Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Ketinggalan kereta

Teleks tiba-tiba menjadi kuno, setelah ada komputer yang di hubungkan dengan modem. teknologi informasi ini dapat di lakukan sambil gosok gigi. kalau saat ini tidak di mulai sarana tersebut, kita ketinggalan kereta. (ki)

28 Desember 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU pagi di Tokyo, saya sudah berkeringat karena berjalan pergi-pulang ke kantor teleks untuk mengirim berita. Kembali ke hotel, saya temui teman saya sedang minum kopi tenang-tenang sambil menunggu pesanan sarapan. Ketika saya beri tahu bahwa saya baru pulang dari kantor teleks, ia tampak heran. "Oh, kamu bisa mengoperasikan mesin teleks sendiri, ya? Saya tidak bisa, Iho," katanya. Saya merasa bangga tentu saja. Tetapi, tidak lama. Pernyataannya itu ternyata agak sengak. Soalnya, ia memang tidak lagi mengirim berita dengan teleks. "Wartawan dari kantor kami selalu membawa modem kalau pergi," katanya menjelaskan state-of-the-art atau kecanggihan teknologi yang telah dicapai mereka. Dengan modem, teleks memang tiba-tiba menjadi kuno. Berita diketik ke dalam memori. Lalu, dengan menggunakan sirkuit telepon yang sudah dihubungkan dengan modem, berita itu sudah terkirim ke kantor pusat dan langsung masuk dalam komputer mereka. "Jadi," katanya makin sengak, "saya bisa mengirim berita sambil gosok gigi." Saudara, menerima kenyataan bahwa kita masih menggunakan teknologi kemarin, sementara teman kita sudah selangkah lebih maju. Teknologi teleks, kata seorang ahli, adalah chauffeur-driven technology. Artinya, kita mengetik atau menulis naskahnya, lalu menyuruh orang lain mengetiknya sekali lagi di atas keyboard mesin teleks. Dengan modem, kita hanya melakukannya sekali. Keyboard ternyata juga merupakan salah satu jenis alergi bagi para eksekutif. Masih ada eksekutif yang merasa sayang "mengotori" jari-jari tangan yang kukunya dimanikur rapi untuk menyentuh keyboard. Dan sikap inilah yang agaknya menjadi hambatan bagi penggunaan komputer pribadi di kalangan eksekutif. Di Amerika Serikat saja, tempat populasi komputer sudah sangat tinggi, kurang dari 10% manajer menggunakan komputer pribadi di tempat kerjanya. Mereka masih berpikir bahwa komputer sebaiknya berada di meja sekretaris atau analis keuangannya saja. Artinya? Manajer puncak justru tidak memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh data terbaru secara lengkap dan kapan saja diperlukan. Ia akan selalu ketinggalan selangkah. Dengan komputer pribadi di meja yang dihubungkan dengan suatu sistem jaringan ke mainframe, ia tinggal memencet-mencet keyboard untuk memperoleh data apa saja yang di inginkannya sesuai dengan otorisasi yang dicakup sandinya. Komputer-komputer pribadi yang berdiri sendiri memang tidak banyak arti kehadirannya pada sebuah kantor. Masing-masing baru akan lebih berarti kalau dihubungkan dengan sistem jaringan yang merupakan nadi utama bagi distribusi "darah" manajemen, yaitu informasi. Sekarang, syukur, makin banyak perusahaan yang dapat menawarkan jasa pembuatan sistem jaringan untuk membuat komputer pribadi yang satu dapat "berbicara" dengan komputer pribadi lainnya. Para manajer sudah dapat melakukan surat-menyurat secara elektronik melalui layar komputer. Dan, ini berarti, hal-hal yang sangat konfidensial tidak perlu bocor karena juru ketik, pengantar surat, atau sekretaris yang "kelepasan" bicara. Selain memberi fasilitas untuk satu komputer berhubungan dengan komputer lainnya, sistem jaringan dapat pula menghubungkan komputer pribadi ke mainframe yang mempunyai lebih banyak simpanan data. Sistem jaringan juga memungkinkan beberapa komputer memakai satu peripheral (misalnya: printer) secara bersama. Artinya: lebih ekonomis. Karena itu, sistem jaringan lalu menjadi kebutuhan bagi sebuah kantor yang mempunyai beberapa komputer pribadi. Begitu banyak memang yang dapat dilakukan komputer untuk meningkatkan mutu penyelesaian kerja. Tidak heran kalau sudah mulai banyak perusahaan yang memberikan subsidi bagi stafnya untuk memiliki komputer pribadi. Sebuah iklan mengimbau: jangan ragu-ragu berinvestasi untuk seorang karyawan Anda yang berinvestasi dengan membeli komputer pribadi. PT Pembangunan Jaya, misalnya, memberi peluang kepada karyawan untuk meminjam uang guna membeli komputer pribadi merk apa saja yang dipilih. Dengan membayar Rp 100.000 sebulan tentulah seseorang akan lebih berminat menanamkan modalnya untuk membeli komputer pribadi yang jelas akan memberikan peningkatan harkat baginya. Tentu banyak juga yang berpikir untuk menunda dulu pembelian karena khawatir komputer terlalu cepat menjadi ketinggalan zaman. Tetapi, kalau tidak dimulai sekarang, kita akan makin ketinggalan kereta. Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus