau ulasan yang ada hubungannya dengan suatu berita ditempatkan di halaman lain. Bahkan foto yang mendukung berita juga ditempatkan di halaman lain. Teknik ini juga berasal dari The Jakarta Post. Alasan Amir, "Pembaca kami adalah orang yang selalu sibuk. Dengan cara penyajian kami, mereka akan mudah mencari informasi yang dibutuhkan." Sekitar 75 persen isi BI disediakan untuk berita ekonomi dan bisnis. Disajikan juga harga barang berbagai jenis, tarif hotel, bursa efek, kurs konversi, tingkat suku bunga, jadwal penerbangan pesawat terbang, kapal laut dan kereta api. Olah raga mendapat jatah satu halaman, sedang berita regional dimuat di halaman terakhir, dalam rubrik Kabar Jiran. Bahasa yang dipakai BI, mungkin karena masih baru, terasa masih kaku, dan kurang mengalir. Beritanya sering kurang padat dan terkesan agak berkepanjangan. Fokus utama pemberitaan BI adalah mengenai dunia swasta, sesuai dengan motonya "Dari swasta oleh swasta untuk pembangunan". BI memang koran yang diterbitkan kalangan swasta. Menurut Shirato Syafel, 42, pemimpin perusahaan BI, gagasan penerbitan BI timbul dari keinginan sejumlah pengusaha swasta untuk meningkatkan swasta di bidang pembangunan. Menjelang Repelita IV yang membawa Indonesia ke tahap tinggal landas, kata Shirato, berarti masalah-masalah ekonomi akan lebih dominan. Dan itu perlu diisi dengan suatu media yang representatif. "Berangkat dari situlah ide lahirnya Bisnis Indonesia," katanya. Bertindak sebagai pemimpin umum BI adalah Sukamdani S. Gitosardjono, Ketua Umum Kadin Indonesia. Direktur Utama Sahid Group ini memang salah satu pendukung modal PT Jurnalindo, perusahaan yang menerbitkan BI. Dua pendukung lainnya adalah Indocement Group yang diwakili oleh Subronto Laras dan Jaya Group yang diwakili Eric Samola. Sesuai dengan SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers), 20 persen saham disediakan untuk para karyawan. Sesuai dengan SIUPP pula, modal BI yang tersedia di bank sebesar Rp 800 juta. Shirato membantah, masuknya modal kuat dalam dunia pers akan mengancam penerbitan lain, atau nantinya akan menjadi corong suara pemiliknya. "Itu tidak benar. Ada motivasi yang jujur dari pemilik modal untuk mengembangkan dan menumbuhkan perekonomian bangsa," katanya. Diakuinya, usaha penerbitan BI benar berorientasi pada bisnis semata. Karena itu, bila dalam jangka waktu yang telah ditentukan ternyata BI belum balik modal, penerbitan akan dihentikan. Ia memperkirakan, titik impas bisa dicapai dalam setahun. Sukamdani sendiri tampaknya sangat gembira dengan terbitnya BI. Tatkala meresmikan terbitnya BI pada 13 Desember lalu, ia turut bergadang sampai pagi menunggu korannya terbit. "Menerbitkan surat kabar sebenarnya merupakan cita-cita lama saya," ujar pengusaha besar yang memulai usahanya pada 1953 di bidang grafika itu. Niatnya menerbitkan koran sebetulnya sudah muncul di saat Ali Moertopo (almarhum) menjabat menteri penerangan. "Namun, disarankan oleh Menteri agar menunggu disahkannya SIUPP," katanya. Dan bila kini korannya berhasil terbit, "Itu berkat kepercayaan pemerintah." Direktur Utama Sahid Group ini mencita-citakan agar BI bisa menjadi media yang menarik bagi usaha pembauran antara pengusaha besar, menengah, dan kecil. "Bisnis Indonesia nantinya akan menjadi sarana menyampaikan aspirasi dunia usaha, selain tentu juga bisa menyampaikan kebijaksanaan pemerintah, sehingga benar-benar ada keterbukaan antara pemerintah dan swasta," katanya. Susanto Pudjomartono Laporan Yusroni Henridewanto (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus